Indonesia Kecewa dengan Performa Kapal Selam Changbogo Buatan Korsel, Berikutnya Beli dari Turki atau Rusia? - Radar Militer

28 Oktober 2017

Indonesia Kecewa dengan Performa Kapal Selam Changbogo Buatan Korsel, Berikutnya Beli dari Turki atau Rusia?

KRI Nagapasa-403
KRI Nagapasa-403 

Dalam sesi doorstop dengan para pewarta media di Istana Kepresidenan, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan kekecewaan TNI AL terhadap kualitas kapal selam terbaru TNI AL, KRI Nagapasa-403 yang merupakan jenis kapal selam Changbogo buatan galangan kapal DSME (Daewoo Ship Building & Marine Engineering).
Masalah yang diungkapkan adalah soal kapal selam yang kurang bertenaga, akibat baterai yang kurang mampu memasok daya total yang dibutuhkan. Karena spek kapal selam CBG yang dibeli Indonesia masih belum memiliki sistem canggih seperti AIP (Air Independent Propulsion) yang dapat membantu pengisian baterai, pada akhirnya kemampuan arung bawah air kapal selam asal Korsel ini juga jadi terbatas.
Selain itu, kurangnya daya dapat menyebabkan ketidakstabilan pada berbagai perangkat elektronik yang tertanam di kapal selam yang dibeli untuk TNI AL tersebut, yang kemudian juga dapat berdampak pada keandalannya. Admin juga menerima sejumlah kisah kendala lainnya, tetapi untuk saat ini masih dirahasiakan.
Sebagai akibat spek yang tidak sesuai janji tersebut, Menhan telah melayangkan protes ke DSME selaku pabrikan karena tidak mampu menyediakan kapal selam sesuai ekspektasi. Besar kemungkinan, kebutuhan kapal selam dari TNI AL sendiri mencapai 24 unit yang sementara akan dipenuhi dulu antara 6-10 unit lainnya akan diambil dari negara lain, tidak dari Korea Selatan lagi.
Saat ini diketahui bahwa ada berbagai macam pabrikan yang telah mendekati pihak Indonesia untuk menawarkan produknya mulai dari Perancis, Rusia, dan Turki. Dari ketiganya, dua kandidat dianggap terkuat yakni Rusia dengan Varshavyanka Class alias Improved Kilo Class dan Reis Class dari galangan kapal Golcuk Turki. Reis Class yang dibangun oleh Turki sendiri adalah hasil lisensi dari galangan kapal TKMS (Thysen Krupp Marine Systems).
Kedua kapal selam sama-sama memiliki pendukung baik di TNI maupun di Kementerian Pertahanan, dengan kontingen dari TNI dan Kemhan telah melakukan kunjungan dan inspeksi ke kedua negara untuk meninjau tawaran kedua negara. Pendukung lain dari kalangan publik tentu saja di antara pembaca sekalian yang boleh dikata sebagian menjadi fans berat produk pertahanan salah satu negara.
Admin tidak ingin membahas spek kedua kapal selam, karena toh pembaca sudah pasti mengetahuinya dengan lebih mendetail. Kunci kemenangan Rusia atau Turki sendiri akan sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk menawarkan paket transfer teknologi alias ToT yang menarik, mumpuni, dan memberikan nilai tambah pada kemampuan industri pertahanan maritim dalam negeri untuk mampu membangun kapal selamnya sendiri.
Terkait ToT, Indonesia telah banyak menjalin hubungan kerjasama dengan Turki, dan Turki yang menerima banyak teknologi dari Jerman dan Amerika Serikat juga relatif terbuka untuk berbagi ilmu dengan Indonesia. Tank Medium Harimau Hitam buatan PT. Pindad adalah salah satu bukti nyatanya. Soal pembangunan kapal selam, galangan Golcuk juga menjanjikan transfer teknologi, apalagi Type 214/1200 yang menjadi dasar pengembangan Reis Class merupakan salah satu kapal selam paling canggih yang ada di dunia saat ini.
Di sisi lain, negosiasi dengan Rusia untuk pembelian sistem senjata seringkali berpanjang ria, bertele-tele, dan relatif sulit karena pihak Rusia seringkali a lot dan benar-benar harus dijaga tempo negosiasinya. Transfer teknologi akhirnya dikalahkan dengan imbal beli, seperti dalam kasus pembelian Su-35 Super Flanker. Kalau ToT yang jadi poin utama, bisa jadi pihak Turki akan unggul. Namun begitu, segalanya masih bisa terjadi, dan pembaca sendiri dukung kapal selam dari negara yang mana? (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

1 komentar

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb