Ilustrasi |
Puluhan wanita dari etnis Muslim Rohingya mengaku telah menjadi sasaran kekerasan dan perkosaan tentara Myanmar yang menyerbu desa mereka. Pengakuan ini kian menambah derita etnis Rohingya yang telah dijuluki "paling tertindas di dunia ini".
Pengakuan ini disampaikan oleh delapan wanita Rohingya dari desa U Shey Kya di negara bagian Rakhine yang diberitakan Reuters, Jumat (28/9). Mereka mengatakan, tentara Myanmar menyerbu desa mereka, masuk ke rumah-rumah warga, menjarah harta benda dan memperkosa para wanita di bawah todongan senjata.
Militer memang telah diturunkan ke Maungdauw sejak 9 Oktober, dengan alasan memburu kelompok militan Rohingya yang diduga terlibat pembunuhan sembilan polisi dan lima tentara serta mencuri senjata.
Kepada Reuters, wanita berusia 40 tahun dari U Shey Kya mengatakan empat tentara telah memperkosanya dan menyerang putrinya yang berusia 15 tahun. Perhiasan dan uang miliknya juga dijarah.
"Mereka membawa saya masuk ke dalam rumah. Mereka merobek pakaian saya dan melepas kerudung saya," kata ibu dua anak ini saat diwawancara Reuters di luar rumahnya.
"Dua pria mencengkeram saya, setiap orangnya memegang satu tangan saya, seorang lagi memegang rambut saya dan memperkosa saya," lanjut dia lagi.
Juru bicara Presiden Myanmar Htin Kyaw, Zaw Htay, membantah pengakuan tersebut. Htay bahkan menelepon komandan militer di Maungdaw yang membenarkan ada penyerbuan pada 19 Oktober, namun membantah adanya perkosaan.
"Tidak logis memperkosa di tengah desa yang berisi 800 rumah, tempat pemberontak bersembunyi," ujar Htay.
Pihak militer tidak merespons permintaan konfirmasi dari Reuters.
Warga desa yang didatangi Reuters membenarkan terjadinya perkosaan dan perusakan properti oleh tentara. Beberapa rumah terlihat terbakar di desa itu. Menurut warga, tentara melakukan "operasi pembersihan."
Wanita Rohingya lainnya yang berusia 30 tahun juga mengaku diperkosa oleh tentara Myanmar.
"Mereka mengatakan kepada saya, 'Kami akan membunuhmu. Kami tidak akan membiarkanmu tinggal di negara ini," kata dia.
Wanita ini mengatakan tentara menjarah emas, uang dan harta bendanya yang lain. Selain itu tentara juga memasukkan pasir di tempat penampungan beras di rumahnya.
"Kami tidak bisa pindah ke desa lain untuk berobat. Saya tidak punya pakaian atau makanan untuk dimakan. Semuanya dihancurkan. Saya merasa malu dan takut," kata wanita lainnya berusia 32 tahun.
Rohingya hidup menderita di Myanmar karena mereka tidak dianggap sebagai warga negara oleh pemerintah. Sebagai warga yang diabaikan, Muslim Rohingya tidak bisa menempuh pendidikan, mendapat pekerjaan atau kebutuhan medis.
Mereka juga kerap terlibat bentrok dengan umat Buddha Rakhine. Ratusan ribu di antara mereka kabur ke luar negeri dengan perahu-perahu seadanya, beberapa terdampar di Aceh tahun lalu. (den)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161028203432-106-168778/tentara-myanmar-dituding-perkosa-puluhan-wanita-rohingya/
Pengakuan ini disampaikan oleh delapan wanita Rohingya dari desa U Shey Kya di negara bagian Rakhine yang diberitakan Reuters, Jumat (28/9). Mereka mengatakan, tentara Myanmar menyerbu desa mereka, masuk ke rumah-rumah warga, menjarah harta benda dan memperkosa para wanita di bawah todongan senjata.
Militer memang telah diturunkan ke Maungdauw sejak 9 Oktober, dengan alasan memburu kelompok militan Rohingya yang diduga terlibat pembunuhan sembilan polisi dan lima tentara serta mencuri senjata.
Kepada Reuters, wanita berusia 40 tahun dari U Shey Kya mengatakan empat tentara telah memperkosanya dan menyerang putrinya yang berusia 15 tahun. Perhiasan dan uang miliknya juga dijarah.
"Mereka membawa saya masuk ke dalam rumah. Mereka merobek pakaian saya dan melepas kerudung saya," kata ibu dua anak ini saat diwawancara Reuters di luar rumahnya.
"Dua pria mencengkeram saya, setiap orangnya memegang satu tangan saya, seorang lagi memegang rambut saya dan memperkosa saya," lanjut dia lagi.
Juru bicara Presiden Myanmar Htin Kyaw, Zaw Htay, membantah pengakuan tersebut. Htay bahkan menelepon komandan militer di Maungdaw yang membenarkan ada penyerbuan pada 19 Oktober, namun membantah adanya perkosaan.
"Tidak logis memperkosa di tengah desa yang berisi 800 rumah, tempat pemberontak bersembunyi," ujar Htay.
Pihak militer tidak merespons permintaan konfirmasi dari Reuters.
Warga desa yang didatangi Reuters membenarkan terjadinya perkosaan dan perusakan properti oleh tentara. Beberapa rumah terlihat terbakar di desa itu. Menurut warga, tentara melakukan "operasi pembersihan."
Wanita Rohingya lainnya yang berusia 30 tahun juga mengaku diperkosa oleh tentara Myanmar.
"Mereka mengatakan kepada saya, 'Kami akan membunuhmu. Kami tidak akan membiarkanmu tinggal di negara ini," kata dia.
Wanita ini mengatakan tentara menjarah emas, uang dan harta bendanya yang lain. Selain itu tentara juga memasukkan pasir di tempat penampungan beras di rumahnya.
"Kami tidak bisa pindah ke desa lain untuk berobat. Saya tidak punya pakaian atau makanan untuk dimakan. Semuanya dihancurkan. Saya merasa malu dan takut," kata wanita lainnya berusia 32 tahun.
Rohingya hidup menderita di Myanmar karena mereka tidak dianggap sebagai warga negara oleh pemerintah. Sebagai warga yang diabaikan, Muslim Rohingya tidak bisa menempuh pendidikan, mendapat pekerjaan atau kebutuhan medis.
Mereka juga kerap terlibat bentrok dengan umat Buddha Rakhine. Ratusan ribu di antara mereka kabur ke luar negeri dengan perahu-perahu seadanya, beberapa terdampar di Aceh tahun lalu. (den)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161028203432-106-168778/tentara-myanmar-dituding-perkosa-puluhan-wanita-rohingya/