Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) |
Para pejabat dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan tidak akan terpancing penyebaran profil tinggi militer yang dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Aliansi tidak akan berupaya untuk melihat lebih dalam tindakan Moskow yang diyakini bertujuan menampilkan kekuatan negara tersebut dalam setiap konfrontasi dengan negara-negara Barat.
Komandan aliansi dari Amerika Serikat (AS) dalam organisasi Internasional untuk keamanan dunia itu, Curtis Scaparrotti mengatakan lebih dari 120 ribu tentara Rusia yang mengambil bagian dalam latihan militer September lalu. Dalam latihan itu, penembakan rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir juga dilakukan.
Kapal perang Rusia yang pekan ini melewati wilayah pantai Eropa juga dilaporkan dilengkapi dengan rudal berkemampuan nuklir. Hal ini menyebabkan sejumlah pejabat dan sekutu NATO khawatir dengan adanya penyebaran rudal balistik jenis Iskander yang diketahui berada di sekitar Kaliningrad, wilayah administratif negara itu. "Tantangan yang dihadapi saat ini tidak bersifat individual. Ini menjadi gambaran keseluruhan, di mana kemampuan Rusia terlihat meningkat secara substansial dalam melakukan serangan di laut, udara, dan darat," ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Jumat (28/10).
Ia juga mengatakan Rusia telah menerapkan pola latihan militer dengan cara lebih agresif. Stoltenberg menolak untuk mengatakan apa yang ia pikirkan mengenai Rusia. Namun, Scaparrotti menilai bahwa Rusia tengah mencari posisi dominan atau yang disebut dalam istilah militer sebagai dominasi eskalasi.
Strategi tersebut menurut Scaparrotti memegang kekuatan militer terbaik, di mana rentan mengandung konflik. Rusia disebut bisa memegang kendali dalam setiap langkah eskalasi secara besar terhadap lawan-lawan negaranya, hingga memberi ancaman terbesar yaitu menggunakan senjata nuklir.
Beberapa analis militer meyakini doktrin strategi itu dimiliki oleh Putin. Rusia diyakini hendak menggunakan persenjataan canggih, dengan tetap menggabungkan fasilitas yang dimili Uni Soviet di masa lalu, seperti kapal perang. "Putin menunjukkan keinginan kuat untuk dominasi. Dari Kutub Utara, Baltik, hingga Laut Hitam, Rusia menggunakan secara bersamaan kemampuan senjata canggih dengan peralatn perang Uni Soviet dahulu," jelas seorang diplomat senior NATO.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk NATO Alexander Grushko mengatakan Rusia tak pernah bermaskud mengancam keamanan Eropa. Sebaliknya, ia menyalahkan negara-negara Barat yang membuat situasi menjadi seolah mencekam. "Aliansi ini lebih terfokus untuk pengembangan dan pendalaman kebijakan militer yang komprehensif dan sebagai pertahanan politik Rusia," kata Grushko.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/16/10/28/ofr7x6382-nato-klaim-tak-terpengaruh-provokasi-militer-rusia
Komandan aliansi dari Amerika Serikat (AS) dalam organisasi Internasional untuk keamanan dunia itu, Curtis Scaparrotti mengatakan lebih dari 120 ribu tentara Rusia yang mengambil bagian dalam latihan militer September lalu. Dalam latihan itu, penembakan rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir juga dilakukan.
Kapal perang Rusia yang pekan ini melewati wilayah pantai Eropa juga dilaporkan dilengkapi dengan rudal berkemampuan nuklir. Hal ini menyebabkan sejumlah pejabat dan sekutu NATO khawatir dengan adanya penyebaran rudal balistik jenis Iskander yang diketahui berada di sekitar Kaliningrad, wilayah administratif negara itu. "Tantangan yang dihadapi saat ini tidak bersifat individual. Ini menjadi gambaran keseluruhan, di mana kemampuan Rusia terlihat meningkat secara substansial dalam melakukan serangan di laut, udara, dan darat," ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Jumat (28/10).
Ia juga mengatakan Rusia telah menerapkan pola latihan militer dengan cara lebih agresif. Stoltenberg menolak untuk mengatakan apa yang ia pikirkan mengenai Rusia. Namun, Scaparrotti menilai bahwa Rusia tengah mencari posisi dominan atau yang disebut dalam istilah militer sebagai dominasi eskalasi.
Strategi tersebut menurut Scaparrotti memegang kekuatan militer terbaik, di mana rentan mengandung konflik. Rusia disebut bisa memegang kendali dalam setiap langkah eskalasi secara besar terhadap lawan-lawan negaranya, hingga memberi ancaman terbesar yaitu menggunakan senjata nuklir.
Beberapa analis militer meyakini doktrin strategi itu dimiliki oleh Putin. Rusia diyakini hendak menggunakan persenjataan canggih, dengan tetap menggabungkan fasilitas yang dimili Uni Soviet di masa lalu, seperti kapal perang. "Putin menunjukkan keinginan kuat untuk dominasi. Dari Kutub Utara, Baltik, hingga Laut Hitam, Rusia menggunakan secara bersamaan kemampuan senjata canggih dengan peralatn perang Uni Soviet dahulu," jelas seorang diplomat senior NATO.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk NATO Alexander Grushko mengatakan Rusia tak pernah bermaskud mengancam keamanan Eropa. Sebaliknya, ia menyalahkan negara-negara Barat yang membuat situasi menjadi seolah mencekam. "Aliansi ini lebih terfokus untuk pengembangan dan pendalaman kebijakan militer yang komprehensif dan sebagai pertahanan politik Rusia," kata Grushko.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/16/10/28/ofr7x6382-nato-klaim-tak-terpengaruh-provokasi-militer-rusia