![]() |
Marcus Wandt, Pilot Uji Gripen E |
Suara gemuruh jet tempur bermesin tunggal di atas Linköping dan beberapa kota lainnya di Swedia seringkali terdengar hingga kejauhan. Aktivitas itu meningkat beberapa tahun belakangan sehubungan dengan persiapan uji penerbangan perdana Gripen E.
Beda dengan pilot tempur lainnya, tugas Marcus Wandt (35) dalam penerbangan bertambah satu risiko dimana ia harus menguji coba pesawat baru. Itulah profesi yang kini dijalaninya di Saab.
Wandt mengatakan, ada saat-saat dimana ia menikmati pemandangan yang sungguh menakjubkan di luar kokpit sana. Hamparan Bumi dan juga luasnya ruang angkasa dengan awan-awan putihnya.
“Tapi itu hanya satu persen yang saya lakukan, sedangkan 99 persen lainnya saya harus berkonsentrasi penuh menguji pesawat di udara. Saya harus pastikan apa yang harus dibenahi dari pesawat yang saya terbangkan,” ujar bapak dua anak ini dengan senyum khasnya.
Bagi banyak kalangan, Wandt telah berhasil meraih cita-citanya. Menjadi pilot adalah impian banyak orang sejak kecil. Ia bisa melakukan manuver di udara dan menguji salah satu penempur terbaik di jagat ini. Meski demikian, Marcus Wandt menekankan, bahwa jadi pilot uji mengemban tugas yang lebih banyak ketimbang melakukan manuver-manuver indah di udara.
“Ini adalah tugas utama saya, mengobservasi dan menganalisis bagaimana pesawat dapat dioperasikan,” ungkapnya
Para insinyur penerbangan merancang pesawat mampu terbang hingga limit terluarnya. Ketika batasan itu tidak bisa digapai oleh pesawat yang dirancang, maka itu adalah tugas pilot untuk memastikan bagaimana agar pesawat bisa mencapainya dan sejauh apa hidung pesawat mengayun.
Saab memberikan kepercayaan kepada Wandt sebagai salah satu pilot uji, tentu tidak sembarangan. Dari sisi pendidikan, Marcus Wandt telah mengenyam pendidikan di Sekolah pilot Uji Angkatan Laut AS (US Naval Test Pilot School – USNTP). Selama satu setengah tahun bersama dengan pilot-pilot lain dari berbagai negara, Wandt menerbangkan banyak pesawat mulai dari glider hingga pesawat taildragger berusia setengah abad, seaplane, dan pesawat tempur modern tentunya. Selama pendidikan tersebut seluruh siswa pilot uji dinilai dan Marcus Wandt dari Swedia lulus dengan predikat terbaik.
Mengenai tugasnya menguji pesawat demonstrator Gripen E, Wandt yang punya kesenangan bermain dengan kedua anaknya ini mengatakan, “Ini adalah tugas yang amat menantang dan menyenangkan bagi saya. Ketika saya duduk di kokpit pesawat, saya merasakan bagaimana saya harus menghormati semua insinyur yang telah merancang pesawat ini. Tidak hanya itu, tapi semua orang yang terlibat dalam proyek melahirkan pesawat ini. Pengalaman saya, baru kali ini saya menemukan komunikasi yang sangat baik antara pesawat tempur dengan pilotnya.”
Wandt secara pribadi menyadari, sumber daya (manusia dan materiil) yang dimiliki Swedia tidak sebesar yang dimiliki oleh negara-negara besar lain seperti Amerika Serikat. Meski begitu, justru Wandt makin menyadari bahwa Swedia patut berbangga telah mampu membangun sistem yang bagus, salah satunya melahirkan Gripen E. “Swedia dan Saab harus berbangga dalam hal ini,” tandasnya.
Saat Angkasa bersama 104 jurnalis dari berbagai negara diundang mengunjungi markas Saab pada Mei 2016 lalu, Marcus Wandt ditunjuk Saab menjadi salah satu pilot yang memberikan keterangan langsung kepada insan pers. Ia bersama rekan pilot uji lainnya menerangkan secara gamblang perbedaan antara Gripen C/D dengan Gripen E/F berikut dua pesawat dihadirkan di hanggar Saab. Lazimnya pilot pesawat tempur, pembawaan Wandt cukup dinamis. Ia berbicara penuh semangat dan mampu menjawab dengan cepat setiap pertanyaan yang diajukan.
Kisah Marcus Wandt hanyalah sekelumit cerita dari keberhasilan Saab membangun keluarga pesawat tempur Gripen. Banyak kisah seru lainnya dalam sejarah pengembangan Gripen hingga saat ini menjadi salah satu pesawat tempur pilihan di banyak negara. (Roni S. & Remigius S.)
Sumber : http://angkasa.co.id/