Sistem Peluncur Roket HIMARS |
Pada tanggal 27 Juli 2017, Korps Marinir TNI AL telah melaksanakan uji penembakan roket 122mm dari sistem MLRS (Multiple Launch Rocket System) RM-70 Grad milik Batalyon Roket 1 Marinir yang dipasang di atas dek utama LST KRI Teluk Sampit-515. Tujuan uji coba ini adalah mengetahui seberapa potensialnya kalau sistem senjata artileri ini digunakan di atas kapal, mengingat roket 122mm punya jarak jangkau yang lumayan mencapai 17-20 kilometer.
Nah, ternyata AL AS dan Korp Marinir AL AS, USMC (United States Marine Corps) ternyata punya ide yang sama dan kemudian mengikuti ide TNI AL dan Korps Marinir untuk menggunakan roket artileri untuk ditembakkan dari atas kapal.
Nah, platform peluncur yang digunakan oleh Korps Marinir AS adalah sistem peluncur roket HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) yang kemudian didudukkan di atas dek kapal serang amfibi USS Anchorage (LPD-23).
Satu detasemen Marinir dari Batalyon ke-5, Resimen Marinir ke-11 yang bermarkas di Kamp Pendleton ditugaskan untuk melakukan ujicoba tersebut, dimana metode pengikatan sistem HIMARS benar-benar dilakukan sama persis dengan ujicoba Korps Marinir TNI AL, menggunakan rantai baja yang diikatkan ke mounting points berlapis-lapis untuk menjaga agar HIMARS tidak goyah.
Untuk jarak jangkau, karena HIMARS lebih canggih dengan didukung bantuan GPS untuk mengarahkan titik perkenaan yang akurat dan roket yang digunakan lebih besar, roket ditembakkan sejauh 70km atau 3 kali lipat jarak jangkau RM-70 milik Korps Marinir TNI AL.
Target yang disasar oleh HIMARS dalam latihan amfibi Dawn Blitz tersebut berhasil dihancurkan secara telak, disaksikan oleh para jurnalis yang sengaja dikumpulkan di atas USS Essex, yang dijadikan sebagai kapal komando selama latihan yang berlangsung selama 20 sampai 29 Oktober tersebut.
Ide penggunaan sistem MLRS yang ditembakkan dari kapal perang nampaknya berasal dari kebutuhan di lapangan, dimana kapal-kapal perang modern semakin mengandalkan rudal untuk pertahanan dan menyerang permukaan. Karena rudal harganya mahal, maka dipikirkan cara lain untuk dapat menyapu habis pantai sebelum melaksanakan pendaratan amfibi, dan roket dipandang sebagai cara ideal untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal ini memungkinkan koordinasi yang lebih baik karena awak yang mengoperasikan sistem HIMARS tersebut juga adalah Marinir AS sendiri. Karena berasal dari korps yang sama, maka koordinasi bisa berlangsung lebih baik karena sudah bicara dalam Bahasa yang sama. Ide penggunaan HIMARS sebagai senjata bantuan tembakan kapal perang ini sudah digagas sejak 2016 dan disuarakan sendiri oleh Komandan Korps Marinir AS, Jenderal Robert Neller.
Yang jelas, awak yang mengatur penembakan menghadapi tantangan tersendiri dalam mengatur HIMARS karena kapal di lautan terbuka diombang-ambingkan oleh ombak, yang artinya bergerak pada tiga sumbu. Butuh bantuan dari pabrikan HIMARS untuk memprogram ulang perangkat kendali penembakan agar HIMARS mantap menembak dari atas kapal perang. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com