IDEF 2017 : Aselsan Turki Rilis Howitzer Swagerak Kamyona Monteli Obus (KMO) - Radar Militer

15 Mei 2017

IDEF 2017 : Aselsan Turki Rilis Howitzer Swagerak Kamyona Monteli Obus (KMO)

Howitzer Swagerak Kamyona Monteli Obus (KMO)
Howitzer Swagerak Kamyona Monteli Obus (KMO) 

Perusahaan Nexter Perancis selama satu dekade terakhir telah berhasil menguasai pasar sistem artileri swagerak berbasis truk dengan produknya CAESAR yang mengusung sistem howitzer 155 mm.
Murah, kemampuan mobilitas tinggi, dan bisa digeser ke titik manapun dengan dikendarai tanpa perlu mengandalkan truk pengangkut menjadi kesuksesan CAESAR, termasuk yang dibeli oleh TNI AD untuk tiga batalion artileri medannya.
Turki sendiri punya produk sistem howitzer swagerak Firtina yang mengadopsi sistem K9 Thunder buatan Korea Selatan. Tapi dengan basis kendaraan roda rantai, sudah pasti harganya mahal. AD Turki pun mencari solusi yang lain, berupa sistem howitzer berbasis truk 6×6 jelas setara dengan CAESAR.
Kebutuhan ini dijawab oleh Aselsan selaku kontraktor pertahanan dalam negeri dengan memadukan meriam buatannya dengan truk 6×6 kapasitas 10 ton buatan BMC. Truk itu sendiri sudah digunakan oleh AD Turki.
Sistem howitzer swagerak berbasis truk ini dinamai KMO (Kamyona Monteli Obus). Kurang lebih bila diterjemahkan menjadi howitzer berbasis truk.
Truk BMC yang dijadikan sasis pengusung dimodifikasi dengan sistem penyimpanan amunisi belakang kabin truk yang mampu menyimpan sampai 21 proyektil dan charges pendorong kaliber 155 mm.
Sistem penahan hentakan juga disiapkan untuk meriam itu. Meriam howitzer 155 mm L52 dipasang ke bak belakang, di atas rak penyimpanan amunisi. Sistem penahan hentakan ini berupa dua kaki-kaki yang dilengkapi garu penahan dan didukung dengan dua sistem peredam kejut hidrolik.
Howitzer 155 mm L52 sama dengan meriam yang terpasang pada sistem Firtina. Bedanya, howitzer itu dimodifikasi dengan pemasangan muzzle brake dengan multi slot untuk mengurangi hentakan karena tentu kemampuan redam KMO terbatas dibandingkan dengan Firtina.
Kemampuan tembaknya setara dengan sistem 155 mm lain, dimana seluruh amunisi artileri 155 mm standar NATO bisa ditembakkan oleh KMO sampai jarak 30km. Jarak ini bisa meningkat bila menggunakan sistem berbasis RAP (Rocket Assisted Projectile).
Sistem penembakan pada KMO sendiri sudah mengadopsi sistem penembakan berbasis sistem rammer otomatis. Amunisi tetap harus diisikan oleh juru pengisi meriam, tetapi penembakan sudah bisa dilakukan secara otomatis. Pengaturan elevasi dan putaran laras dilakukan oleh komputer kendali penembakan HT-7244/5 buatan Aselsan.
KMO dapat menerima informasi sasaran dari tim pengintai atau Forward Observer melalui sistem kendali dan manajemen pertempuran ADOP-2000. Koordinat sasaran bisa terbaca di layar dan laras meriam akan menyesuaikan arah dan elevasinya sesuai jenis amunisi yang dipilih.
KMO tidak melenggang sendirian. MKEK sebagai pesaing dalam negeri juga menawarkan solusi serupa dengan nama Panter (macan kumbang).
Untuk sementara Aselsan masih bisa bernafas lega karena pengujian mobilitas, pengoperasian meriam, dan sistem pendukungnya sudah dilalui dengan baik. Tinggal uji penembakan dengan munisi tajam saja yang harus dibuktikan pada bulan Juni 2017 mendatang. Aryo Nugroho

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb