![]() |
Ilustrasi |
Dalam satu perkembangan yang semakin mendekatkan kita ke jaman Star Wars, AU AS melaporkan bahwa mereka telah menyelesaikan studi kelayakan mengenai kemungkinan pemasangan senjata laser ke jajaran pesawat-pesawatnya. Sebagai bagian dari hasil riset AFSAB (Air Force Scientific Advisory Board) tahun 2016, badan ini melakukan riset untuk memasang HEL (High Energy Laser) ke pesawat gunship.
Hasil riset ini berhasil menemukan kecocokan antara sistem HEL yang dikembangkan oleh beberapa perusahaan dengan platform pesawat serang atau gunship AC-130J Ghostrider. Pesawat gunship terbaru itu dianggap memiliki ruang tumbuh, ukuran, catu daya, dan yang paling penting, kecocokan anggaran dengan sistem HEL yang tersedia, kata kepala AFSAB.
Studi tersebut juga menyatakan bahwa sistem catu daya di AC-130J cukup memadai untuk memasok tenaga bagi sistem HEL yang dapat ditembakkan berkali-kali. Hal ini tentu menggembirakan, karena artinya tidak ada kerumitan untuk membuat baterai cadangan yang akan makan tempat untuk menjadi tenaga sistem HEL tersebut. Sistem senjata HEL dapat dibuat ringkas dipasang pada AC-130J, dan mungkin juga pesawat-pesawat lain apabila riset ini diperluas.
Pertanyaannya, seberapa canggihkah sistem HEL yang terpasang pada wahana udara? Sistem HEL pada tahap awal ujicoba pengoperasiannya akan lebih ditujukan untuk menangani ancaman dari rudal pencari panas. Jadi belum ada bayangan untuk menjadikan laser sebagai senjata di pertempuran yang saling menghancurkan layaknya di film fiksi ilmiah.
HEL dianggap lebih punya potensi dan kans untuk menangkal rudal pencari panas yang menjadi momok bagi pesawat seperti AC-130J yang sukar bermanuver, dibandingkan mengandalkan sistem chaff dan flare atau jammer yang selama ini jamak digunakan. Sistem laser tersebut dianggap mumpuni untuk membutakan sistem pemandu pada rudal antipesawat dan merontokkannya sebelum mampu menyentuh pesawat.
Menggunakan laser untuk menghancurkan sasaran darat atau sasaran udara memang dimungkinkan, tapi akan membutuhkan daya yang jauh lebih besar. Saat ini sistem yang ada belum mampu mewujudkan angan tersebut.
Saat ini AU AS sendiri sudah mengontrak Boeing dengan IDIQ (Indifinite Delivery/ Indifenite Quantity), alias belum dapat ditentukan kapan dan jumlah penyerahannya. Nilai kontraknya sendiri mencapai USD90 juta untuk meriset dan mengembangkan sistem HEL berbasis pod.
Boeing diberi waktu lima tahun untuk menyempurnakan proyek SHIELD (Self-Protect High Energy Laser Demonstrator) yang digagasnya. Boeing sendiri mengerjakan SHIELD bersama dengan Northrop Grumman yang mengembangkan sistem kubah berputar dan pengarah gelombang laser untuk pod SHIELD tersebut.
Di masa mendatang, setiap pesawat tempur dan gunship AU AS bisa jadi akan membawa pod SHIELD. Bisa juga diintegrasikan ke dalam fuselage untuk next gen stealth fighter, gunship, dan bomber yang ditugaskan masuk ke dalam wilayah yang dilindungi oleh ring rudal anti pesawat.
Misi SEAD (Supression of Enemy Air Defence) juga akan lebih aman bagi pesawat yang sudah dilengkapi pod laser, mengurangi ancaman kru dan bisa jadi membuat sistem pertahanan berbasis rudal anti pesawat akan usang untuk selama-lamanya. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/