SASR dan Kopassus TNI AD |
Sebagai kesatuan khusus tier I Australia, SASR (Special Air Service Regiment) memegang peranan yang sangat kompleks. Jika di Amerika Serikat dan Negara Eropa Barat mengenal pemisahan yang jelas dan tegas antara yurisdiksi sipil dan militer dalam penanganan masalah yang membutuhkan operasi khusus, maka SASR sebaliknya, memiliki wewenang untuk melancarkan operasi khusus baik di tanah air sendiri, perairan yang mengelilinginya, serta diproyeksikan untuk beroperasi di luar negeri.
Yurisdiksi ini bukannya tanpa bukti; SASR sudah berulangkali melaksanakan beragam operasi di dalam negeri mulai dari pengamanan event berskala internasional, sampai dengan operasi interdiksi dan penyergapan di perairan Australia setelah Kepolisian Federal tidak cukup mampu untuk menanganinya. Dengan hanya tiga skadron operasional, SASR dituntut harus mampu mengamankan seluruh benua, mampu digerakkan dalam waktu yang sedemikian singkat, dan memenuhi apapun tugas yang dibebankan ke pundaknya.
Selain kekhususannya, SASR sendiri boleh dibilang menjadi alat diplomasi militer yang intens dari pihak Australia. Walaupun hubungan Indonesia dan Australia seringkali panas-dingin dan bahkan malah beberapa kali terjadi insiden, sesungguhnya Australia memandang Indonesia selalu sebagai mitranya yang paling strategis. Kita juga sama-sama tahu, Timor-timur pernah menjadi onak duri dalam perjalanan persahabatan Australia dan Indonesia, tetapi Australia pula yang membantu menghibahkan C-130H untuk TNI AU.
SASR memegang peranan besar dalam operasi evakuasi Australia di Timor-timur dan operasi stabilisasi sampai negara baru tersebut terbentuk. Hubungan erat antara Indonesia dan Australia pasca Timor-timur terbukti dengan kedekatan antara SASR dan Kopassus. Diawali pada medio 1990an secara sporadis, pasca membaiknya hubungan Australia dan Indonesia kerjasama antara SASR dan Kopassus dilaksanakan secara rutin.
Alasan kedua kesatuan khusus ini menyelenggarakan latihan rutin adalah kebutuhan kawasan untuk menanggulangi terorisme. Sejak terjadinya teror WTC di AS pada 11 September, tatanan dunia berubah menjadi suatu tatanan yang rapuh, dan harus senantiasa siap menanggulangi dan mencegah terorisme karena kerap tidak pandang bulu dalam memilih sasarannya.
Ujung tombak penanggulangan terorisme mau tidak mau adalah kesatuan khusus yang dibentuk dan dilatih dengan kemampuan melawan teror, termasuk dengan aksi khusus karena pelaku teror sudah kadung nekat. Dan fungsi penanggulangan teror itu melekat pada Kopassus maupun SASR.
Kedua kesatuan secara bergantian menjadi tuan rumah latihan gabungan Dawn Kookaburra yang dilaksanakan di Australia dan Dawn Komodo apabila dilaksanakan di Indonesia. Tercatat sudah lebih dari sepuluh kali latihan gabungan Dawn Komodo dilancarkan. Silabi latihan menekankan pada operasi kontra teror dan pertempuran jarak dekat dalam berbagai situasi, termasuk skenario penyelamatan sandera di pesawat udara, kapal laut, dan gedung bertingkat. Dan makin kesini, skenario latihan pun semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam Buku Putihnya Pemerintah Australia bahkan menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia pada 2035, menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Australia memiliki kepentingan agar Indonesia memiliki kekuatan pertahanan dan keamanan yang kuat, terutama menghadapi ancaman di dalam dan di luar negeri.
Ancaman di dalam negeri sudah jelas adalah rongrongan kaum ekstrim kanan yang terinspirasi oleh aliran garis keras. Australia tentu saja ingin melihat Indonesia yang kuat, berdaulat, dalam nuansa Demokrasi yang sehat dengan tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Dan SASR menjadi salah satu alat untuk menegakkan diplomasi Australia tersebut.
Terakhir, sebagai negara tetangga di belahan bumi Selatan, Australia seringkali ‘terlupakan’, padahal mereka tetangga yang lebih dekat dalam bidang militer. Sebagian pembaca mungkin tidak setuju, mengingat sudah ada beberapa kali insiden pelanggaran batas wilayah yang terjadi. Namun harus diingat pula, kerjasama kedua Angkatan Bersenjata sesudahnya juga juga sudah jauh lebih baik.
Coba saja hitung, berapa kali gelar latihan gabungan pasukan khusus yang sudah dilaksanakan dengan Australia dibandingkan latihan gabungan dengan Malaysia atau Singapura misalnya? Komitmen Australia pun bisa dirasakan, terbukti dengan hibah pesawat angkut C-130H dalam jumlah yang cukup besar. (Aryo Nugroho)