Operasi Intelijen Korea Utara untuk Memperoleh Helikopter MD-500D Buatan Hughes AS - Radar Militer

15 Agustus 2017

Operasi Intelijen Korea Utara untuk Memperoleh Helikopter MD-500D Buatan Hughes AS

 Helikopter MD-500D
 Helikopter MD-500D 
Hari-hari ini hubungan Korea Utara dan Amerika semakin memanas, dan sudah bertahun-tahun pun begitu. Amerika Serikat kerap menghadiahi Korut dengan sejumlah sanksi ekonomi karena program rudal nuklirnya yang terus didorong maju.
Namun begitu, pada pertengahan 1980-an ternyata Korea Utara sempat membeli puluhan helikopter Hughes MD-500D dari Amerika Serikat yang kemudian dimasukkan sebagai heli militernya. Lho kok bisa? Bukankah Korut ada dalam daftar embargo ekonomi sehingga seharusnya tidak mungkin membeli alutsista dari Amerika Serikat?
Helikopter-helikopter ringan tetapi gesit dan lincah tersebut nyatanya menjadi tulang punggung Korea Utara, bahkan kerap digunakan melakukan operasi intelijen lintas batas ke Korea Selatan. Helikopter Korut ini sempat menimbulkan kepanikan karena Korsel juga memproduksi helikopter sejenis. Sempat ada perintah untuk tidak menggunakan MD-500 di Korsel, karena takut tersaru pada saat Korut juga menerbangkan helikopternya.
Nah, bagaimana Korut bisa membeli MD-500 ternyata dimulai dari kekisruhan di Amerika Serikat sendiri. Kejadian bermula pada 1983, ketika resesi melanda industri pesawat terbang Amerika Serikat, termasuk pabrik helikopter Hughes. Saat itu, saking sulitnya mencari pembeli, Hughes tidak mempertanyakan ketika datang order besar dari Jerman.
Adalah Kurt Behrens, seorang warga negara Denmark yang menjadi agen Hughes di Jerman Barat. Perusahaannya, Delta-Avia Fluggerate memiliki hak memasarkan produk Hughes dan suku cadangnya ke seluruh dunia, termasuk MD-500. Pada awal 1980an, agen-agen Korut mendekati Delta-Avia dan menyampaikan bahwa pemerintah negaranya hendak membeli MD-500, dengan jumlah puluhan dan bahkan ratusan, kalau perusahaan bisa menyediakan stok dalam waktu dekat.
Secara aturan undang-undang, Jerman Barat tidak melarang penjualan pesawat sipil ke Korea Utara. Hughes pun tutup mata mengenai siapa konsumen Delta Avia. Yang mereka tahu, perusahaan Jerman Barat itu memesan hampir seratus unit varian MD-500D dan E senilai US$ 26 juta. Jumlah yang menggiurkan untuk industri yang tengah dilanda krisis. Selama uangnya ada, kenapa harus bertanya-tanya?
Hughes membuat MD-500D dan E versi sipil itu sesuai pesanan pada umumnya, dan kemudian dikirim dalam keadaan terurai di dalam peti kemas ke pelabuhan di Antwerpen, Belgia. Di kota pelabuhan itu, agen-agen Korut sudah menunggu. Peti kemas berisi helikopter itu dibongkar muat dan dinaikkan ke atas truk, lalu dibawa ke pelabuhan Rotterdam, Belanda. Peti kemas itu dinaikkan lagi ke kapal kargo berbendera negeri beruang merah, salah satunya K.H. Prorokov, yang membawa helikopter berharga itu ke Korea Utara.
Di Korea Utara, helikopter-helikopter tersebut dirakit, diuji terbang, dan kemudian dilabur dengan warna loreng untuk penggunaan militer. Walaupun desainnya adalah heli sipil, tidak ada yang bisa menjamin apakah Korea Utara tidak memodifikasinya dengan persenjataan, dan beberapa helikopter muncul dengan rudal antitank AT-3 Sagger terpasang. Tapi tanpa senjata pun, MD-500 adalah heli yang cukup senyap, bisa digunakan mendaratkan pasukan di seberang perbatasan.
Apakah Amerika Serikat tahu kalau mereka diakali di bawah pengawasannya sendiri? Ya, AS tahu, tetapi intelijennya kedodoran dan birokrasinya bertele-tele. Paman Sam ditipu di depan mukanya sendiri. Departemen Bea Cukai AS berhasil memperoleh informasi detil mengenai pembelian helikopter tersebut - nama perusahaan Korea Utara sebagai penerima akhirnya bahkan tidak disembunyikan.
Akan tetapi, informasi tersebut disimpan sendiri oleh Bea Cukai AS, dan tidak disampaikan ke Departemen Perdagangan yang punya inisiatif untuk mengembargo segala jenis pembelian peralatan canggih oleh Korea Utara. Ketika akhirnya Bea Cukai AS berbagi informasi tersebut ke badan DIA (Defense Intelligence Agency), tetap tidak ada langkah nyata yang diambil.
Semua dibuat kelabakan ketika pengiriman MD-500 sudah dilakukan sebanyak lima kali, dengan pengapalan terakhir berjumlah 15 helikopter. Ketika Departemen Pertahanan memerintahkan agar Hughes menghentikan kontraknya, 87 helikopter sudah ada di tangan Korea Utara pada tahun 1985.
Amerika Serikat menghukum Delta-Avia dengan memasukkannya ke daftar hitam perusahaan yang dilarang berbisnis di Amerika Serikat. Kurt Behrens dan Pemerintah Jerman Barat pun meradang, karena dari segi undang-undang Eropa tidak ada yang dilanggar. Toh sedari awal tidak ada yang disembunyikan, lalu kenapa Delta-Avia diganjar hukuman?
Apapun itu, Korea Utara menjadi pemenang dalam kasus ini, meninggalkan Delta-Avia dalam kebangkrutan. Inilah kasus penjualan helikopter dan peralatan perang ilegal dalam sejarah Amerika Serikat, yang meninggalkan arang di kening Paman Sam. Kout sendiri masih menggunakan helikopter-helikopter yang mereka beli secara abu-abu dari Amerika Serikat itu. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb