Maarik al-Tawaiha |
Sebuah pengadilan di Jordania menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup untuk seorang prajurit yang membunuh tiga pelatih militer asal AS tahun lalu.
Pengadilan militer Amman menjatuhkan vonis itu untuk Maarik al-Tawaiha (39) setelah dia terbukti menembak tiga personel militer AS itu di pangkalan militer Raja Faisal di Al-Jafr, wilayah selatan Jordania pada 4 November lalu.
Namun, amar putusan hakim tak menyebut apakah prajurit Jordania itu terkait dengan kelompok militan tertentu.
Pada Senin (17/7/2017), pengadilan menjatuhkan hukuman "kerja paksa seumur hidup", sebuah masa hukuman yang di Jordania biasanya mencakup masa 20 tahun tetapi bisa diperpanjang hingga seumur hidup.
Pengadilan juga memutuskan menurunkan pangkat Maarik dari sersan menjadi prajurit dua serta memecatnya dengan tidak hormat dari kemiliteran.
Dalam sidang tuntutan pada Juni lalu, jaksa menyebut Maarik telah melakukan pembunuhan serta mempermalukan martabat dan harga diri militer Jordania dan melanggar perintah.
Sementara itu, militer Jordania mengatakan penembakan itu terjadi dalam sebuah baku tembak di pintu masuk pangkalan setelah sebuah mobil yang membawa ketiga tentara AS itu tak mau berhenti.
Pengacara militer AS menggambarkan insiden itu sebagai sebuah "green on blue", istilah yang digunakan saat pasukan sahabat menyerang tentara AS.
Di pengadilan, Maarik mengatakan, dia melepaskan tembakan ke arah mobil itu setelah mendengar suara tembakan.
Alhasil, dia mengira pangkalan militer itu sedang mendapat serangan dan tanpa pikir panjang menembaki mobil tersebut yang langsung menewaskna ketiga tentara AS dan melukai seorang tentara Jordania.
Di pangkalan militer Raja Faisal itu terdapat para pelatih militer dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat.
Jordan, yang saat ini menampung 2.200 personel militer AS adalah sekutu utama dan anggota koalisi internasional yang memerangi ISIS.
Di Jordania, para pelatih militer AS menggembleng sekelompok kecil anggota pemberontak Suriah dan pasukan keamanan Palestina selama beberapa tahun terakhir.
Tak hanya pemberonak Suriah saja yang berlatih di tempat itu tetapi juga dari Irak, yaman, dan Libya.
Pada 2015, pemerintah Amerika Serikat akan meningkatkan anggaran bantuan militer untuk Jordania dari 650 juta dolar hingga menjadi 1 miliar dolar per tahun mulai 2017.
Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2017/07/18/tembak-mati-tiga-pelatih-militer-asal-amerika-prajurit-jordania-dipenjara-seumur-hidup?page=2
Pengadilan militer Amman menjatuhkan vonis itu untuk Maarik al-Tawaiha (39) setelah dia terbukti menembak tiga personel militer AS itu di pangkalan militer Raja Faisal di Al-Jafr, wilayah selatan Jordania pada 4 November lalu.
Namun, amar putusan hakim tak menyebut apakah prajurit Jordania itu terkait dengan kelompok militan tertentu.
Pada Senin (17/7/2017), pengadilan menjatuhkan hukuman "kerja paksa seumur hidup", sebuah masa hukuman yang di Jordania biasanya mencakup masa 20 tahun tetapi bisa diperpanjang hingga seumur hidup.
Pengadilan juga memutuskan menurunkan pangkat Maarik dari sersan menjadi prajurit dua serta memecatnya dengan tidak hormat dari kemiliteran.
Dalam sidang tuntutan pada Juni lalu, jaksa menyebut Maarik telah melakukan pembunuhan serta mempermalukan martabat dan harga diri militer Jordania dan melanggar perintah.
Sementara itu, militer Jordania mengatakan penembakan itu terjadi dalam sebuah baku tembak di pintu masuk pangkalan setelah sebuah mobil yang membawa ketiga tentara AS itu tak mau berhenti.
Pengacara militer AS menggambarkan insiden itu sebagai sebuah "green on blue", istilah yang digunakan saat pasukan sahabat menyerang tentara AS.
Di pengadilan, Maarik mengatakan, dia melepaskan tembakan ke arah mobil itu setelah mendengar suara tembakan.
Alhasil, dia mengira pangkalan militer itu sedang mendapat serangan dan tanpa pikir panjang menembaki mobil tersebut yang langsung menewaskna ketiga tentara AS dan melukai seorang tentara Jordania.
Di pangkalan militer Raja Faisal itu terdapat para pelatih militer dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat.
Jordan, yang saat ini menampung 2.200 personel militer AS adalah sekutu utama dan anggota koalisi internasional yang memerangi ISIS.
Di Jordania, para pelatih militer AS menggembleng sekelompok kecil anggota pemberontak Suriah dan pasukan keamanan Palestina selama beberapa tahun terakhir.
Tak hanya pemberonak Suriah saja yang berlatih di tempat itu tetapi juga dari Irak, yaman, dan Libya.
Pada 2015, pemerintah Amerika Serikat akan meningkatkan anggaran bantuan militer untuk Jordania dari 650 juta dolar hingga menjadi 1 miliar dolar per tahun mulai 2017.
Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2017/07/18/tembak-mati-tiga-pelatih-militer-asal-amerika-prajurit-jordania-dipenjara-seumur-hidup?page=2