SLBM Korea Utara |
Wakil presiden Amerika Serikat, Mike Pence memperingatkan Korea Utara agar tidak menguji kesabaran militer negaranya jika tidak ingin seperti Suriah dan Afghanistan.
Pernyataan itu disampaikan Pence pada Senin, 17 April 2017 setelah menyepakati kerja sama militer terbaru dengan pelaksana jabatan presiden Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn di Zona Demiliterisasi (DMZ).
“Baru dua minggu lalu dunia menyaksikan kekuatan dan tekad Presiden baru kami terhadap Suriah dan Afghanistan. Korea Utara jangan coba-coba menguji kesabaran atau kekuatan angkatan bersenjata Amerika Serikat di wilayah ini,” kata Pence, seperti yang dilansir Washington Post pada 17 April 2017.
Awal bulan ini presiden Amerika Serikat, Donald Trump memerintahkan militernya meluncurkan 59 rudal jelajah Tomahawk ke fasilitas lapangan terbang militer Suriah sebagai balasan atas serangan kimia yang membunuh sedikitnya 100 warga sipil.
Kemudian, kurang dari seminggu kemudian, militer Amerika Serikat menjatuhkan bom seberat 22.000 pound di pusat kekuatan ISIS di Afganistan timur. Bom ini merupakan bom non-nuklir terbesar yang pernah digunakan dalam pertempuran oleh Amerika Serikat.
Beberapa pengamat internasional menyebutkan bahwa Presiden Trump kemungkinan tidak ragu untuk mengebom Korea Utara mengingat apa yang dilalukannya terhadap Suriah meski mendapat kecaman dari Rusia dan Iran.
Selain itu, menurut Pence, era kesabaran Amerika Serikat telah berakhir. Di masa presiden Trump semuanya berubah dan segala cara akan ditempuh guna mengakhiri program nuklir Korea Utara.
Pence juga menggunakan istilah yang digunakan sebelumnya oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson bahwa segala upaya dalam mengakhiri program pengembangan senjata nuklir Korea Utara tinggal menunggu pelaksanaan.
Pence tiba di Korea Selatan hanya beberapa jam setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik terbaru. Uji coba itu diduga gagal setelah meledak hanya dalam beberapa detik setelah diluncurkan.
Ketegangan antara Korea Utara dan Amerika Serikat memanas setelah Pyongyang mengumumkan akan melakukan uji coba nuklir keenamnya. Mananggapi hal itu Amerika Serikat lantas mengirim armada kapal induk penggempurnya ke Semenanjung Korea.
Jepang bahkan telah mengantisipasi perang yang pecah antara keduanya dengan menetapkan langkah-langkah pengevakuasian terhadap warganya di Korea Selatan. Cina menempatkan sekitar 150 ribu pasukannya di perbatasan Korea Utara.
Untuk melindungi Korea Selatan dari rudal Korea Utara, pemerintah konservatif mantan presiden Park Geun-hye pada bulan Juli telah setuju untuk menempatkan sistem pertahanan antirudal atau Terminal High Altitude Area Defence atau sistem THAAD.
Pence juga mendesak agar memepercepat pemasangan sistem antirudal tersebut meski masih ditentang Cina, tetangga Korea Selatan yang merupakan sekutu Korea Utara.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/news/2017/04/17/116866878/pence-ingatkan-korea-utara-tak-uji-kesabaran-amerika
Pernyataan itu disampaikan Pence pada Senin, 17 April 2017 setelah menyepakati kerja sama militer terbaru dengan pelaksana jabatan presiden Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn di Zona Demiliterisasi (DMZ).
“Baru dua minggu lalu dunia menyaksikan kekuatan dan tekad Presiden baru kami terhadap Suriah dan Afghanistan. Korea Utara jangan coba-coba menguji kesabaran atau kekuatan angkatan bersenjata Amerika Serikat di wilayah ini,” kata Pence, seperti yang dilansir Washington Post pada 17 April 2017.
Awal bulan ini presiden Amerika Serikat, Donald Trump memerintahkan militernya meluncurkan 59 rudal jelajah Tomahawk ke fasilitas lapangan terbang militer Suriah sebagai balasan atas serangan kimia yang membunuh sedikitnya 100 warga sipil.
Kemudian, kurang dari seminggu kemudian, militer Amerika Serikat menjatuhkan bom seberat 22.000 pound di pusat kekuatan ISIS di Afganistan timur. Bom ini merupakan bom non-nuklir terbesar yang pernah digunakan dalam pertempuran oleh Amerika Serikat.
Beberapa pengamat internasional menyebutkan bahwa Presiden Trump kemungkinan tidak ragu untuk mengebom Korea Utara mengingat apa yang dilalukannya terhadap Suriah meski mendapat kecaman dari Rusia dan Iran.
Selain itu, menurut Pence, era kesabaran Amerika Serikat telah berakhir. Di masa presiden Trump semuanya berubah dan segala cara akan ditempuh guna mengakhiri program nuklir Korea Utara.
Pence juga menggunakan istilah yang digunakan sebelumnya oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson bahwa segala upaya dalam mengakhiri program pengembangan senjata nuklir Korea Utara tinggal menunggu pelaksanaan.
Pence tiba di Korea Selatan hanya beberapa jam setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik terbaru. Uji coba itu diduga gagal setelah meledak hanya dalam beberapa detik setelah diluncurkan.
Ketegangan antara Korea Utara dan Amerika Serikat memanas setelah Pyongyang mengumumkan akan melakukan uji coba nuklir keenamnya. Mananggapi hal itu Amerika Serikat lantas mengirim armada kapal induk penggempurnya ke Semenanjung Korea.
Jepang bahkan telah mengantisipasi perang yang pecah antara keduanya dengan menetapkan langkah-langkah pengevakuasian terhadap warganya di Korea Selatan. Cina menempatkan sekitar 150 ribu pasukannya di perbatasan Korea Utara.
Untuk melindungi Korea Selatan dari rudal Korea Utara, pemerintah konservatif mantan presiden Park Geun-hye pada bulan Juli telah setuju untuk menempatkan sistem pertahanan antirudal atau Terminal High Altitude Area Defence atau sistem THAAD.
Pence juga mendesak agar memepercepat pemasangan sistem antirudal tersebut meski masih ditentang Cina, tetangga Korea Selatan yang merupakan sekutu Korea Utara.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/news/2017/04/17/116866878/pence-ingatkan-korea-utara-tak-uji-kesabaran-amerika