Jet Pengebom AS |
Pesawat pengebom Lancer B-1B milik Amerika Serikat bersama sejumlah jet tempur lainnya terbang di wilayah udara internasional di lepas pantai Korea Utara bagian timur pada akhir pekan lalu.
"Misi ini menunjukkan tekad AS dan sebuah pesan yang jelas bahwa Presiden Trump memiliki banyak opsi militer untuk mengalahkan ancaman dalam bentuk apa pun," ucap juru bicara Kementerian Pertahanan AS, Dana White.
"Kami siap menggunakan kapabilitas militer skala penuh untuk mempertahankan dan melindungi AS dan sekutu-sekutu kami," katanya menambahkan.
White menuturkan, Lancer B-1B dikerahkan dari pangkalan militer AS di Guam. Sementara itu, sejumlah jet tempur F-15C lainnya diterbangkan dari basis militer AS di Okinawa, Jepang.
Diberitakan The Strait Times, Pentagon mengatakan patroli militer ini menjadi yang pertama dilakukan angkatan udara AS di wilayah terluar zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Selatan dengan Korut di abad 21.
Patroli tersebut dilakukan di tengah silih ancam perang yang kian memanas antara Presiden Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un.
Pengerahan jet militer ini dilaksanakan tak lama setelah sejumlah pengamat mendeteksi gempa bumi berskala kecil di dekat situs nuklir Korut pada Sabtu (23/9).
Badan Meteorologi Korsel melaporkan gempa sebesar 3 skala richter itu terdeteksi sekitar 49 kilometer dari wilayah Kilju, Provinsi Hamgyong Utara, di mana situs nuklir Punggye terletak.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa negara terisolasi itu kembali menguji coba bom hidrogennya. Sebab, uji coba nuklir yang dilakukan Korut selalu memicu gempa bumi.
Uji coba nuklir keenam Korut pada awal September lalu misalnya, memicu gempa bumi sebesar 6.3 skala richter.
Sebelumnya, di sela sidang Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho juga sempat melontarkan ancaman bahwa negaranya bisa saja mempertimbangkan melakukan uji coba bom hidrogen di perairan Pasifik dalam skala terbesar.
Meski begitu, Lembaga Survei Geologi AS (USGS) belum bisa mengonfirmasi sumber gempa terbaru di Korut tersebut.
Di sisi lain, badan gempa bumi China mengatakan gempa kecil pada akhir pekan lalu itu bukan berasal dari uji coba nuklir karena memiliki karakteristik getaran alami.
Comprehensive Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) sebagai organisasi pemantau uji coba nuklir juga menganggap getaran tersebut adalah gempa bumi biasa.(has)
Sumber : https://www.cnnindonesia.com