Gugurnya Pasukan Khusus Green Beret AS |
Dua minggu sudah berlalu sejak kejadian penjebakan pasukan United States Special Forces atau yang lebih dikenal dengan Green Beret di Niger pada 4 Oktober 2017. Admin sudah menurunkan kisah tersebut, namun kini ada sejumlah detail yang menyeruak yang justru menggambarkan betapa perencanaan operasi khusus tersebut sangat berantakan sehingga menyebabkan gugurnya Sgt. Bryan Black, Sgt. Dustin Wright, Sgt. Jeremiah Johnson, dan Sgt. La David Johnson. Pada saat awal berita keluar, Sgt. La David Johnson dinyatakan hilang namun kemudian dinyatakan gugur setelah jasadnya ditemukan 2 hari setelah pertempuran.
Misi operasi pembinaan pasukan intelijen Niger untuk mengumpulkan info pada 4 Oktober di desa Tongo-Tongo yang berbatasan dengan wilayah Mali tersebut diawali dengan perjalanan 8 prajurit Green Beret dan sekitar 20an pasukan khusus yang hanya menggunakan pikap terbuka. Pasukan gabungan tersebut bermalam di Tongo-Tongo dimana tidak ada indikasi bahwa musuh akan menyerang.
Pasukan tersebut bergerak ke perbatasan karena memburu Abu Adnan al-Sahraoui, tokoh ISIS di Afrika Barat yang sebelumnya melarikan diri dari Mali setelah Perancis melancarkan serangan besar-besaran ke negeri tersebut. Para pasukan kemudian melanjutkan perjalanan ke salah satu desa di Distrik Tondikiwindi. Di desa tersebut, pasukan mencoba menggali informasi dari penduduk setempat, yang justru memberikan jawaban bertele-tele.
Disinilah diduga ada informan dari penduduk desa yang kemudian memberitahu para milisi ISIS mengenai keberadaan pasukan khusus AS di desa tersebut. Maka, para milisi yang jumlahnya sekitar 50 orang pun kemudian mendatangi desa dengan pikap dan motor, bersenjatakan AK-47, senapan mesin, dan peluncur roket RPG-7. Pasukan AS dan Niger itu kemudian dipancing keluar desa setelah milisi mengeluarkan tembakan bersahut-sahutan.
Begitu menyadari bahwa lawannya berjumlah puluhan, Green Beret dan pasukan Niger memberikan perlawanan, tetapi mereka kalah jumlah dan senjata. Laporan intelijen di awal menyatakan tidak ada ancaman jadi mereka tidak membawa senjata berat, dan herannya drone AS yang rutin berpatroli gagal mendeteksi kehadiran sekian banyak milisi. Satu-persatu anggota Green Beret dan pasukan Niger pun bertumbangan meregang nyawa.
Kontak tembak itu semakin menghebat, sementara musuh tidak mau mengendurkan intensitas serangannya. Musuh baru berhenti menyerang setelah jet-jet Mirage 2000 AU Perancis datang dan melakukan terbang rendah dengan kecepatan tinggi untuk membubarkan dan menakut-nakuti para milisi. Bahkan korban luka dari pihak AS pun dievakuasi tidak oleh pasukan sendiri, melainkan ditolong oleh helikopter RESCO Caracal milik AU Perancis. Kalau tidak ada pasukan Perancis entah apa jadinya nasib kontingen AS itu.
Dengan begitu banyak pertanyaan mengenai berantakannya perencanaan, Kongres pun menuntut adanya penyelidikan, apalagi Sgt. La David Johnson yang ditemukan jauh di luar desa, terpisah, dan tertinggal sehingga baru bisa ditemukan dalam keadaan tak bernyawa 48 jam setelah kejadian, itupun ditemukan oleh penduduk desa Niger yang melapor ke pihak militer. Untuk sementara waktu, kepala desa Tongo-Tongo Mounkailla Alasanne telah ditahan untuk dimintai keterangan.
Gugurnya Green Beret ini bertambah kisruh setelah Presiden Trump menjadikannya isu politik dengan menuduh mantan Presiden Obama tidak pernah menelpon para keluarga anumerta yang ditinggalkan. AS pun menugaskan Biro Penyelidik Federal alias FBI untuk menangani kasus ini dan menemukan kronologi yang tepat mengenai bagaimana bencana ini bisa terjadi. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com