Pembom Siluman B-2 Spirit dan Misi Serangan Setengah Keliling Bumi - Radar Militer

10 Agustus 2017

Pembom Siluman B-2 Spirit dan Misi Serangan Setengah Keliling Bumi

Pembom Siluman B-2 Spirit
Pembom Siluman B-2 Spirit  

Serangan teroris 11 September 2001 ke WTC membuat Amerika Serikat terperanjat tak percaya. Simbol kedigdayaan ekonomi AS runtuh, dan amarah publik bergelora melihat pemerintah AS seakan tak berdaya. Militer AS tidak punya aset di Afghanistan dimana Osama Bin Laden yang menjadi dedengkot teror berada.
Amerika Serikat harus menunjukkan kemampuan kalau mereka bisa menjangkau musuh-musuhnya, dimanapun mereka berada. Menyerang Afghanistan yang pada waktu itu dikuasai Taliban dianggap mustahil karena AS tidak memiliki estimasi seberapa kuat pertahanan udara yang masih diwarisi banyak alutsista negeri beruang merah.
Amerika Serikat pun merancang suatu misi pembuka jalan, yang tidak hanya menghasilkan daya rusak tinggi, tapi juga spektakuler dan juga membuat musuh takut untuk menyerang lagi. AU AS mengusulkan untuk menggunakan serangan pembom siluman B-2 Spirit ke Afghanistan dan Jenderal Tommy Franks, Panglima CENTCOM menyetujuinya.
Dalam waktu kurang dari sebulan, B-2 di Whiteman Air Force Base di bawah 509th Operations Group sudah siap untuk melaksanakan serangan. Bukan misi yang mudah karena B-2 tidak boleh mendarat di sepanjang perjalanan. Mereka harus menjalani beberapa kali pengisian bahan bakar di udara sehingga bisa terbang berjam-jam.
Tugas untuk memberi minum B-2 dipercayakan kepada 60th, 349th dan 319th Air Refuelling Wing di Travis AFB yang memiliki armada pesawat tanker KC-10 dan KC-135. Perencanaan titik pertemuan untuk pengisian dipercayakan kepada 18th Air Force.
B-2 sebenarnya bisa saja terbang dengan rute terpendek, melalui Kutub Utara dan melintasi Rusia. Namun begitu, rute tersebut tidak bisa digunakan karena permusuhan antara AS dan Rusia. Tidak akan pernah ada dalam sejarah Rusia mengijinkan AS menggunakan wilayah udaranya untuk tujuan apapun. Kalaupun iya, tidak ada jaminan kalau Rusia tidak akan memberitahu Taliban akan kedatangan tamu tidak diundang.
Rute terpendek selanjutnya adalah terbang ke Timur lalu melintasi Eropa, tapi ini berarti Kedutaan Besar AS di negara-negara tersebut harus meminta ijin, dan tidak ada jaminan bahwa tidak akan ada kebocoran intelijen, sehingga unsur kejutan bisa-bisa hilang begitu saja. Akhirnya Presiden George W. Bush memerintahkan agar B-2 terbang menggunakan Rute Barat.
Rute Barat bukanlah hal yang mudah karena B-2 harus terbang terus-menerus di atas samudera. Kalau ada masalah yang terjadi, tidak banyak rute darurat untuk mendarat. Misi pemboman ini dibagi dalam tiga hari, dengan dua pesawat per sorti mulai dari 7 Oktober sampai 9 Oktober 2001.
Sesuai jadwal, dua B-2 pertama lepas landas pada malam 7 Oktober dari Whiteman AFB. Tiap B-2 diisi bahan bakarnya di lepas pantai California dan kemudian terus ke arah Pasifik. Sesuai jadwal, tiap pesawat bertemu dengan tanker di udara di wilayah Hawaii, kemudian titik pengisian ketiga dilakukan di atas Guam.
Untuk melakukan misi dengan jam terbang panjang ini, pilot-pilot B-2 sudah lama berlatih di simulator karena mereka tahu, B-2 sebagai aset strategis suatu waktu akan diperintahkan untuk menyerang sasaran yang jauh dari Amerika Serikat. Jadi misi pemboman ke Afghanistan ini adalah sesuatu yang sudah diantisipasi.
Sorti pertama B-2 tiba dini hari 8 Oktober waktu setempat, setelah melintasi wilayah udara Pakistan tanpa memberi informasi terlebih dahulu. Taliban tidak pernah mengetahui apa atau siapa yang tahu-tahu menghancurkan instalasi radar, pangkalan udara, pos komando, sisa pesawat tempur dan helikopter eks Rusia, dan pusat pelatihan teroris.
Setiap B-2 menjatuhkan 16 buah bom JDAM yang dibawanya dalam misi pemboman yang berlangsung 2 jam di atas Afghanistan. Sembari melakukan pemboman, B-2 juga melakukan pemetaan atas wilayah sasaran dengan radar SAR (Synthetic Aperture Radar) sehingga dapat digunakan untuk misi berikutnya.
Bom yang dipakai adalah JDAM (Joint Direct Attack Munitions) yang saat ini masih baru digunakan. Bom ini berpemandu GPS sehingga bisa diprogram menyasar titik koordinat sasaran musuh yang sudah ditemukan sebelumnya. Ada beberapa kejadian dimana pilot B-2 harus memprogram ulang JDAM dengan komputer Combat Track II yang membutuhkan ribuan kali sekuensial tombol, semua karena intelijen menemukan koordinat sasaran baru.
Total waktu yang dihabiskan untuk misi pemboman tersebut berbeda-beda. Yang terpendek makan waktu 30 jam, sementara B-2 Spirit of America menghabiskan waktu total 44 jam atau nyaris 2 hari di udara, tanpa henti, karena melakukan misi pemboman ke beberapa titik yang berbeda. Inilah rekor misi pemboman terpanjang rutenya dan juga terlama dalam sejarah umat manusia. Itulah gambaran kehebatan pesawat pembom siluman B-2, yang nampaknya akan bertugas lagi dalam waktu dekat. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb