Royal Navy akan Defisit Rudal Anti Kapal - Radar Militer

23 November 2016

Royal Navy akan Defisit Rudal Anti Kapal

Rudal Anti Kapal Harpoon
Rudal Anti Kapal Harpoon

Tanyakan kepada Royal Navy (RN) alias AL Inggris yang perkasa. Sang penguasa lautan, yang kehadirannya pada abad ke-19 begitu ditakuti di Atlantik dan Pasifik, ternyata gagal dalam hal perencanaan yang bertanggungjawab.
Baru-baru ini HIS Jane mengungkapkan bahwa RN ternyata tidak memiliki rencana yang solid untuk menggantikan satu-satunya rudal anti kapal mereka, Harpoon 1C yang direncanakan akan habis usia pakainya atau OSD (Out of Service Date) pada tahun 2018.
Harpoon sendiri mulai digunakan oleh AL Inggris pada 1983, setelah mempertimbangkan tawaran rudal CR137 buatan perusahaan Inggris Hawker Siddeley dan Marte dalam proyek UGSW (Under Surface Guided Weapon). Varian pertama yang diadospi adalah UGM-84B Harpoon untuk kapal selam, lalu McDonnel Douglas menawarkan varian yang diluncurkan dari kapal permukaan RGM-84 Harpoon Block 1C untuk Fregat Type 22 dan Type 23.
Varian 1C ini memiliki jarak jangkau 120 mil laut, dapat diset untuk terbang berdasar rute dan ketinggian terbang yang rendah. AL Inggris mengadopsi Harpoon Block 1C sebagai GWS60 untuk melengkapi Type 23 Batch III dan tiga Destroyer Type 45.
Kekisruhan yang dialami AL Inggris bermula pada tahun 2010, setelah dilakukannya Strategic Defence & Security Review. AL Inggris harus memotong anggarannya di sana-sini karena harus mempertahankan rencana mereka untuk membuat kapal induk Queen Elizabeth dan rencana pembelian F-35.
Akibatnya, jumlah kapal terpaksa dikorbankan. Fregat Type 22 sudah dijual ke berbagai negara, dan Destroyer Type 42 juga dipensiunkan lalu dibesituakan. Sebagai hasil penghematan itu, AL Inggris hanya memiliki 13 Destroyer Type 23 dan enam Destroyer Type 45.
Sejumlah peluncur rudal Harpoon dari Type 22 dipindahkan ke Type 23, namun nampaknya AL Inggris ‘lupa’ untuk memodernisasi isinya. Rudal-rudal Harpoon 1C ini di Inggris dipelihara oleh Devonport Dockyard. Dengan berakhirnya usia pakai rudal, berakhir pula kontrak perawatannya di Inggris yang akan jatuh tempo pada bulan November 2018.3
Tanpa tindak lanjut yang memadai, baik itu membeli rudal anti kapal baru, ataupun memperpanjang kontrak perawatan, AL Inggris akan jadi bahan tertawaan dunia. Tanpa rudal, destroyer dan fregat Inggris hanya dapat mengandalkan meriam-meriam 4,5 inci Mk8 yang terpasang di kapal mereka.
Sementara itu, helikopter Super Lynx dan Wildcat yang merupakan helikopter organik di kapal perang Royal Navy dan seharusnya dilengkapi rudal anti kapal pun nasibnya setali tiga uang. Rudal Sea Skua yang jadi andalan helikopter-helikopter ini menghadapi fase pensiun yang lebih dini lagi, tepatnya bulan Maret 2017. Penggantinya, MBDA ANL/ Sea Venom baru akan melengkapi Wildcat HMA.2 pada tahun 2020.
Di tengah situasi yang menghangat antara Rusia dan NATO, fakta bahwa Inggris yang (saat ini) tidak memiliki rencana yang sahih untuk sistem ofensif antikapal berbasis rudal jelas menimbulkan suatu celah yang dapat dimanipulasi. Rusia sendiri terus-menerus mencobai kesiapsiagaan armada laut negara-negara NATO.
Dalam jangka pendek, tidak akan ada pilihan bagi AL Inggris kecuali memperpanjang kontrak dan meremajakan Harpoon 1C mereka, sembari mencari pilihan definitif untuk sistem rudal anti kapalnya. (Aryo Nugroho)
Sumber : http://angkasa.co.id/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb