Sarwo Edhie Ditakutkan Kayak Gamal Abdul Nasser Singkirkan Jenderal Nadjib - Radar Militer

24 Desember 2016

Sarwo Edhie Ditakutkan Kayak Gamal Abdul Nasser Singkirkan Jenderal Nadjib

Letjen Purn Sarwoi Edhie Wibowo
Letjen Purn Sarwoi Edhie Wibowo

Dibandingkan dengan 2 jenderal King Maker Orde Baru lainnya, Letjen Purn Kemal Idris dan Letjen Purn HR Dharsono, nama Letjen Purn Sarwoi Edhie Wibowo, begitu meroket dalam fase penumpasan Gerakan 30S/PKI.
Jenderal bintang tiga kelahiran Purworejo, sama dengan tempat kelahiran Jenderal A Yani, adalah komandan RPKAD, satuan Pasukan Khusus TNI AD yang kemudian berganti nama menjadi Kopassandha dan kemudian Kopassus.
Setelah itu, dalam Letjen Purn Sarwo Edhie yang memimpin pembersihan sisa-sisa pelaku dan pendukung G30S/PKI di Jateng. Namanya begitu harum dan menjadi rising star pascatragedi politik dan kemanusiaan yang tercatat dalam tinta hitam negara yang baru 20 tahun merdeka.
Setelah mampu menyelesaikan tugas berat dalam operasi pemberantasan G30S/PKI, nasib dan karier militer dan politik Sarwo Edhie tak berbeda jauh dengan Kemal Idris dan HR Dharsono. Tanpa tahu apa kesalahannya, Sarwo Edhie dimutasi ke Sumatera sebagai pangdam dan setelah dari pejabat militer di medan teritorial yang berpusat di Medan, dia di-tour of duty-kan ke Papua (Irian Jaya ketika itu) sebagai pangdam.
"Tak ada jelas apa kesalahan Sarwo Edhie yang jadi alasan Soeharto untuk secara perlahan menamatkan karir militernya," tulis Dr Salim Said, pengamat militer dalam bukunya berjudul: Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto.
Cuma, tambah Salim Said, cerita saat itu yang berkembang menyebutkan, dalam penyingkiran Sarwo Edhie ini, Ali Murtopo memainkan peran besar. Ali, tokoh militer lain di barisan Orde Baru, menurut Salim Said, sejak awal memproyeksikan dirinya sebagai pengganti Soeharto.
Karena itu, sangat logis kalau sejak dini Ali Murtopo mempergunakan tangan Soeharto untuk menyingkirkan tokoh-tokoh yang dianggapnya potensial bakal menyainginya di masa depan untuk menggantikan Soeharto.
"Berbagai sumber saat itu menjelaskan, isu Sarwo Edhie ditakutkan bakal me-Najib-kan (menyingkirkan Soeharto seperti Kolonel Gamal Abdel Nasser di Mesir menyingkirkan Jenderal Najib, seniornya yang bersamanya menggulingkan Raja Farouk) kabarnya berasal dari kelompok Ali Murtopo. Isu demikian memang sempat beredar di kalangan terbatas di Jakarta," jelas Salim Said dalam bukunya.
Padahal, Sarwo Edhie bukannya jenderal yang gandrung dengan politik. Dia bukan seorang yang ambisius. Baginya, tentara merupakan profesi yang sangat dicintainya. Sarwo Edhie sempat mempertanyakan tiadanya anak Soeharto yang menjadi militer (tentara), padahal Soeharto dikenal sebagai tokoh militer yang pintar mendesain dan menjalankan strategi perang dan mampu meraih prestasi gemilang di sejumlah palagan, seperti operasi Trikora dalam rangka perebutan Irian Barat.
Jenderal Sarwo Edhie berbeda jauh secara karakter dengan koleganya sesama King Maker. Letjen Kemal dikenal sebagai jenderal pemberang, kritis, dan berani. Letjen HR Dharsono lebih suka berpolitik dan dikenal dekat dengan sejumlah tokoh dari Partai Sosialis Indonesia (PSI).
"Tidak menduga sama sekali. Sebab, PKI itu kan menerima Pancasila, Manipol, dan selalu menyatakan kesetiaannya kepada Pemimpin Besar Revolusi," jawab Sarwo Edhie ketika ditanya Salim Said tentang posisi PKI di balik aksi Gestapu yang gagal total itu.
Jenderal Sarwo Edhie, tulis Salim Said, adalah pati TNI AD yang pengetahuan dan minatnya terhadap politik rendah. "Sarwo Edhie itu cuma tentara dan profesi itu sangat dicintainya. Tak lebih dari itu," tegas Salim Said. [air/bersambung]
Sumber : http://www.beritajatim.com/politik_pemerintahan/285716/sarwo_edhie_ditakutkan_kayak_gamal_abdul_nasser_singkirkan_jenderal_nadjib.html

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb