EC725 Caracal, Helikopter Militer Andal TNI AU - Radar Militer

12 Agustus 2017

EC725 Caracal, Helikopter Militer Andal TNI AU

EC725 Caracal
EC725 Caracal 

Eurocopter yang mewarisi proyek sukses Puma dari Sud Aviation dan kemudian Aerospatiale memang sadar, pasar kini tak lagi secerah masa lalu. Berbagai pabrikan menelurkan jenis dan varian helikopter baru di kelas medium yang mengincar ceruk yang diisi oleh Puma. Pun ketika menggagas kandidat RESCO, awalnya Eurocopter bermain setengah hati.
Baru kemudian ketika kecemplung betulan, barulah EC725 Caracal menjelma menjadi helikopter baru nan tangguh. Kalau diibaratkan, pabrikan mobil dan motor seringkali melakukan perubahan minor (minor change) pada produknya agar pelanggan tak bosan. Perubahan paling sekedar pada aksesoris, jeroan seperti mesin tak mau disentuh karena biaya investasinya mahal, padahal pelanggan masih mengasosiasikannya dengan produk generasi lama.
Pada Caracal sebaliknya. Dari segi tampilan mungkin sulit membedakan antara Caracal dengan Cougar, tetapi seluruh jeroannya, dirubah total oleh Eurocopter. Perubahan ini memang tak terhindarkan, kalau masih mau membuat Caracal laku di pasaran. Agar mudah membedakan, yuk kita simak detail perubahan helikopter yang dibuat di PT. Dirgantara Indonesia ini.
Secara umum, Eurocopter meredesain ulang fuselage dari Caracal. Fokus pertama dari perubahan tersebut adalah keselamatan, sehingga keseluruhan kabin dibuat crashworthy, termasuk kokpit. Batang ekornya dibuat secara monokok, sehingga lebih ringan, dan bagian sambungan antara batang ekor dengan badan heli bahkan dibuat sebagai ruang penyimpanan.
Bagian lantainya dibuat dengan perkuatan dan dilengkapi dengan 15 cincin untuk pengikat tali kargo untuk mengatur konfigurasi kursi yang berbeda-beda sehingga optimal untuk berbagai misi. Angkut pasukan? Tersedia 28 kursi untuk prajurit, 9 berpunggung-punggungan di tengah, 6 dibelakang, dan 4 didepan. Untuk evakuasi medik? Ada 12 tandu susun yang bisa didirikan di 4 titik, plus 4 orang perawat. Tipe tandu yang dipilih bisa menganut standar NATO, atau TRS 902 Transaco.
Tertarik untuk menjadikannya heli AKS alias Anti Kapal Selam? Volume kabinnya yang mencapai 15,5m3 mampu menampung 2 konsol mission suite, sonar, dispenser untuk sonobuoy, dan kursi operator. Ini masih belum menghitung 2 titik pemasangan yang bisa dicanteli torpedo Mk46/Mk48, menjadikan Caracal sebagai platform pemburu alternatif untuk destroyer atau fregat yang memiliki dek dan hangar untuk helikopter kelas 11 ton.
Tidak seperti isu yang didengung-dengungkan oleh forum militer lokal yang mengatakan bahwa EC725 Caracal akan melorot kemampuannya apabila dipasangi dengan seluruh sistem Anti Kapal Selam plus torpedo, maka berdasarkan specsheet resmi dari Eurocopter, dalam kondisi beroperasi 2 mesin, Zp (tekanan barometrik) = 0, dan ISA (International Standard Atmosphere) = +20, maka EC725 Caracal yang menggotong beban muatan penuh sampai 11 ton masih mampu terbang dengan kecepatan jelajah maksimum 265km/jam.
Bandingkan dengan saat membawa beban hanya 8, 5 ton, dimana kecepatan jelajah maksimumnya adalah 295km/ jam, atau hanya selisih 30km/jam. Hal ini membuktikan bahwa EC725 mampu mengusung dan difungsikan untuk berbagai keperluan misi.
Darimana performa yang konsisten itu datang? Caracal didesain dengan lima bilah baling-baling yang semuanya bisa dilipat. Oya, berbicara tentang baling-baling, bilah rotor pada Caracal didesain baru, dengan struktur multiboks memanjang yang membuatnya mampu terbang dalam kondisi dingin membeku karena fitur de-icing yang dimilikinya.
Sistem rotor utamanya sudah menganut model Spheriflex yang terbuat dari plastik dan serat karbon, dengan servo actuator yang ditingkatkan ketahanannya. Rotor ini ditenagai oleh mesin Turbomeca Makila 2A, yang hanya terdiri dari 4 modul yang dapat diganti secara terpisah, mengurangi waktu perawatan.
Mesin ini dilengkapi dengan sistem FADEC (Full Authority Digital Engine) dual channel untuk pilot dan kopilot, yang amat meringankan kinerja awak Caracal. Sistem mesin Makila 2A didesain tetap mampu beroperasi walaupun kehilangan seluruh minyak pelumas, misalkan karena tertembak, selama 30 menit, memberikan kesempatan pada awaknya untuk menerbangkan Caracal keluar dari zona berbahaya. Seluruh kondisi mesin Makila 2A dapat ditampilkan pada sistem manajemen informasi penerbangan terpadu Marconi CMA 3000 yang merupakan standar pada Caracal.
Dengan mesin yang ditingkatkan kemampuannya dan bilah baling-baling sebanyak lima buah, kemampuan Caracal jadi meningkat drastis. Dengan beban 10 ton misalnya, Caracal dengan dua mesinnya masih mampu menanjak 1.600 kaki/ menit dan terbang sejauh 860km, memadai untuk beroperasi di ketinggian sampai 4.000m dpl dan suhu normal.
Semakin tinggi suhu udara dan ketinggian, tentu semakin melorot pula kemampuan helikopter. Sebagai contoh, saat beroperasi di ketinggian 5.000m dpl dan suhu 20oC, daya angkut Caracal melorot hanya tinggal 7.000kg.
Terakhir untuk misi RESCO, ada dudukan untuk sling dengan kapasitas 5 ton, serta berbagai opsi senjata seperti pod kanon HMP, RMP, dan senapan mesin ringan sampai berat, tinggal sesuaikan saja dengan seberapa berat misi yang dijalani, serta seberapa jauh jarak yang harus ditempuh.
Untuk evakuasi cepat, tinggal gunakan hoist hidrolik yang memiliki kabel sepanjang 75 meter dan mampu menampung bobot 272kg, sehingga dapat ditumpangi oleh dua orang sekaligus apabila harus mengevakuasi prajurit yang terluka dibawah secara cepat. Kalau misinya adalah benar-benar SAR dengan embel-embel tempur, cukup bijak rasanya untuk memasang sistem lapisan pelat baja tambahan untuk pintu pilot dan kopilot, yang mampu menahan impak peluru 5,56 dan 7,62mm.
Untuk misi pengawalan konvoi atau pasukan kawan di darat, Caracal dapat dilengkapi dengan sistem kanon 20mm M621 buatan Nexter yang dipasang pada sistem dudukan SH20 yang bisa ditarik masuk kedalam kabin. Perancis sendiri memesan 15 unit untuk dipasang ke armada EC725 Caracal.
Saat akan digunakan, sistem dudukan ini dapat didorong keluar dan kanon ditembakkan dari dalam pintu utama kabin. Sistem kanon ini menggunakan peluru yang serupa dengan munisi 20mm milik kanon Rheinmetall Rh202 dan efektif sampai jarak 2.000 meter, unggul jangkauan dari tipikal ancaman pasukan di darat yang menggunakan senapan mesin berat 12,7 atau 14,5mm.
Untuk menembus pertahanan musuh dan terbang rendah, maka Caracal dapat dilengkapi dengan sistem Thales EWR-99 Radar Warning Receiver yang akan memberikan peringatan apabila helikopter sedang disinari oleh radar lawan. Caracal bahkan dilengkapi dengan opsi pemasangan sistem IFF (Identification Friend or Foe) Thales TSC 2050 kalau ingin benar-benar membuat awaknya mampu membedakan aset kawan dan lawan yang sedang mengudara.
Untuk penangkalnya, dapat pula dipasang sistem dispenser penabur chaff dan flare Alkan Elips NG yang dapat dioperasikan secara otomatis. Untuk semakin memperkecil kemungkinan Caracal dikejar oleh rudal pencari panas, maka pada bagian exhaust mesin dapat dipasangi dengan sistem IR suppressor yang sebuahnya berbobot 50kg.
Apabila Caracal harus mencari dan mengevakuasi pasukan kawan yang posisinya belum diketahui, maka ada Cubic AN/ARS 6 Personal Locator System yang bisa membaca sinyal yang dikirimkan oleh beacon yang dibawa oleh pasukan.
Untuk misi di atas perairan, Caracal dapat dimuati dengan 2 rakit karet Aerazur 551 yang memiliki fitur kembang otomatis, sehingga tinggal dilemparkan ke bawah bagi kawan yang membutuhkan. Jangan lupa pula memasang pelampung di sisi bawah helikopter untuk memberinya kemampuan mengapung di permukaan air.
Kalau harus terbang jauh atau ferry, Caracal bisa dipasangi sampai 5 tangki bahan bakar cadangan yang sebuahnya bisa menampung 475 liter bahan bakar. Kalau dalam profil misi dan kabinnya dimuati penuh, ya tinggal pasang aerial refueling boom untuk pengisian bahan bakar yang kompatibel dengan sistem drogue and chute standar NATO. Caracal tercatat sebagai helikopter pertama made in Eropa yang memiliki fitur ini.
Seperti sudah disebutkan, sarana untuk terbang instrument pun sangat lengkap. Selain data yang dipasok oleh radar cuaca Telephonics 1400 C dan radar Doppler Thales RDN 85 yang memampukannya terbang dalam ketinggian sangat rendah, masih ada sistem VOR/ILS Collins VIR 432 dan D.M.E./ TACAN Collins DME 442/ ARN 153 dan GPS Trimble TNL 2101 Approach+. Dengan kombinasi selengkap itu, menemukan arah dalam kondisi cuaca buruk sama sekali bukan masalah, dan mendaratkan helikopter secara otomatis cukup dilakukan oleh sistem autopilot.
Saat pilot dan kopilot berada didalam kokpit, maka keduanya akan menghadap ke arah konsol AHCAS (Advanced Helicopter Avionics Systems) yang serupa baik yang dihadapi pilot maupun kopilot. Setiap awak duduk menghadap dua layar utama MFID (Multi Function Information Display) berukuran 6”x8”, serta dua layar VMS (Vehicle Monitoring Systems) berukuran 4”x5” yang terletak tepat di tengah.
MFID dapat memasok berbagai data yang dibutuhkan seperti peta rute, pantauan radar, kondisi mesin, kondisi pelumas dan bahan bakar, yang semuanya dipasok oleh sistem FMS Marconi CMA 3000. Keseluruhan komponen di panel kokpit tersebut kompatibel untuk penerbangan dengan kacamata pandang malam alias Night Vision Goggle. Total, awak hanya akan menghadapi tidak lebih dari 8 komponen pada konsol kokpit, sehingga mampu memfokuskan perhatiannya untuk menerbangkan dan mengendalikan helikopter.
Untuk penerbangan dalam kondisi gelap malam, Caracal dibantu dengan sistem Forward Looking Infra Red (FLIR) yang terpasang dalam bola di hidung helikopter. Sistem awalnya menggunakan produk Thales Atlas, namun sistem ini diklaim masih manual dan tidak mampu menjejak sasaran secara otomatis. Perancis kemudian memodernisasi sistem ini dengan menawarkan sistem Euroflir 350, yang merupakan bagian dari paket modernisasi AS532. Selain menggunakan Matis Thermal Imager, ada laser rangefinder dan penjejak sasaran terpadu. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb