Knebworth Corvus, Sistem Pengecoh Serangan Rudal di Korvet Fatahillah Class - Radar Militer

01 Juli 2017

Knebworth Corvus, Sistem Pengecoh Serangan Rudal di Korvet Fatahillah Class

Korvet Fatahillah Class
Korvet Fatahillah Class 

Usia pengabdiannya tak lagi dibilang muda, maklum korvet Fatahillah Class telah berdinas 37 tahun di Satuan Kapal Eskorta TNI AL. Meski pamornya tergeser Sang Junior seperti korvet Diponegoro Class, Bung Tomo Class, dan Perusak Kawal Rudal (PKR) RE Martadinata Class, namun identitas Fatahillah Class masih dianggap strategis bagi kekuatan tempur TNI AL. Dengan Bofors 120 mm pada anjungan, Fatahillah Class sampai saat ini menjadi jenis kapal perang TNI AL yang mempunyai kaliber meriam terbesar, dan tentunya dianggap paling afdol untuk melalukan operasi bantuan tembakkan.
Karena dianggap sebagai alutsista strategis, Dua unit Fatahillah Class, KRI Fatahillah-361 dan KRI Malahayati-362 kini telah mendapatkan paket upgrade radar dan sensor. Sementara satu unit lainnya, KRI Nala-363 masih menunggu kabar untuk dilakukan upgrade pada sistemnya.
Upgrade yang dilakukan pada Fatahillah Class menitikberatkan pada modernisasi pada sistem radar intai, persisinya dengan mengganti radar Thales WM-28 dengan jenis radar jenis baru. Pada KRI Fatahillah-361 mengadopsi radar Terma SCANTER 4100, sementara KRI Malahayati mengadopsi modernisasi teknologi sensor dan perangkat kendali penembakkan dari Negeri Matador. Teknologi yang digadang pun bukan berstatus trial and error, melainkan selama ini sudah digunakan pada kapal perang AL Spanyol. Sebagai wujud dari ToT (Transfer of Technology), proses pengerjaan upgrade pada KRI Malahayati akan digarap oleh PT PAL, Surabaya.
Poin utama dari paket modernisasi di KRI Malahayati-362 mencakup upgrade pada elemen sensor dan fire control system (FCS) yang diintegrasikan lewat modem CMS (Combat Management System). Lebih detail, Indra yang kampiun dalam produksi radar maritim dipercaya untuk memasok perangkat Rigel ESM (Electonic Support Measure), solusi ini digadadang agar KRI Malahayati-362 sanggup meladeni peperangan elektronik, termasuk menangkal jamming dari lawan.
Meski mendapat paket modernisasi, sayangnya belum ada revolusi untuk meningkatkan fire power di Fatahillah Class. Yang paling kentara masuk kategoroi out of service adalah rudal anti kapal MM38 Exocet. Masih belum jelas, apakah nantinya Fatahillah Class akan dipasangi MM40 Exocet, ataukah rudal anti kapal lansiran China, seperti C-802/C-705. Lain dari itu, ‘titik lemah’ Fatahillah Class adalah pada sistem senjata anti serangan udara. Tidak ada kanon reaksi cepat model CIWS (Close In Weapon System), pun tidak ada rudal hanud SHORAD (Short Range Air Defence). Untuk peran pertahanan udara, Fatahillah Class bertumpu pada meriam Bofors 40 mm pada buritan dan dua pucuk kanon Rheinmetall Rh202 20 mm pada anjungan, keduanya dioperasikan secara manual.
Walau ada titik lemah, pada dasarnya korvet buatan Wilton-Fijenoord, Belanda ini sudah dirancang untuk mengantisipasi serangan dari rudal anti kapal dan rudal udara ke permukaan yang diluncurkan dari pesawat tempur. Dari spesifikasi, Fatahillah Class dilengkapi 2 x Knebworth Corvus 3-tubed launchers. Persisnya Knebworth Corvus launchers adalah sistem pengecoh rudal berupa peluncur chaff yang diproduksi Vickers Ltd Shipbuilding Group. Dalam modusnya, Chaff dispenser yang diluncurkan dari roket akan membentkuk ‘perisai’ di sekitar kapal. Sistem ini terdiri dari two multi-barrelled rocket launchers, panel kendali penembakkan, dan chaff (radar countermeasure). rockets.
Sistem perisai yang tergolong quick reaction ini menawarkan mode operasi gangguan (distraction) dan sentroid, dengan keduanya berbeda satu sama lain dalam sudut azimuth saat ditembakkan dan jangkauan saat chaff dilepaskan. Panel penembakan dan kontrol berada di Pusat Informasi Tempur (PIT). 16 roket chaff dapat dilepaskan dari dua sistem peluncur untuk melindungi kapal perang dari terjangan tiga rudal secara simultan. Setelah roket chaff telah dilepaskan, sistem peluncur dapat dengan cepat diisi ulang (reload). Konstruksi rotasi silinder yang menempatkan tabung peluncuran yang dipasang di tiga set peluncur (disilangkan pada sudut 90° azimut). Dua tabung selanjutnya dipasang di atas susunan ini dan diselaraskan di tengah-tengah antara tabung lainnya, semuanya pada ketinggian 30°. (Gilang Perdana)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb