Boom Pengganti Concorde |
Para pembaca yang besar di dekade 1980 dan 1990 tentu familiar dengan Concorde, pesawat penumpang hasil kolaborasi Inggris - Perancis yang mampu terbang dengan kecepatan supersonik mencapai Mach 2. Lahir dengan prospek besar dengan banyak pesanan, sampai akhir karirnya Concorde hanya dioperasikan oleh Air France dan British Airways, sebelum kecelakaan fatal di Paris pada tahun 2000 dan kerugian besar yang harus ditanggung kedua maskapai dalam pengoperasiannya.
Impian mengenai pesawat penumpang eksotis dengan kecepatan supersonik ternyata tidak pernah pudar dari hati miliarder eksentrik Sir Richard Branson. Pada tahun 2003 Sir Richard Branson hendak membeli armada Concorde milik Inggris yang tersisa, namun negosiasi dengan British Airways mandek setelah perdebatan panjang.
Airbus sebagai penerus Sud Aviation juga ogah meneruskan dukungan teknis bagi pesawat berhidung jarum tersebut.
Pada 16 November lalu Sir Richard Branson membuat kejutan dengan mengumumkan XB-1, konsep desain dari Boom Technology yang merupakan perusahaan startup aviasi. XB-1 nantinya akan dikembangkan menjadi Boom yang merupakan konsep pesawat penumpang yang mampu terbang supersonik mencapai Mach 2,2 dengan kapasitas angkut sebanyak 45 orang penumpang.
Kata Branson, “Saya sudah lama bersemangat mengenai inovasi luar angkasa dan pengembangan penerbangan komersial berkecepatan tinggi.”
Setelah lama berkutat dengan proyek Space Ship One, Richard Branson merasa bahwa data riset yang dikumpulkannya dapat bermanfaat untuk digunakan meriset Boom. Pesawat tersebut kelak pasti membutuhkan mesin yang efisien dan struktur komposit ringan yang mampu bertahan dalam kecepatan tinggi. Teknologi ini belum sempurna benar pada dekade ketika Concorde diproduksi.
Untuk itulah perusahaan Spaceship Company milik Branson berinvestasi di Boom Technology. Branson mendapatkan hak untuk membeli 10 airframe pertama Boom yang akan diproduksi kelak.
Dari segi desain, Boom memiliki kemiripan dengan desain Concorde dengan fuselage yang ramping dan hidung berbentuk jarum. Mesinnya berjumlah tiga, dengan dua mesin digantung pada pod dan inlet di bawah sayap seperti Concorde dan satu mesin lainnya dipasang di ekor dengan lubang inlet ganda seperti pada desain pesawat tempur.
Boom didesain untuk terbang pada ketinggian 60.000 kaki, dimana penumpang dapat melihat garis lengkung permukaan bumi. Setiap kursi penumpang didesain dengan sistem hiburan tersendiri dan didesain eksklusif dengan dihiasi aksen panel kayu yang eksklusif.
Target rute yang akan dilayani Boom kelak adalah rute London ke New York yang dapat ditempuh dalam 3,4 jam. Biaya tiketnya diperkirakan hanya sekitar USD5.000 pulang-pergi.
Maksimum jarak yang dapat ditempuh Boom dengan bahan bakar penuh adalah 17.668 km. Target dari Boom Technology adalah pencapaian 30% efisiensi dari Concorde, yang biaya operasinya cukup terjangkau dan cukup ekonomis untuk dioperasikan oleh maskapai penerbangan.
Fase pertama akan diawali dengan pembuatan XB-1 Baby Boom, purwarupa pesawat uji berkapasitas dua penumpang untuk mengumpulkan data pengembangan untuk Boom. Ukuran XB-1 adalah sepertiga dari Boom.
Targetnya, XB-1 sudah dapat diterbangkan pada akhir 2017. Seluruh proses riset, pengembangan dan ujicoba XB-1 akan dilakukan di Amerika Serikat, dimana pengujian pada fase subsonik akan dilakukan di Centennial Airport yang berlokasi di Denver, Colorado. Uji supersonik sendiri rencananya akan dilakukan di Edwards AFB, California. (Aryo Nugroho)
Sumber : http://angkasa.co.id/