Pesawat Tempur Rusia |
Duta Besar (dubes) Indonesia untuk Rusia Mohamad Wahid Supriyadi mengatakan, tidak mungkin bagi Rusia untuk membangun pangkalan militer di Indonesia. Komentar ini muncul setelah kapal-kapal perang Rusia aktif di kawasan Asia Tenggara dalam beberapa bulan ini.
Namun, sejumlah negara Asia Tenggara merupakan sekutu Amerika Serikat (AS). Namun, Filipina kerap “perang kata-kata” dengan AS sejak Manila dipimpin Presiden Rodrigo Duterte.
Pada akhir Juni, Duta Besar Filipina untuk Rusia Carlos Sorreta mengatakan kepada Sputnik bahwa kapal perang Rusia dipersilakan masuk ke perairan teritorial Filipina. Namun, belum ada diskusi untuk memungkinkan Rusia membangun pangkalan militer di negara itu.
”Tidak, menurut pendapat saya, ini—pendirian sebuah pangkalan militer—tidak dapat terjadi,” kata Dubes Supriyadi ketika ditanya apakah Rusia mempunyai peluang membangun pangkalan militer di Indonesia.
Menurutnya, hal itu mustahil karena bertentangan dengan konstitusi negara Indonesia.
Diplomat Indonesia ini menambahkan bahwa Indonesia berusaha untuk menjalin kemitraan dengan semua negara serta mengintensifkan kerja sama militer dengan negara-negara lain di kawasan, terutama karena meningkatnya ancaman teroris.
”Kami prihatin dengan situasi yang ada dan ketakutan bahwa setelah kekalahan (dari) pasukan (pemerintah) di negara-negara Timur Tengah, sebagian militan akan memutuskan untuk pindah ke wilayah kami. Akibatnya, seperti apa yang terjadi di kota Marawi, Filipina, mungkin terjadi,” kata Supriyadi, seperti dilansir Sputnik, Jumat (4/8/2017).
Menurut diplomat senior tersebut, pihak berwenang Indonesia saat ini bekerja sama erat dengan Malaysia dan Filipina untuk memastikan bahwa situasi di Marawi tidak akan terjadi lagi di wilayah Asia Tenggara.
Pada bulan Mei, kelompok militan Maute, yang berafiliasi dengan kelompok teroris Daesh atau ISIS menyerbu Kota Marawi, Mindanao. Serbuan itu membuat Presiden Duterte memberlakukan status darurat militer di Marawi dan perang antara pasukan Maute dan pasukan Filipina pecah.
Pertempuran di Marawi telah menyebabkan ratusan orang tewas. Pada 22 Juli, parlemen Filipina menyetujui perpanjangan status darurat militer di wilayah selatan Mindanao tersebut sampai 31 Desember 2017.
Pada hari Rabu lalu, Presiden Duterte juga meminta parlemen untuk mendukung dana untuk perekrutan 20.000 pasukan baru untuk memerangi ancaman teroris ISIS di Marawi dan ancaman lainnya.
Sumber : https://international.sindonews.com/read/1227212/41/dubes-supriyadi-bilang-mustahil-rusia-bangun-pangkalan-militer-di-indonesia-1501843612
Namun, sejumlah negara Asia Tenggara merupakan sekutu Amerika Serikat (AS). Namun, Filipina kerap “perang kata-kata” dengan AS sejak Manila dipimpin Presiden Rodrigo Duterte.
Pada akhir Juni, Duta Besar Filipina untuk Rusia Carlos Sorreta mengatakan kepada Sputnik bahwa kapal perang Rusia dipersilakan masuk ke perairan teritorial Filipina. Namun, belum ada diskusi untuk memungkinkan Rusia membangun pangkalan militer di negara itu.
”Tidak, menurut pendapat saya, ini—pendirian sebuah pangkalan militer—tidak dapat terjadi,” kata Dubes Supriyadi ketika ditanya apakah Rusia mempunyai peluang membangun pangkalan militer di Indonesia.
Menurutnya, hal itu mustahil karena bertentangan dengan konstitusi negara Indonesia.
Diplomat Indonesia ini menambahkan bahwa Indonesia berusaha untuk menjalin kemitraan dengan semua negara serta mengintensifkan kerja sama militer dengan negara-negara lain di kawasan, terutama karena meningkatnya ancaman teroris.
”Kami prihatin dengan situasi yang ada dan ketakutan bahwa setelah kekalahan (dari) pasukan (pemerintah) di negara-negara Timur Tengah, sebagian militan akan memutuskan untuk pindah ke wilayah kami. Akibatnya, seperti apa yang terjadi di kota Marawi, Filipina, mungkin terjadi,” kata Supriyadi, seperti dilansir Sputnik, Jumat (4/8/2017).
Menurut diplomat senior tersebut, pihak berwenang Indonesia saat ini bekerja sama erat dengan Malaysia dan Filipina untuk memastikan bahwa situasi di Marawi tidak akan terjadi lagi di wilayah Asia Tenggara.
Pada bulan Mei, kelompok militan Maute, yang berafiliasi dengan kelompok teroris Daesh atau ISIS menyerbu Kota Marawi, Mindanao. Serbuan itu membuat Presiden Duterte memberlakukan status darurat militer di Marawi dan perang antara pasukan Maute dan pasukan Filipina pecah.
Pertempuran di Marawi telah menyebabkan ratusan orang tewas. Pada 22 Juli, parlemen Filipina menyetujui perpanjangan status darurat militer di wilayah selatan Mindanao tersebut sampai 31 Desember 2017.
Pada hari Rabu lalu, Presiden Duterte juga meminta parlemen untuk mendukung dana untuk perekrutan 20.000 pasukan baru untuk memerangi ancaman teroris ISIS di Marawi dan ancaman lainnya.
Sumber : https://international.sindonews.com/read/1227212/41/dubes-supriyadi-bilang-mustahil-rusia-bangun-pangkalan-militer-di-indonesia-1501843612