China Ancam Bubarkan Parade Peringatan Perebutan Paksa Tibet - Radar Militer

11 Maret 2017

China Ancam Bubarkan Parade Peringatan Perebutan Paksa Tibet

Tibet
Tibet 

Pemerintah China mengancam akan membubarkan secara paksa aksi demonstrasi menentang kekuasaan negara komunis tersebut atas Tibet. Unjuk rasa tersebut dilakukan untuk memperingati kedatangan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang mengambil kendali atas negara kecil itu sejak 1959.
Dilansir Reuters, Jumat (10/3), penegasan disampaikan langsung oleh Gubernur Tibet Che Dalha dalam konferensi pers di sela-sela sidang tahunan parlemen Kongres Rakyat China. Negara ini menuding Dalai Lama sebagai dalam di balik aksi unjuk rasa tersebut.
"Tugas paling penting adalah untuk melindungi kawasan terluar ibu pertiwi, membangun rumah, tentunya tidak membiarkan kelompok apapun memisahkan satu inci pun atas tanah kami dari ibu pertiwi," ujar delegasi Tibet yang berasal dari etnis Lhoba di Tiber, Tashi Yangjen.
Tentara China berbaris dan langsung mengambil alih tibet pada 1959, yang disebut Beijing se sebagai 'pembebasan penuh damai'. Negara ini juga memandang Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, yang melarikan diri ke India, sebagai separatis berbahaya.
Sebaliknya, Dalai Lama yang pernah menerima Hadiah Nobel menolak melakukan kekerasan dan hanya meminta otonomi penuh bagi Tibet.
Kelompok hak asasi manusia internasional dan sejumlah orang yang berada dalam pengasingan menyebut China melakukan penindasan dalam memerintah Tibet. Mereka menyebut ketatnya pengawasan dan unjuk kekuatan yang dilakukan tentara dilakukan untuk mengintimidasi para pembangkang, tak terkecuali para biarawan Budha yang mengorbankan diri sebagai bentuk protes minimnya kebebasan beragama.
Direktur Pemantau Hak Asasi Manusia, Sophie Richardson menyebut pemerintah China lagi-lagi memblokade perjalanan ke tempat itu dan terus menggelar parade militer, yang disebutnya untuk menekan rakyat Tibet agar bungkam.
"Perkembangan hak asasi manusia hanya bisa berlangsung apabila pemerintah China mengganti taktik intimidasi dengan lebih terbuka memberikan informasi, kebebasan berekspresi dan perbedaan pendapat," katanya.
Sejumlah jurnalis internasional juga dilarang memasuki Tibet apabila tidak mendapatkan persetujuan dari pemerintah, sementara warga asing juga dilarang memasuki kawasan itu selama momen sensitif tersebut berlangsung.
Sementara, pejabat senior Partai Komunis di Tibet, Wu Yingjie menyebut jurnalis asing tetap dapat diterima di tempat asalnya asalkan, "mereka objektif dan memberikan laporan akurat tentang perubahan di Tibet, kehidupan yang bahagia, bersatunya etnis di Tiber dan harmoni keberagamaan." [tyo]
Sumber : https://www.merdeka.com/dunia/china-ancam-bubarkan-parade-peringatan-perebutan-paksa-tibet.html

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb