Koksan, Howitzeri 170mm Korea Utara yang Menakutkan - Radar Militer

29 Oktober 2017

Koksan, Howitzeri 170mm Korea Utara yang Menakutkan

Howitzer Swagerak M1978 Koksan
Howitzer Swagerak M1978 Koksan 

Korea Utara memang memiliki arsenal nuklir yang sangat menakutkan dengan daya jangkau yang konon sampai ke Guam. Namun sebenarnya, bukan rudal nuklir yang membuat Korea Selatan selaku tetangga dan saudaranya yang kuatir. Adalah sistem artileri masif Korea Utara yang menjadi momok bagi Korea Selatan, karena proyektil artileri sekali lepas ke udara sudah sangat sukar ditebak dan sukar pula ditangkal impak jatuhnya.
Korea Utara pun sangat menyadari potensi sistem artileri yang mereka kembangkan. Kekuatan darat Korea Utara sangat bergantung pada kemampuan meriam-meriam howitzernya untuk memuntahkan peluru berkaliber besar dari jarak yang jauh, sehingga Korsel tidak mampu mematikan atau membalas serangan artileri Korut.
Howitzer-howitzer Korut pulalah yang menjadi momok bagi AS yang pernah berencana melakukan serangan pendadakan ke Korut pada 1994 (Op Plan 5027) namun akhirnya tidak pernah mengeksekusinya. Rencana ini batal karena AS dan Korsel kuatir sekali dengan ancaman serangan masif dari sistem artileri Korut yang dikatakan berpotensi makan korban sampai 1 juta jiwa di kota Seoul, dan mengubahnya menjadi lautan api dalam serangan pertama jika terjadi perang antara Korut dan Korsel.
Tulang punggung sistem artileri Korea Utara adalah howitzer swagerak M1978 Koksan yang pertama kali dipamerkan pada parade besar tahun 1985. Nama Koksan sendiri mengacu pada nama sebuah kota di Korea Utara. Koksan menjadi bagian dari total 12.000 meriam howitzer Korea Utara yang hampir seluruhnya diarahkan ke Korea Selatan.
Berbeda dengan sistem howitzer swagerak buatan Barat dan Uni Soviet yang sudah menggunakan sistem kabin tertutup agar mampu digunakan dalam perang nuklir, Koksan terhitung primitif dengan mengawinkan antara meriam artileri 170mm dengan sasis tank beroda rantai, yang diperkirakan berasal dari jenis tank Type 59. Awak yang mengoperasikannya berdiri di luar, kurang lebih sama seperti sistem artileri berbasis truk. Meriamnya sendiri tidak jelas diambil dari mana, ada yang mengatakan dari meriam pertahanan pantai, ada pula yang bilang desainnya adalah meriam kapal perang.
Karena besarnya dudukan meriam, hanya pengemudi saja yang punya palka dan ruangan sendiri. Komandan, juru tembak, juru bidik, juru isi amunisi, semuanya berada di luar dan mengoperasikan meriam masif tersebut dari luar. Kurang-lebih ada lima atau enam awak yang menangani penembakan meriam Koksan. Karena hentakan yang sangat besar pada saat penembakan, maka sasis Koksan pun dilengkapi dua garu penstabil dudukan pada bagian belakang yang diturunkan untuk memancang sasis ke tanah, sehingga Koksan tidak bergeser ketika ditembakkan.
Tidak ada yang mengetahui dengan pasti jarak efektif dari howitzer 170mm milik Koksan. AS memperkirakan jangkauannya sejauh 40km dengan amunisi biasa, atau 59km dengan amunisi berpendorong roket. Kecepatan tembaknya mencapai 4-8 proyektil per menit. Pada saat diendus Barat, Koksan menjadi sistem artileri operasional dengan jangkauan tembak terjauh yang ada di dunia saat itu. Korea Utara sendiri menggunakan doktrin penggelaran 36 unit meriam per baterai, dengan estimasi total ada sekitar 500 unit Koksan dalam kondisi siap tempur. jadi bisa dibayangkan betapa ngerinya kalau seluruh meriam menembak bersamaan.
Koksan sendiri memperoleh cap battle proven ketika Korut menjual meriam-meriam swagerak ini ke Iran dengan bayaran dolar AS secara tunai pada 1987 untuk membiayai program nuklirnya. Iran menggunakan Koksan untuk terus-menerus menghantam posisi pasukan Irak di semenanjung Al-Faw, termasuk membumihanguskan ladang-ladang minyak milik Kuwait di sisi Timur Laut.
Korea Utara sendiri menyempurnakan Koksan menjadi model M1989 dengan menambahkan sistem penyimpanan amunisi sebanyak 12 proyektil di dalam kendaraan. Untuk mempersiapkan serangan ke Korsel, Korut menempatkan Koksan di sebelah Barat dan Tengah DMZ alias Zona Demiliterisasi. Meriam-meriam ini ditempatkan dalam shelter yang diperkeras dan mampu menahan pemboman dari pesawat tempur ataupun duel artileri dengan lawan. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb