PT Sritex |
Berbasis di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, reputasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) sebagai perusahaan tekstil dan garmen tidak hanya terkemuka di Indonesia. Produk uniform army alias seragam militer dari usaha yang dirintis almarhum H.M. Lukminto ini bahkan telah merambah sedikitnya 30 negara di dunia.
Berikut wawancara Merdeka.com dengan Presiden Direktur PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto saat press tour di pabrik yang berlokasi di Jalan KH. Samanhudi, Sukoharjo, Rabu (28/12).
Menyongsong tahun 2017, strategi dan fokus apa yang akan dilakukan PT Sritex?
Di Sritex pada 2017 ini kita mulai produksi apa yang kita investasikan di 2016, terutama finishing. Barangnya sebetulnya sudah kelihatan semuanya. Tinggal kita genjot produksi, mapankan. Kita estimasi kira-kira sampai akhir 2017 itu utilisasinya penuh. Selanjutnya ekspansi kita harapkan di 2018. Apa yang sudah kita garap, kita bangun ini, di 2018 pertumbuhan Sritex bagaimana itu sudah kelihatan. Kita tetap mengutamakan pangsa pasar yang kuat saat ini di fashion, uniform atau garmen, penjualan kain jadi, kain grey, kain setengah matang, dan benang. (Produk) Ini sudah mempunyai pasar stabil di Sritex.
Caranya?
Tentunya ada pengembangan-pengembangan produk baru agar menambah value added atau nilai tambah produk tersebut. Strategi kita, banyak kain ini kita finishing. Kita punya kain mentah lebih, kita jadikan lebih. Kainnya itu dimatangkan, jadi diwarna, diprint, dijahit, istilahnya di garmen. Strategi 2017 itu sebenarnya menambah value added, menambah utilisasi penuh, konsolidasi. Semuanya. Jadi itu gambaran umum Sritex di 2017.
Lebih besar mana, pangsa ekspor produk kain jadi dibandingkan garmen di luar negeri?
Pangsa fashion kita memang luar negeri semua. Kita mempunyai pangsa sendiri-sendiri, dimana pangsa garmen kita sudah mempunyai booking dengan buyer-buyer kita. Nah sekarang kita justru menambah sumber material ini, yakni kain jadi ini untuk kita garmen lagi. Kain jadi banyak nambah di lokal, meski ekspor juga ada, sedangkan garmen banyak permintaan di luar negeri. Lokal tujuannya ekspor juga ada. Jadi sangat diversifikasi (produk) kita itu.
Kalau uniform militer?
Uniform (militer) itu nilai ekspornya sekitar 10 persen dari total penjualan Sritex tahun ini sebesar 650 juta US Dollar. Perbandingannya, 60 persen ekspor, 40 persen pasar lokal. Jadi porsi uniform garmen 65 juta US Dollar. Itu ekspor. Tapi yang terbesar masih benang, sekitar 50-60 persen.
Ada penambahan negara pembeli uniform militer?
Saat ini kita tetap, tetapi kuantitinya ditambah. 30 Negara. Jadi kita menambah porsinya di suatu negara. (Situasi politik apakah mempengaruhi penjualan?) Saat ini belum ada pengaruh. Ya intinya kita jangan ada kejadian politik.
Bahan baku terbesar, yakni kapas, diimpor dari Australia. Apakah ada rencana untuk mengusahakannya dari Indonesia?
Kapas enggak bisa di indonesia. Kapas itu kan tanaman. Jadi belum bisa ditanam di Indonesia. Cuacanya Indonesia enggak mendukung. Banyak hujan. Sedangkan kapas butuh kering, tapi bawahnya butuh air. Ada pun kuantitinya belum besar. Di NTT, Sulawesi, sebagian ada (yang memproduksi), tapi kuantitinya belum cukup. Ya impor.
Target penjualan PT Sritex pada 2017?
Di 2017, kira-kira target naik 8 persen. Sama seperti tahun 2015 ke 2016. Itu berdasarkan kapasitas produksi kita. (Kenapa enggak 10 sekalian?) Angka sukses itu delapan.
Sumber : http://jateng.merdeka.com/wawancara/ini-langkah-pt-sritex-di-tahun-2017-161229s.html