Qatar |
Menteri Luar Negeri Qatar pada Kamis (8/6) menyatakan menolak campur tangan terhadap kebijakan luar negeri negaranya, dan mengesampingkan solusi militer terhadap krisis yang menyaksikan Riyadh dan sekutunya memutuskan hubungan diplomasi dengan Doha.
"Tidak ada yang berhak mengintervensi kebijakan luar negeri kami," kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
"Kami adalah negara yang merdeka dan berdaulat," katanya kepada AFP, menolak pengawasan dari negara lain.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Bahrain dan beberapa negara lain pekan ini memutuskan hubungan dengan Qatar karena menuduh kerajaan itu mendanai kelompok ekstremis dan punya hubungan dengan Iran, musuh bebuyutan Arab Saudi di kawasan itu.
Qatar membantah memiliki hubungan dengan ekstremis.
Seorang pejabat tinggi Uni Emirat Arab pada Rabu mengatakan kepada AFP bahwa langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya itu ditujukan untuk menekan Doha agar mengubah kebijakannya secara drastis.
"Ini bukan tentang perubahan rezim - ini tentang perubahan kebijakan, perubahan pendekatan," kata Menteri Negara Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash.
Qatar masih menjadi tempat tinggal bagi pemimpin Ikhwanul Muslimin, Hamas Palestina dan Taliban Afghanistan.
Sheikh Mohammed menyebut upaya untuk mengasingkan Doha sebagai "hukuman kolektif" dan "upaya sistematis" terhadap Qatar, yang menurut dia terus bekerja sama dengan Amerika Serikat memerangi terorisme.
"Perwakilan Taliban di sini karena koordinasi dengan Amerika," katanya kepada AFP. "Mereka ditampung di sini... untuk perundingan perdamaian."
Krisis Teluk telah memunculkan kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya eskalasi militer di kawasan rentan itu. Namun demikian Menteri Luar Negeri Qatar mengesampingkan kemungkinan adanya konflik militer.
"Kami tidak melihat solusi militer sebagai solusi" bagi krisis itu, kata Sheikh Mohammed.
Gargash dari UEA mengatakan kebijakan terhadap Doha sekarang dibatasi pada hubungan diplomatik dan ekonomi, namun memperingatkan bahwa tidak ada yang bisa memproyeksikan "dinamika krisis".
"Seperti krisis apa pun, kau tidak bisa benar-benar mengendalikan dinamikanya... ini salah satu bahaya dari krisis apa pun. Tidak ada niatan kami untuk mengupayakan apa pun kecuali dalam bidang ekonomi," katanya dalam wawancara dengan AFP.
Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain menangguhkan penerbangan dari dan ke Doha dan menutup perbatasan laut dan udara ke Qatar.
Arab Saudi juga menutup satu-satunya batas darat dengan Qatar yang merupakan jalur impor pangan penting.
Sheikh Mohammed mengatakan Qatar meski demikian tetap bisa bertahan "selamanya", menambahkan bahwa negaranya tetap menghormati kesepakatan internasional dan akan melanjutkan pasokan gas alam cair ke UEA.Qatar adalah eksportir gas alam cair terbesar di dunia.(kn)
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/634229/qatar-tolak-intervensi-terhadap-kebijakan-luar-negerinya
"Tidak ada yang berhak mengintervensi kebijakan luar negeri kami," kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
"Kami adalah negara yang merdeka dan berdaulat," katanya kepada AFP, menolak pengawasan dari negara lain.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Bahrain dan beberapa negara lain pekan ini memutuskan hubungan dengan Qatar karena menuduh kerajaan itu mendanai kelompok ekstremis dan punya hubungan dengan Iran, musuh bebuyutan Arab Saudi di kawasan itu.
Qatar membantah memiliki hubungan dengan ekstremis.
Seorang pejabat tinggi Uni Emirat Arab pada Rabu mengatakan kepada AFP bahwa langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya itu ditujukan untuk menekan Doha agar mengubah kebijakannya secara drastis.
"Ini bukan tentang perubahan rezim - ini tentang perubahan kebijakan, perubahan pendekatan," kata Menteri Negara Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash.
Qatar masih menjadi tempat tinggal bagi pemimpin Ikhwanul Muslimin, Hamas Palestina dan Taliban Afghanistan.
Sheikh Mohammed menyebut upaya untuk mengasingkan Doha sebagai "hukuman kolektif" dan "upaya sistematis" terhadap Qatar, yang menurut dia terus bekerja sama dengan Amerika Serikat memerangi terorisme.
"Perwakilan Taliban di sini karena koordinasi dengan Amerika," katanya kepada AFP. "Mereka ditampung di sini... untuk perundingan perdamaian."
Krisis Teluk telah memunculkan kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya eskalasi militer di kawasan rentan itu. Namun demikian Menteri Luar Negeri Qatar mengesampingkan kemungkinan adanya konflik militer.
"Kami tidak melihat solusi militer sebagai solusi" bagi krisis itu, kata Sheikh Mohammed.
Gargash dari UEA mengatakan kebijakan terhadap Doha sekarang dibatasi pada hubungan diplomatik dan ekonomi, namun memperingatkan bahwa tidak ada yang bisa memproyeksikan "dinamika krisis".
"Seperti krisis apa pun, kau tidak bisa benar-benar mengendalikan dinamikanya... ini salah satu bahaya dari krisis apa pun. Tidak ada niatan kami untuk mengupayakan apa pun kecuali dalam bidang ekonomi," katanya dalam wawancara dengan AFP.
Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain menangguhkan penerbangan dari dan ke Doha dan menutup perbatasan laut dan udara ke Qatar.
Arab Saudi juga menutup satu-satunya batas darat dengan Qatar yang merupakan jalur impor pangan penting.
Sheikh Mohammed mengatakan Qatar meski demikian tetap bisa bertahan "selamanya", menambahkan bahwa negaranya tetap menghormati kesepakatan internasional dan akan melanjutkan pasokan gas alam cair ke UEA.Qatar adalah eksportir gas alam cair terbesar di dunia.(kn)
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/634229/qatar-tolak-intervensi-terhadap-kebijakan-luar-negerinya