![]() |
Kim Jong-nam |
Kurang lebih lima tahun lamanya, yakni sejak 2012, Kim Jong-nam berupaya dilenyapkan. Hidupnya yang enigmatik (misterius) sejak kecil berakhir hanya dalam lima waktu detik pada Senin (13/2), lewat sebuah aksi pembunuhan yang bakal terus diselimuti misteri.
Tatkala Korea Utara (Korut) pada 2011 menggelar upacara pemakaman kenegaraan bagi pemimpinnya, Kim Jong-il, satu orang putranya secara kasat mata absen. Padahal dia adalah putra tertua dan menurut tradisi Korea seharusnya memimpin upacara pemakaman tersebut. Absennya Jong Nam menjadi bukti nyata bagi para analis di luar Korut, betapa dia sangat terkucilkan dari pusat kekuasaan di negara paling tertutup sedunia itu.
Jong Nam tidak pernah sepenuhnya diterima oleh keluarganya. Ia juga dipinggirkan oleh ibu tirinya yang ambisius, lagi punya banyak kuasa. Jong Nam juga selama bertahun-tahun dihantui oleh para pemburu nyawanya.
Alhasil, hampir sepanjang hidupnya, ia berkelana di luar negeri, dari Jenewa, Moskow, Beijing, Paris, Makau, bahkan dilaporkan pernah beberapa saat di Jakarta.
Hidupnya berakhir--dalam usia 45 tahun--di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia. Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Jong Nam diracun oleh dua orang perempuan, yang menjadi eksekutor pembunuhan atas perintah dari otoritas Korut di Pyongyang.
Jong-nam nyaris menjadi seorang reformer bagi negaranya. Tetapi hal itu juga membuatnya menjadi ancaman bagi adik tirinya, pemimpin Korut sekarang Kim Jong-un. Jong Nam juga dipandang ancaman bagi dinasti Kim, yang sudah menguasai dan mengontrol Korut sekitar 70 tahun.
Kim Jong-nam lahir pada 10 Mei 1971, bukan pada 10 Juni 1970 sebagaimana tertera pada paspor asli, tetapi palsu yang dipegangnya saat meninggal dunia. Dia adalah putra Kim Jong-il, yang penggemar berat film, dan Song Hye Rim, aktris terkemuka di studio film Korut, yang menceraikan suaminya untuk hidup dalam kerahasiaan bersama sang calon pemimpin Korut. Ini dinyatakan dalam laman North Korea Leadership Watch.
Michael Madden, kontributor bagi organisasi pemantau Korut, 38 North, dan dosen tamu US-Korea Institute di Johns Hopkins University menjelaskan bahwa lantaran masyarakat Korut sangat konservatif dan Jong Nam lahir dari hasil hubungan gelap, ia harus disembunyikan dari publik dan awalnya dari kakeknya, pendiri Korut Kim Il-sung.
“Kim Jong-il memiliki perintah tetap untuk mengeksekusi siapa saja yang membahas kehidupan pribadinya. Korut sangat konservatif sehingga mendengar saja kabar bahwa dia memiliki banyak anak dari sejumlah perempuan, bakal ketahuan,” tutur Madden.
Adik perempuan Jong-il, Kim Kyung-hee berupaya mengadopsi Jong-nam tak lama setelah dia lahir, tetapi ditolak. Namun sepanjang hidupnya dia tetap dekat dengan keponakannya tersebut.
Meski merahasiakan kehidupan anaknya, Jong-il dibujuk untuk mengirimkan Jong-nam ke luar negeri demi pendidikannya.
Jong Nam menghabiskan masa kecil bersama kerabat ibunya di Pyongyang. Pada akhir 1970-an, dia menempuh studi di Jenewa, Swiss. Tetapi kemudian dipindahkan ke Moskow--ketika berusia delapan tahun--karena secara ideologis dianggap lebih sesuai.
Sepanjang dekade 1980-an dia bolak-balik antara sekolah internasional di Moskow dan Jenewa. Jong-nam akhirnya menamatkan sekolahnya di Jenewa. Selama di Jenewa, ia belajar bahasa Prancis dan Jerman. Ia juga fasih berbicara bahasa Inggris kepada para wartawan yang terkadang memburunya di jalan.
Jong-nam kembali ke Pyongyang pada 1988, saat ia hampir berusia 18 tahun. Ia kemudian menjadi kadet di Kementerian Keamanan Rakyat. Ia juga menjadi dekat dengan bibinya--Kim Kyong-hui, adik Kim Jong-il--dan suaminya Jang Sung-thaek.
Song Hye-rang--bibi dan penjaga Jong-nam--membelot pada 1990-an dan menulis memoar berjudul Rumah Wisteria.
“Rasa sayang Jong-il terhadap putranya tak dapat diucapkan dengan kata-kata. Sang pangeran muda yang menenangkannya hingga tertidur bila putranya itu sedang rewel, menggendongnya hingga berhenti menangis, dan menghiburnya sebagaimana para ibu menenangkan bayi yang menangis,” tulis Song.
Ia juga menggambarkan betapa Jong-nam merasakan kesepian setelah kembali ke Pyongyang. Dia dan keluarga tidak diperbolehkan keluar dari Pyongyang dan hanya sesekali diizinkan pergi ke Wonsan, tempat keluarga Kim memiliki rumah pinggir pantai.
“Lebih dari sekali atau dua kali kami menyuarakan kepedihan karena bermain di pantai yang luas, tetapi sepi. Hanya ada dua anak dan para sopir di sana,” kata Song.
Namun, lanjut dia, perasaan hampa yang dirasakan Jong-nam makin menjadi karena ia merasa ayahnya akan mengabaikannya.
“Ayahnya memulai hidup baru dengan perempuan lain dan memiliki sejumlah putra-putri lagi. Ia mengalihkan cinta dan kasih sayangnya dari Jong-nam ke anak-anak barunya, termasuk Kim Jong-un,” kata Song.
Tak sekali pun Jong-nam pernah disebut di media Korut. Bahkan hingga kematiannya, hanya segelintir elite Korut yang tahu keberadaannya.
Karena dibesarkan oleh keluarga berbeda dan berjarak 13 tahun dengan Jong-un, Madden mengatakan keduanya juga secara tradisi tidak mungkin dibesarkan bersama.
Yoji Gomi, wartawan Jepang yang merilis buku tentang Jong-nam pada 2012 mengungkapkan dua bersaudara itu bahkan belum pernah sekalipun bertemu muka karena praktik kuno di Korut untuk membesarkan para calon pengganti secara terpisah. Jong-nam dibesarkan di sebuah rumah di kantor pusat Partai Pekerja. Rumah itu dihancurkan pada 2009 atau 2010 dan sekarang menjadi kediaman resmi Jong-un.
“Ada simbolisme di sana bahwa mereka menghancurkan rumah masa kecil. Rumah itu ditinggali Jong-nam ketika pulang ke Tanah Airnya,” kata Madden.
Permalukan Rezim
Pada 2001, muncullah peristiwa yang mempermalukan, Korut, Kim Jong-il, dan juga membalikkan peruntungan Jong-nam sebagai calon pengganti ayahnya. Dia tertangkap saat hendak masuk Jepang dengan paspor diplomatik palsu. Lebih memalukan lagi lantaran tujuannya ke Jepang adalah karena ingin mengunjungi Disneyland.
Tujuannya ke Jepang itu juga bukan satu-satunya alasan yang mempermalukan rezim Korut. Lebih dari itu adalah fakta bahwa ia mengungkapkan kepada dunia bahwa anggota keluarga rezim menggunakan paspor palsu untuk bepergian ke luar negeri.
Meski begitu, dalam wasiat beberapa bulan sebelum kematiannya, Jong-il menuliskan perintah yang harus dipatuhi oleh Jong-un.
“Kim Jong-il mendesak Kim Jong-nam tidak diganggu dan tidak menjadi target rezim,” ujar Ken Gause, pakar Korut dalam bukunya North Korean House of Cards.
Menyusul peristiwa memalukan itu, Jong-nam pindah ke Makau dan sejak itu hidup dalam pengasingan, baik karena sukarela maupun dipaksa.
Beberapa tahun terpisah dari basis kekuatan keluarganya, Jong-nam mulai secara terbuka mengkritik Korut. Pada 2010, ia dikutip media Jepang berkata bahwa ia menentang suksesi dinasti di negaranya. Setelah kematian ayahnya, ia semakin berani mengkritik Korut. Ia mempertanyakan kemampuan adik tirinya untuk mempertahankan kekuasaan absolut.
Kepada Gomi, ia mengatakan negaranya akan ambruk tanpa reformasi. Namun, reformasi juga akan meruntuhkan dinasti Kim dan adiknya tak lebih hanya akan menjadi boneka dari elite yang berkuasa.
Anaknya, Kim Han Sol, mengatakan bahwa ayahnya tidak tertarik dengan peran politik. “Ayah saya tidak benar-benar tertarik dengan politik,” ujar remaja kelahiran 1995 itu kepada wakil sekjen PBB Elisabeth Rehn, dalam wawancara dengan televisi Finlandia pada 2012.
Meski begitu, Jong-nam tetap menjadi target rezim Korut. Pada 2012, seorang mata-mata Korut mengaku telah diperintah untuk menyerang Jong-nam. Sang mata-mata pada 2010 sempat merekrut seorang sopir taksi untuk melindas Jong-nam, tetapi rencana itu tak terwujud.
Pada April 2012, Jong-nam dilaporkan menulis surat kepada Jong-un untuk membiarkan dirinya beserta keluarga. Kekhawatiran Jong-nam semakin besar setelah pamannya dieksekusi oleh Jong-un pada 2013. Gomi mengungkapkan bahwa Jong-nam mendapatkan peringatan langsung dari rezim Korut karena mengkritik negaranya sendiri.
“Lewat sebuah email kepada saya, terindikasi bahwa dia diingatkan langsung oleh Korut sehingga dia harus berhenti ngomong politik,” ujar Gomi.
Dia tidak percaya bahwa interaksinya lewat email dan wawancara dengan Jong-nam yang memicu pembunuhannya. Sejumlah analis mengatakan, Jong-nam yang aktif di media sosial menggiring para agen Korut untuk mendapati keberadaannya dan melancarkan pembunuhan.
Meski tidak ada bukti bahwa Jong-un yang memerintahkan pembunuhan terhadap Jong-nam, namun sang pemimpin diduga termotivasi untuk menghabisi nyawa kakak tirinya. Faktor pendorongnya bisa karena kaitan keluarga penguasa terhadap Jepang, musuh utama Korut, dan kaitan kakak tirinya itu dengan Tiongkok.
Ibu Jong-un, Ko Yong-huo, beretnis Korea tetapi lahir di Jepang. Latar belakang keluarganya secara teknis membuat dia dan para putranya dapat dihukum penjara menurut UU di Korut.
Ken Kato, direktur Human Rights in Asia di Tokyo mengatakan berdasarkan dokumen pada 2012 terungkap bahwa ayah Ko dan kakek kandung Jong-un pernah bekerja di pabrik jahit Jepang yang memproduksi seragam untuk militer Jepang. Sementara Jepang menjajah Semenanjung Korea semasa Perang Dunia II.
“Secara teknis, Jong-un dapat disebut sebagai pengkhianat dan dapat berakhir di kamp kerja paksa. Jadi, kami dapat menyimpulkan bahwa Jong-un mungkin berencana untuk membunuh kakak tirinya karena dia dapat mengancam statusnya,” tutur Kato.
Keterkaitan terhadap militer Jepang dapat dianggap sebagai kejahatan di Korut dan akan mengundang pertanyaan tentang keabsahan Jong-un sebagai pemimpin.
Sementara itu, dengan tinggal di Makau, Jong-nam dan keluarga seakan mendapatkan perlindungan dari Tiongkok. Negara itu adalah satu-satunya sekutu Korut, tetapi sudah mengutarakan keresahannya atas program nuklir Korut. Tiongkok dilaporkan sudah mendukung rencana untuk menggulingkan Jong-un dan Jong-nam disebut-sebut sebagai pengganti. Hal ini dilaporkan Time, Rabu (15/2), berdasarkan laporan intelijen Tiongkok. Presiden Tiongkok Xi Jinping dilaporkan sudah bertemu Jong-nam untuk membekuk Jong-un.
Posisi Jong-nam sebagai bakal calon pengganti Jong-un mungkin menjadikannya target pembunuhan oleh rezim Korut.
Senin (13/2) pukul 09.00 waktu setempat, Jong-nam sedang menunggu keberangkatan di terminal penerbangan murah di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Penerbangannya ke Makau terjadwal pukul 10.00 waktu setempat.
Belum jelas bagaimana serangan itu persisnya terjadi. Kepala Polisi Diraja Malaysia Fadzil Ahmat mengatakan kepada The Star, Jong-nam memberi tahu resepsionis bahwa seseorang menariknya dari belakang dan memercikkan cairan ke wajahnya.
Kantor berita Bernama melaporkan, seorang perempuan menariknya dari belakang dan menutupi wajahnya dengan kain yang sudah dibasahi cairan. Laporan-laporan awal menyebutkan ia disemprot cairan atau ditusuk jarum yang mengandung cairan beracun.
“Sakit sekali, sakit sekali, saya disemprot cairan,” dilaporkan menjadi kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Jong-nam.
Ia dilaporkan berdiri sekitar beberapa meter dari meja informasi, sedang antre menggunakan mesin check-in sebelum berteriak-teriak kesakitan. Ia kemudian terjatuh di hadapan para petugas dan nyaris pingsan.
Kematian Jong-nam baru diumumkan pada Selasa (14/2). Tim penyelidik Malaysia masih berupaya mengungkap pembunuhan Jong-nam, di tengah asumsi dan laporan bahwa pembunuhannya diperintahkan oleh Jong-un.
New Straits Times melaporkan, pembunuhnya mengamati Jong-nam saat antre. Selang lima menit kemudian, salah seorang penyerang mengalihkan perhatiannya dan seorang lagi menariknya dari belakang, menjepit lehernya, mengeluarkan kain basah oleh cairan kimia dari tas biru, dan mengelapkan ke wajah Jong-nam.
Dua penyerang Jong-nam kemudian diketahui perempuan Indonesia bernama Siti Aisyah (25 tahun) dan perempuan Vietnam bernama Doan Thi Huong (28 tahun). Seorang pria Malaysia yang dilaporkan sebagai pacar Siti juga ikut ditahan oleh otoritas Malaysia.
Sumber : http://www.beritasatu.com/asia/415130-misteri-kematian-kim-jongnam-yang-enigmatik.html