Mengenal Baretta ARX-160, Senapan Serbu Futuristik Buatan Italia - Radar Militer

29 Oktober 2017

Mengenal Baretta ARX-160, Senapan Serbu Futuristik Buatan Italia

Baretta ARX-160
Baretta ARX-160 

Jika disuruh memilih Negara Eropa yang boleh dikunjungi, admin akan memilih Italia. Bukan hanya karena makanannya yang terasa enak di lidah, orang Italia juga punya selera yang besar soal estetika. Buat orang Italia, satu benda tidak bisa sekedar fungsional, harus ada unsur keindahan didalamnya.
Prinsip tersebut tercermin dari produk-produk yang didesain oleh Italia. Ambil contoh Vespa, pelopor skuter ikonik dan revolusioner karya Condrado D’Ascanio. Vespa yang memancarkan aura premium memiliki desain yang long lasting, raja tanjakan, dan menggunakan teknologi yang mendahului jamannya. Sebagai contoh, Vespa PK125 Plurimatic yang diadopsi sebagai Corsa oleh PT DanMotors Indonesia, sudah menggunakan CVT sebelum skuter matik asal Jepang marak menggunakan teknologi tersebut pada tahun 2000an.
Sekilas intermezzo tersebut menunjukkan bahwa produk-produk Italia memiliki satu keunggulan dibanding produk Eropa lainnya. Bagaimana dalam hal senjata? Indonesia sudah akrab dengan produk-produk Italia sejak awal kemerdekaan. Bahkan boleh dikatakan, industri pertahanan TNI-AD khususnya senapan dan senjata ringan dibangun dengan asistensi dari Italia, dalam hal ini pabrik Beretta.
Pabrik senjata yang umurnya sudah lima abad lebih tersebut memasok M1 Garand, dan kemudian memberikan lisensi senapan BM59 menjadi senapan SP-1/2/3 buatan PT Pindad. Terakhir, pistol Beretta 92 sempat menjadi standar TNI AD selain P1. Namun kedekatan Italia dengan Indonesia sempat vakum beberapa saat, terutama setelah Indonesia akhirnya memilih FN Herstal sebagai partner untuk melisensi FN FNC.
Beretta sendiri di Indonesia akhirnya hanya berdiri di pinggiran panggung, jauh dari titik tengah yang banyak didominasi senjata buatan Amerika Serikat seperti M16, atau senapan dalam negeri SS-1 dan SS-2. Penyebaran produk Beretta di Indonesia lebih banyak digunakan dalam bidang olahraga menembak seperti cabang clay shooting dengan senapan tabur alias shotgun.
Produk senapan serbu Beretta AR-70, yang merupakan senapan serbu standar militer Italia, kurang banyak dilirik oleh Indonesia dan Negara kawasan lainnya. Mungkin hanya Malaysia yang tercatat menggunakan AR-70, itupun hanya untuk periode yang pendek pula. Maka menjadi menarik ketika admin yang mengunjungi hari pertama pembukaan pameran Indo Defense Aerospace and Marine (IDAM) 2012 pada 7 November 2012 di Pekan Raya Jakarta, lima tahun yang lalu.
Itulah kali pertama admin memergoki dua pucuk senapan buatan Beretta yang ada di booth agen mereka di Indonesia. Yang satu berwarna hitam, dan yang lainnya berwarna FDE (Flat Dark Earth), varian warna kombinasi antara coklat dan pasir yang menjadi ‘seksi’ karena keterlibatan militer NATO dan AS di wilayah gersang seperti Afghanistan atau Irak. Warna FDE diyakini mumpuni dalam hal menyamarkan tampilan senapan dalam pelaksanaan misi di wilayah gersang (arid).
ARX160 adalah satu senapan yang terlihat garang, namun tak kehilangan unsur estetikanya. Polimer yang menjadi bahan untuk receiver ARX160 memiliki tekstur halus berbintik lengkap dengan logo Beretta. Yang hebat, Beretta berani menggunakan bahan polimer untuk receiver atas dan bawah, sesuatu yang jarang ditemui pada desain senapan serbu komposit.
Mungkin hanya Remington ACR/ MagPul Masada atau HK G36 yang sanggup menyamainya. Dari segi bentuk, ARX160 memang jadi terlihat tambun, jika dibandingkan dengan M4 yang punya profil lower receiver ramping. Namun saat menggenggam pistol grip dan meletakkannya dalam posisi membidik, terasa betul bahwa titik berat senapan ini sudah dipikirkan dengan sangat baik oleh perancangnya. Di pangkal pistol grip, yang tidak bisa disebut pangkal sebenarnya karena menyatu dengan lower receiver, terdapat selektor penembakan yang menggunakan mode standar S-1-R (Repetitive). Rotasi dari S sampai ke R hanya butuh sudut 82o, sangat nyaman dan mudah dimanipulasi oleh telunjuk tangan yang menembak tanpa perlu meninggalkan genggaman dari grip.
Dari segi popor yang menempel ke bahu, popor teleskopik ARX160 terlihat amat ramping. Untuk memanipulasinya tinggal menarik tuas kecil yang menempel di sisi dalam pelat popor yang menempel ke bahu (shoulder rest), dan tuas yang terhubung dengan mekanisme pengunci, akan terbuka dari kunciannya sampai pengguna melepaskannya ketika sudah mencapai posisi panjang yang diinginkan.
Popor ini juga bisa dilipat ke arah kanan, yang akan menempel ke cantelan di receiver sebelah kanan setelah pengguna menekan tombol di pangkal popor sisi kiri. Popornya sendiri memberikan kestabilan yang mantap, tanpa adanya gejala goyang atau flex, mantap untuk 4 posisi yang tersedia. Andai saja popor ini memiliki sandaran pipi yang dapat disesuaikan seperti milik FN SCAR, tampilannya akan lebih sempurna dan ergonomik, serta tentunya membantu dalam proses kecepatan pembidikan sasaran.
Satu hal menarik berikutnya yang membuat penulis berpikir adalah lubang magasen pada ARX160. Bentuknya seperti menyatu dengan handguard depan, karena ditarik segaris. Penulis berpikir apakah magasen non STANAG/M16 alumunium mag dapat masuk ke ARX160, mengingat bentuknya yang kelihatan gemuk itu. Namun menurut sales representative Beretta, magasen apapun, selama ikut standar NATO, bisa saja masuk ke ARX160.
Uniknya, atau mungkin hebatnya, Beretta menyediakan cara melepas magasen tidak sekedar opsi ambidextrous, tapi, bila istilah ini ada, adalah sistem tridextrous. Tidak hanya tombol rilis magasen konvensional di kiri dan kanan receiver yang tersedia, tapi masih ada satu tuas lagi yang letaknya ada di sisi bawah trigger guard. Tuas ini memberikan dua macam keuntungan, yaitu pertama, mempermudah penggantian secara senyap, mengingat penembak dapat menekan tombol ini dengan ibu jari tangan yang tidak menembak sembari memegangi magasen agar tidak jatuh ke tanah, dan kedua, mempermudah transisi dari senapan yang menggunakan sistem ganti magasen dengan tuas tengah seperti AK-47, SIG 550, atau G36.
Beretta pun sudah memikirkan benar sekuensial pengisian ulang senjata. Pada senjata yang baik, adalah lazim setelah mengisi magasen, penembak melepaskan bolt ke posisi depan agar peluru pertama dari magasen baru masuk ke kamar peluru (chamber) sehingga senjata siap ditembakkan. Pada senjata yang menganut konsep desain turunan M16, bolt release letaknya ada di sebelah kiri receiver.
Jadi setelah tangan kiri memasang magasen, maka refleks berikutnya adalah memindahkan tangan kiri tersebut dan menggunakan telunjuk kiri untuk menekan tombol bolt release. Pada ARX160, untuk pertama kalinya penulis melihat dan mencoba sistem revolusioner yang digunakan Beretta: secara brilian pabrik senjata Italia ini memindahkan tombol bolt release ke sisi dalam trigger guard.
Jadi secara refleks, begitu magasen masuk, penembak langsung dapat memindahkan tangan kiri ke posisi mendukung bidikan, sementara telunjuk kanan menekan bolt release lalu secara simultan langsung menggesernya ke pelatuk diatasnya, siap menembak, sehingga proses dari sejak senapan kehabisan peluru sampai siap tembak berlangsung jauh lebih cepat dibanding menggunakan sistem konvensional.
Sementara jika senapan diisi dari kondisi kosong dan perlu dikokang, maka Beretta sudah merancang sistem pengokang yang amat modular. FN SCAR perlu melepas tuas pengokang, pada ARX160, tuas pengokangnya diberi engsel sehingga bisa diayun dari posisi kanan ke kiri atau sebaliknya. Yang perlu dilakukan hanyalah menekan lubang kecil di dekat pangkal popor, di lapangan menggunakan kepala proyektil, di meja pameran menggunakan pena. Sentuhan pada lubang tersebut akan menggeser pelat baja yang mempengaruhi susunan extractor-ejector dan mengubah arah keluar kelongsong, dari sisi kiri atau sisi kanan.
Selain desain yang ergonomis, Beretta kemudian juga memikirkan modularitas dari ARX160. Selain sistem rel Mil-STD 1913 Picattinny yang terpasang di empat kuadran, Beretta juga mendesainnya secara modular. Hanya sisi atas saja yang dibuat tak terputus, untuk tiga kuadran sisanya ditempelkan ke bodi senjata dengan bantuan mur, dapat dipasang atau dilepas sesuai dengan kebutuhan.
Karena desainnya yang menggunakan rel tak terputus pada sisi atas, maka konsekuensinya pisir dan pejera cadangan (BUIS-Back Up Iron Sight) ARX160 harus dibuat dengan model QD (Quick Detach) yang ditempelkan ke rel. Pada varian A1, modelnya agak sedikit ribet. Dari kondisi terlipat, pengguna cukup menekan tombol kecil pada sisi kanan blok pisir-pejera yang melepaskan pegas penahannya sehingga tiang pisir dan pejera naik keatas. Kalau mau diturunkan lagi, giliran tombol kecil di sisi kiri blok pisir-pejera harus ditekan terus sampai pisir dan pejeranya diturunkan secara manual. Pada varian A2 yang berwarna FDE, Beretta kelihatannya mengadopsi BUIS MBUS Gen 2 buatan MagPul. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb