Donald Trump |
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membahas Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) saat berkunjung ke markas Badan Intelijen Sentral atau CIA. Trump juga menyebut ISIS tidak akan pernah ada jika AS merebut ladang minyak di Irak.
Dalam pidato yang tak dipersiapkan sebelumnya, seperti dilansir The Huffington Post, Senin (23/1/2017), Trump memperkenalkan calon Direktur CIA pilihannya, Mike Pompeo, yang kini menjabat anggota parlemen Partai Republik untuk Kansas. Trump berbicara di hadapan ratusan agen dan staf CIA pada Sabtu (21/1) waktu setempat.
Salah satu poin pidatonya menyinggung soal Irak. Trump menyebut, AS seharusnya menguasai ladang minyak Irak saat melakukan invasi ke negara tersebut, beberapa waktu lalu. Dengan demikian, sebut Trump, ISIS mungkin tidak akan pernah ada.
"Sekarang saya mengatakannya untuk alasan ekonomi. Tapi jika Anda memikirkannya, Mike, jika kita menguasai minyak, kita mungkin tidak akan menghadapi ISIS karena dari situlah mereka mendapatkan uang. Jadi kita seharusnya menguasai minyak," tutur Trump.
"Tapi, oke. Mungkin kita akan mendapat kesempatan lain. Tapi faktanya adalah: kita seharusnya menguasai minyak (Irak)," imbuhnya tanpa menjelaskan maksud perkataannya.
Klaim semacam ini berulang kali diucapkan Trump semasa kampanye pilpres. Namun saat Trump sebagai Presiden AS menyampaikan di hadapan CIA -- juga kepada komunitas internasional -- bahwa menurutnya, AS harus 'menjarah' sumber daya alam negara lain, menjadi penanda baru dalam diplomasi asing. Di sisi lain, pernyataan Trump itu juga memberi isyarat tidak akan ada perubahan gaya retorika Trump yang kini menjadi orang nomor satu di AS.
Menurut The Huffington Post, strategi menguasai minyak Irak jelas merupakan pelanggaran sejumlah hukum internasional dan kesepakatan PBB. Para pakar kebijakan luar negeri juga menilai, opsi menguasai minyak Irak tidak mudah dilakukan namun tidak juga diperlukan.
Secara terpisah, BuzzFeed telah berbicara dengan beberapa warga Irak yang ada di garis depan pertempuran melawan ISIS. Mereka mengaku siap mengangkat senjata melawan AS jika sumber daya alam mereka diambil.
"Saya ikut serta dalam serangan melawan Amerika dengan menyerang mereka dengan mortir dan bom pinggir jalan, dan saya siap melakukannya lagi. Kami menyimpan amunisi dan persenjataan kami sejak Amerika pergi, untuk bertempur melawan ISIS. Tapi begitu ISIS lenyap, kami akan menyimpan persenjataan untuk Amerika," tegas Abu Luay, seorang tentara Irak yang tengah melawan ISIS.
"Tidak mungkin Trump bisa menguasai minyak, kecuali dia meluncurkan operasi militer baru dan itu akan menjadi perang dunia yang baru," ucap warga Irak bernama Kareem Kashekh yang menjadi fotografer untuk Popular Mobilization Units, bagian dari militer Irak yang bertempur melawan ISIS.
Sumber : https://news.detik.com/internasional/d-3403466/di-markas-cia-trump-usulkan-as-kuasai-ladang-minyak-irak
Dalam pidato yang tak dipersiapkan sebelumnya, seperti dilansir The Huffington Post, Senin (23/1/2017), Trump memperkenalkan calon Direktur CIA pilihannya, Mike Pompeo, yang kini menjabat anggota parlemen Partai Republik untuk Kansas. Trump berbicara di hadapan ratusan agen dan staf CIA pada Sabtu (21/1) waktu setempat.
Salah satu poin pidatonya menyinggung soal Irak. Trump menyebut, AS seharusnya menguasai ladang minyak Irak saat melakukan invasi ke negara tersebut, beberapa waktu lalu. Dengan demikian, sebut Trump, ISIS mungkin tidak akan pernah ada.
"Sekarang saya mengatakannya untuk alasan ekonomi. Tapi jika Anda memikirkannya, Mike, jika kita menguasai minyak, kita mungkin tidak akan menghadapi ISIS karena dari situlah mereka mendapatkan uang. Jadi kita seharusnya menguasai minyak," tutur Trump.
"Tapi, oke. Mungkin kita akan mendapat kesempatan lain. Tapi faktanya adalah: kita seharusnya menguasai minyak (Irak)," imbuhnya tanpa menjelaskan maksud perkataannya.
Klaim semacam ini berulang kali diucapkan Trump semasa kampanye pilpres. Namun saat Trump sebagai Presiden AS menyampaikan di hadapan CIA -- juga kepada komunitas internasional -- bahwa menurutnya, AS harus 'menjarah' sumber daya alam negara lain, menjadi penanda baru dalam diplomasi asing. Di sisi lain, pernyataan Trump itu juga memberi isyarat tidak akan ada perubahan gaya retorika Trump yang kini menjadi orang nomor satu di AS.
Menurut The Huffington Post, strategi menguasai minyak Irak jelas merupakan pelanggaran sejumlah hukum internasional dan kesepakatan PBB. Para pakar kebijakan luar negeri juga menilai, opsi menguasai minyak Irak tidak mudah dilakukan namun tidak juga diperlukan.
Secara terpisah, BuzzFeed telah berbicara dengan beberapa warga Irak yang ada di garis depan pertempuran melawan ISIS. Mereka mengaku siap mengangkat senjata melawan AS jika sumber daya alam mereka diambil.
"Saya ikut serta dalam serangan melawan Amerika dengan menyerang mereka dengan mortir dan bom pinggir jalan, dan saya siap melakukannya lagi. Kami menyimpan amunisi dan persenjataan kami sejak Amerika pergi, untuk bertempur melawan ISIS. Tapi begitu ISIS lenyap, kami akan menyimpan persenjataan untuk Amerika," tegas Abu Luay, seorang tentara Irak yang tengah melawan ISIS.
"Tidak mungkin Trump bisa menguasai minyak, kecuali dia meluncurkan operasi militer baru dan itu akan menjadi perang dunia yang baru," ucap warga Irak bernama Kareem Kashekh yang menjadi fotografer untuk Popular Mobilization Units, bagian dari militer Irak yang bertempur melawan ISIS.
Sumber : https://news.detik.com/internasional/d-3403466/di-markas-cia-trump-usulkan-as-kuasai-ladang-minyak-irak