LG-1 MKII 105mm, Howitzer Modern Andalan Resimen Artileri Korps Marinir TNI AL - Radar Militer

01 Juli 2017

LG-1 MKII 105mm, Howitzer Modern Andalan Resimen Artileri Korps Marinir TNI AL

Howitzer LG-1 MKII 105mm
Howitzer LG-1 MKII 105mm 

Operasi pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus oleh Satgas (Satuan Tugas) Merah Putih di tahun 2011, membawa arti penting dalam operasi amfibi lintas laut jarak jauh. Karena yang dihadapi adalah perompak Somalia yang menyandang senapan mesin otomatis dan RPG-7, maka Satgas Merah Putih menyertakan alutsista andalan, jikalau diperlukan untuk misi pendaratan ke pantai, mengingat gerombolan perombak merapatkan basisnya di wilayah pesisir. Meski akhirnya urung digelar operasi amfibi, namun di dalam lambung LPD (Landing Platform Dock) KRI Banjarmasin 592 sudah bersiap tank amfibi BMP-3F dan Howitzer LG-1 MKII dari Korps Marinir TNI AL. Racikan dua alutsista Marinir tersebut dipercaya mampu memberi efek penggetar kepada perompak bila akhirnya diturunkan dalam gelar operasi amfibi.
Pada artikel terdahulu telah mengupas tuntas keperkasaan tank BMP-3, dan di dikesempatan kali ini kami melanjutkan bedah alutsista dari Resimen Artileri 2 Korps Marinir, yakni Howitzer LG-1 MKII kaliber 105 mm. Dalam tour alutsista kali ini, kami mendapat penjelasan langsung dari Mayor Mar M. Hadi Hasny, selaku Komandan Batalyon Howitzer 2 Marinir.
Sebagai alutsista, LG-1 MKII masih tergolong muda, menurut penuturan Mayor Mar. M. Hadi Hasny, LG-1 MKII yang dioperasikan Marinir dibuat tahun 1995, dan masuk operasional TNI pada tahun 1996. LG-1 MK II termasuk meriam ringan yang mempunyai daya hancur cukup besar. Meriam ini awalnya dirancang dan diproduksi oleh GIAT Industrie, manukfaktur alutsista dari Perancis, dan sekarang sudah beralih kepemilikannya oleh Nexter System. LG-1 terbilang meriam jenis anyar di pangsa senjata, karena prototipe-nya baru selesai pada tahun 1987. Awalnya LG-1 hadir atas kebutuhan pasukan pemukul reaksi cepat Perancis yang menginginkan meriam artileri medan yang ringan dengan mobiltas tinggi.
Dalam gelar tempur, ada tiga sistem yang dilibatkan, pertama sudah barang tentu sistem senjata dan amunisi, kemudian ada sistem pencari dan penemu sasaran, dan terakhir sistem angkutan dan logistik. Untuk sistem senjata dan amunisi berupa Howitzer LG-1 MKII, yang setiap pucuknya diawaki oleh delapan personel, terdiri dari komandan pucuk, pembidik, pembantu pembidik, penembak, penyetel tabung, pengatur isian, pendorong granat, dan pengemudi. Khusus yang terakhir ada pengemudi, lantaran LG-1 MKII adalah meriam yang ditarik oleh truk ukuran sedang (towed howitzer), Marinir menggunakan truk Mercedes Unimog untuk menarik Howitzer ini.
Kemudian untuk sistem pencari dan penemu sasaran, terdiri dari sub sistem, yakni peninjau depan, pengukur medan, dan pegendali tembakkan. Lebih spesifik, peran peninjau depan adalah memasukkan data koordinat sasaran bersama satuan manuver dari infanteri dan kavaleri. Untuk pengukur medan berperan mencari dan menemukan posisi musuh dan mengenali keberadaan posisi kawan. Dan yang terakhir pengendali tembakkan berperan memberi instruksi aksi penembakkan pada baterai Howitzer.
Howitzer LG-1 Mk II dirancang sebagai meriam ringan yang dapat dipindahkan baik dengan cara ditarik maupun memakai bantuan Heli seperti misalnya Bell 412 dan Super Puma. Saat pemindahan laras senjata ini dapat dilipat kebelakang berhimpin dengan kedua buah kaki panjang yang diringkas sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan tempat sangkutan rantai tarik yang dihubungkan dengan kendaraan penarik bila pemindahannya lewat jalan darat. Dalam operasi amfibi, LG-1 MKII diterjunkan ke darat menggunakan KAPA (Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri) K-61.
LG-1 MK II terdiri dari komponen laras sepanjang 3,17 meter dengan berat 100 Kg dengan arah putaran kekanan yang mampu menembakan 12 butir peluru dalam tiap menitnya. Meriam ini bisa menghantam sasaran dalam jarak antara 11,5 kilometer dengan memakai proyektil baku jenis HE (high explosive) M1. Jika memakai proyektil baku jenis Giat HE BB, senjata ini bisa menghantam sasaran sejauh 17,5 kilometer. Sedangkan untuk jarak tembak minimum yakni 1,4 kilometer. Daya hancur yang diakibatkan proyektil LG-1 MKII mampu memberangus area seluas 200 meter persegi. Waktu yang dibutuhkan awaknya guna menyiapkan senjata ini dalam kondisi siap tembak hanyalah 30 detik.
LG-1 MK II mempunyai panjang meriam dengan laras, 6,95 m dan tanpa laras 5,32 m, lebar meriam 1,96 m, berat 1.520 kg, sudut elevasi maksimal 1.270 MIL dan minimal 84 MIL, sudut defleksi kanan 320 MIL dan kiri 330 MIL. Dalam setiap misi tempur, bekal amunisi pokok yang disiapkan mencakup (BB 36 butir, HE 36 butir, Asap 12 butir dan cahaya 12 butir).
Sebagaimana pola penggunaan meriam pada umumnya, usia laras ditentukan berdasarkan berapa kali tembakan yang dilakukan, dan batas masa pakai laras LG-1 mencapai 7300 kali tembakan. Agar akuransi penembakan dapat dijaga, maka juru bidik meriam menggunakan teropong bidik yang berada 0,9 meter dari landas tumpu suku cadang pemicu tembakan. Dengan sudut dongak tertinggi larasnya ialah sekitar 70 derajat, senjata ini dapat menghantam sasaran yang berada lebih rendah kedudukanya karena laras dapat ditundukan hingga mencapai sudut tunduk 3 derajat terhadap posisi rebah penuhnya.
LG-1 Mk II, yang merupakan senjata teringan dikelasnya, memiliki kelebihan dalam mutu dan kinerja penembakan laras yang lebih baik dibandingkan jenis Mk I (autofret-taged), yang memungkinkan laras dapat menembakan proyektil dengan tekanan lebih besar. Sistem ini membuat tenaga tolak baliknya dapat diredam sekecil mungkin dan secara tidak langsung berpengaruh pada kemudahan perawatannya. Korps Marinir TNI-AL pengguna pertama untuk versi ekspor MK II.
Selain dilibatkan oleh Satgas Merah Putih, LG-1 MKII pada periode tahun 2002 – 2005 turut dilibatkan dalam operasi militer di Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD). Operasi pendaratan Korps Marinir di pantai Samalanga, Bireun - NAD, terbilang sukses dengan menerjuknkan unsur BTP (Batalyon Tim Pendarat), lengkap dengan unsur infantri dan kavaleri. Tak itu saja, untuk menerobos basis GAM, kekuatan pemukul infanteri Marinir juga didukung oleh satuan artileri medan. Dalam sebuah tayangan di Televisi kala itu, ada yang cukup unik di mata penulis, yakni tampilnya sosok meriam jenis baru, tak lain adalah LG-1 MK II Howitzer kaliber 105mm. Dalam operasi pendaratan di pantai Samalanga, setidaknya ada 6 pucuk LG-1 MK II yang dibawa Korps Marinir. Sementara debutnya di luar negeri, LG-1 MKII cukup masif digunakan militer Perancis di Afghanistan untuk menggempur posisi pejuang Taliban. (Haryo Adjie)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb