Senapan SS3 Pindad |
Senapan SS3 buatan Pindad merupakan pendatang baru dalam keluarga besar Senapan Serbu (SS) buatan PT.Pindad, Persero. Dibandingkan dengan kakak-kakaknya, SS3 tampil lebih bongsor. Bukan karena gizi yang lebih baik, tetapi karena SS3 sebenarnya masuk dalam kategori senapan tempur atau battle rifle.
Terminologi senapan tempur, atau yang dalam terminologi Pindad sebenarnya dikenal sebagai SP (Senapan Panjang) adalah penyebutan untuk senapan yang mengadopsi peluru 7,62x51mm NATO. Produk terakhir seri SP dari PT. Pindad adalah SP-1/2/3 yang berbasiskan Beretta BM-59 dari Italia. Saat ini senapan tersebut sudah ditarik dari batalyon tapi masih bisa ditemui di satuan teritorial TNI AD.
Nah, SS3 sebagai senapan yang juga menggunakan peluru 7,62x51mm NATO layaknya tidak masuk ke dalam kelas SS. Karena jika mengutip pemahaman dari Departemen Pertahanan AS, senapan serbu adalah senjata berukuran kompak, dengan kemampuan tembak otomatis, yang menggunakan peluru dengan kekuatan sedang di antara pistol mitraliur (submachinegun) dan senapan tempur. Jadi karena SS3 menggunakan kaliber 7,62x51mm NATO, selayaknya SS3 masuk ke dalam kelas senapan tempur dan bukan senapan serbu.
Tapi tak usahlah meributkan terminologi karena nanti jadi debat tak berujung. Yang jelas, SS3 dibangun sebagai sebuah senapan yang mengantisipasi kebutuhan adanya penembak jitu di level regu, atau yang dikenal sebagai designated marksman (DM). Konsep DM akhir-akhir ini mengemuka di militer Barat, seperti adopsi L129A1 oleh AD Inggris, dan M110 untuk AD AS.
Dari segi bentuk, SS3 adalah SS2 yang diperbesar, seperti AR-10 yang menurunkan M16. Seluruh kontrolnya masih sama, termasuk tuas pilihan penembakan yang ada di kanan dan kiri senapan. Tabung gas pada SS3 pun masih sama dengan SS2 bentuknya, hanya saja tersembunyi oleh pegangan tangan. Yang mungkin berbeda adalah penggunaan popor buatan MagPul yang memiliki setingan bisa ditarik panjang atau dipendekkan, sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan penembaknya.
Perubahan yang kentara adalah penggunaan handguard yang terbuat dari alumunium dan sudah mengadaptasi rel Picattinny di sisi atas, bawah, kiri dan kanan. Rel di sisi atas bertemu dengan rel di atas receiver sehingga tak terputus dari belakang sampai ke depan, memberikan kebebasan penuh untuk memasang optik, termasuk kalau mau menggunakan optik ganda.
Untuk laras, Pindad memasangkan laras tebal (heavy barrel) dengan teknik pembuatan rotary swaging untuk meningkatkan akurasi hasil penembakan. Untuk meredam hentakan dan kilatan cahaya penembakan, maka dipasanglah muzzle brake dengan tiga lubang di kiri kanan sehingga gas berlebih bisa dibuang dan mengurangi hentakan yang dirasakan.
Untuk magasen, SS3 nampak menggunakan produk MagPul yang lain yaitu PMAG 25 LR/SR GEN M3. Magasen berbahan polimer ini memiliki kapasitas besar, 25 butir peluru dan tahan terhadap tindakan kasar di medan penugasan. Magasen ini juga dilengkapi slot MagLevel sehingga penembak bisa mengira-ngira berapa sisa peluru yang tersisa.
Nah, yang istimewa dari SS3 ini adalah, Pindad memasangkannya dengan optik buatan Israel yakni Mepro X4 4x40mm, atau yang di Amerika Serikat dipasarkan sebagai Mepro 4X. Tidak usah menebak-nebak dan berkontroversi kenapa teleskop Mepro yang dipilih, mari berpikir positif saja karena Pindad pasti menginginkan optik terbaik bagi SS3 pada saat ditawarkan kepada TNI. Ada juga kemungkinan dimana Mepro mau memberikan transfer teknologi dan perakitan lokal, karena optik ini sudah diberi merk Pindad di dudukannya. Jadi walaupun berasal dari luar, pada akhirnya optik ini akan jadi buatan Indonesia.
Optik ini digadang lebih hebat dibandingkan dengan Trijicon ACOG yang kini banyak digunakan TNI AD. Walaupun sama-sama menggunakan perbesaran tetap 4x, tetapi bidang pandang Mepro X4 juga lebih lebar sehingga lebih banyak bidang yang bisa dilihat, berujung pada meningkatnya kewaspadaan. Retikula pada Mepro X4 bisa menyala karena ditenagai dengan baterai yang bisa mati sendiri kalau tidak digunakan dalam waktu lama.
Satu lagi keunggulan dari Mepro X4, satu optik bisa mengakomodasi kebutuhan dua jenis peluru sekaligus, baik itu 5,56x45mm ataupun 7,62x51mm. Hal ini karena retikulanya memiliki stadia yang berbeda untuk kedua jenis peluru tersebut, dimana penanda BDC (Bullet Drop Compensation) seperti dilihat pada gambar di bawah ini dibuat berbeda antar kedua jenis peluru. Jadi tidak perlu membeli dua optik berbeda seperti pada ACOG.
Dengan Mepro X4 terpasang, kaki-kaki atau bipod direntangkan, serta posisi penembak yang ideal, maka SS3 bisa digunakan untuk menyasar target pada jarak 800 meter dengan andal. Ini memenuhi kebutuhan seorang penembak jitu militer ataupun Kepolisian yang jarak dalam kondisi situasi perkotaan sasarannya ada di bawah jarak 1.000 meter.
Saat ini SS3 sering dibawa Pindad dalam ragam pameran yang diikuti. Kalau pembaca ingin melihat sosok Pindad SS3 ini, datang saja ke pameran festival Habibie di Jakarta International Expo Kemayoran yang diselenggarakan oleh Bekraf yang akan berakhir pada 13 Agustus 2017. (Aryo Nugroho)