Presiden Filipina Rodrigo Duterte |
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah tiba di Beijing dan memulai kunjungan empat harinya untuk berdialog dan meningkatkan diplomasi antara kedua negara.
Dalam kunjungan tersebut, Duterte juga membawa serta ratusan pengusaha dan diperkirakan akan ada kesepakatan bernilai miliaran dolar yang akan dihasilkan.
Tak lama setelah tiba di Beijing, Duterte menekankan bahwa dirinya tak akan membahas soal sengketa Laut China Selatan, meskipun hal tersebut menjadi sumber utama ketegangan antara kedua negara.
Seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (19/10/2016), kedatangan Duterte dilakukan tak lama setelah ia secara terbuka mengatakan bahwa Filipina bersedia mengadakan latihan militer bersama dengan China dan Rusia.
Dalam wawancara yang dilakukan baru-baru ini dengan Xinhua, Duterte menekankan bahwa dirinya lebih menyukai negosiasi dibanding konfrontasi.
"Lebih baik berbicara dibanding perang. Kami ingin berbicara tentang persahabatan, kerja sama, dan yang paling penting, kita ingin berbicara soal bisnis. Perang tak akan membawa kita ke mana pun," ujar mantan wali kota Davao itu.
Ia juga menjelaskan bahwa dirinya menentang negara lain untuk ikut campur dalam wilayah yang disengketakan.
"Kami tak tertarik untuk mengizinkan negara lain ikut berbicara. Aku hanya ingin berbicara dengan China,"
"Apa yang ingin saya lakukan adalah berbincang dan mendapat jabat tangan erat dari pemerintah dan berkata bahwa kami adalah warga Filipina dan kami siap untuk bekerja sama dengan Anda, untuk membantu kami dalam membangun ekonomi dan negara,"
Sementara itu surat kabar China The Global Times telah menerbitkan sebuah editorial yang mendesak Beijing untuk menerima rekonsiliasi dari Duterte.
"Kami meminta China untuk menangkap peluang strategis yang dibawa oleh pemerintahan Duterte," tulis editorial tersebut.
"Lebih efektif untuk menyelesaikan sengketa dengan cara bersahabat, dibanding dengan konfrontasi. China harus memperjelas hal ini agar mendapat lebih banyak mendapat rasa hormat di dunia," imbuh editorial itu.
Sumber : http://global.liputan6.com/read/2629930/kunjungi-beijing-duterte-hindari-topik-laut-china-selatan
Dalam kunjungan tersebut, Duterte juga membawa serta ratusan pengusaha dan diperkirakan akan ada kesepakatan bernilai miliaran dolar yang akan dihasilkan.
Tak lama setelah tiba di Beijing, Duterte menekankan bahwa dirinya tak akan membahas soal sengketa Laut China Selatan, meskipun hal tersebut menjadi sumber utama ketegangan antara kedua negara.
Seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (19/10/2016), kedatangan Duterte dilakukan tak lama setelah ia secara terbuka mengatakan bahwa Filipina bersedia mengadakan latihan militer bersama dengan China dan Rusia.
Dalam wawancara yang dilakukan baru-baru ini dengan Xinhua, Duterte menekankan bahwa dirinya lebih menyukai negosiasi dibanding konfrontasi.
"Lebih baik berbicara dibanding perang. Kami ingin berbicara tentang persahabatan, kerja sama, dan yang paling penting, kita ingin berbicara soal bisnis. Perang tak akan membawa kita ke mana pun," ujar mantan wali kota Davao itu.
Ia juga menjelaskan bahwa dirinya menentang negara lain untuk ikut campur dalam wilayah yang disengketakan.
"Kami tak tertarik untuk mengizinkan negara lain ikut berbicara. Aku hanya ingin berbicara dengan China,"
"Apa yang ingin saya lakukan adalah berbincang dan mendapat jabat tangan erat dari pemerintah dan berkata bahwa kami adalah warga Filipina dan kami siap untuk bekerja sama dengan Anda, untuk membantu kami dalam membangun ekonomi dan negara,"
Sementara itu surat kabar China The Global Times telah menerbitkan sebuah editorial yang mendesak Beijing untuk menerima rekonsiliasi dari Duterte.
"Kami meminta China untuk menangkap peluang strategis yang dibawa oleh pemerintahan Duterte," tulis editorial tersebut.
"Lebih efektif untuk menyelesaikan sengketa dengan cara bersahabat, dibanding dengan konfrontasi. China harus memperjelas hal ini agar mendapat lebih banyak mendapat rasa hormat di dunia," imbuh editorial itu.
Sumber : http://global.liputan6.com/read/2629930/kunjungi-beijing-duterte-hindari-topik-laut-china-selatan