Donald Trump |
Hubungan Amerika Serikat dan China kian tegang setelah Beijing mengkritik presiden terpilih Donald Trump karena berbicara langsung dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, akhir pekan lalu. Kini, Trump mengkritik kebijakan China secara terbuka melalui akun Twitter pribadinya.
"Apakah China bertanya kepada kami apakah baik ketika mereka mendevaluasi mata uang mereka, memasang pajak tinggi untuk produk kami agar bisa masuk negara mereka, atau membangun kompleks militer di Laut China Selatan? Saya rasa tidak!" kata Trump seperti dilansir Reuters, Minggu (4/12).
Menurut Trump, kebijakan China tersebut merugikan AS. Dengan mendevaluasi mata uang China, perusahaan AS sulit berkompetisi. Sementara itu, AS sendiri tidak menerapkan pajak tinggi untuk impor barang dari China.
Merujuk pada data Organisasi Perdagangan Dunia, China memasang tarif 15,6 persen untuk impor hasil pertanian AS dan sembilan persen pada komoditas lainnya. Namun AS hanya mewajibkan 4,4 persen pajak untuk impor produk pertanian China dan 3,6 persen pada komoditas lainnya.
China memang merupakan mitra dagang terbesar AS. Namun, perdagangan AS ke China mengalami defisit hingga US$366 miliar pada 2015, turun 6,6 persen dari tahun sebelumnya.
Wakil Presiden terpilih AS, Mike Pence, sendiri mengatakan bahwa Trump menerima telepon dari Tsai yang sekadar mengucapkan selamat atas kemenangan sang taipan real estate itu dalam pemilihan umum lalu.
Pence menegaskan bahwa kebijakan AS atas China baru akan diputuskan setelah Trump resmi dilantik pada Januari mendatang.
Namun, China tetap menganggap Trump tak berpengalaman karena berhubungan langsung dengan Tsai yang pro-independen. Selama ini, China menganggap Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari negaranya.
"Kami sudah menyampaikan langsung kepada pihak AS terkait. Harus ditegaskan bahwa hanya ada satu China di dunia. Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah China," demikian kutipan pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri China. (has)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161205093554-134-177379/pasca-berbicara-dengan-presiden-taiwan-trump-kritik-china/
"Apakah China bertanya kepada kami apakah baik ketika mereka mendevaluasi mata uang mereka, memasang pajak tinggi untuk produk kami agar bisa masuk negara mereka, atau membangun kompleks militer di Laut China Selatan? Saya rasa tidak!" kata Trump seperti dilansir Reuters, Minggu (4/12).
Menurut Trump, kebijakan China tersebut merugikan AS. Dengan mendevaluasi mata uang China, perusahaan AS sulit berkompetisi. Sementara itu, AS sendiri tidak menerapkan pajak tinggi untuk impor barang dari China.
Merujuk pada data Organisasi Perdagangan Dunia, China memasang tarif 15,6 persen untuk impor hasil pertanian AS dan sembilan persen pada komoditas lainnya. Namun AS hanya mewajibkan 4,4 persen pajak untuk impor produk pertanian China dan 3,6 persen pada komoditas lainnya.
China memang merupakan mitra dagang terbesar AS. Namun, perdagangan AS ke China mengalami defisit hingga US$366 miliar pada 2015, turun 6,6 persen dari tahun sebelumnya.
Wakil Presiden terpilih AS, Mike Pence, sendiri mengatakan bahwa Trump menerima telepon dari Tsai yang sekadar mengucapkan selamat atas kemenangan sang taipan real estate itu dalam pemilihan umum lalu.
Pence menegaskan bahwa kebijakan AS atas China baru akan diputuskan setelah Trump resmi dilantik pada Januari mendatang.
Namun, China tetap menganggap Trump tak berpengalaman karena berhubungan langsung dengan Tsai yang pro-independen. Selama ini, China menganggap Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari negaranya.
"Kami sudah menyampaikan langsung kepada pihak AS terkait. Harus ditegaskan bahwa hanya ada satu China di dunia. Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah China," demikian kutipan pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri China. (has)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161205093554-134-177379/pasca-berbicara-dengan-presiden-taiwan-trump-kritik-china/