Helikopter TNI AL |
Dalam konfigurasi standar, rasanya cukup sulit untuk membedakkan antara helikopter AS565 MBe Panther dan AS365 N3+ Dauphin. Kedua tipe heli produksi Airbus Helicopters tersebut punya desainnya yang boleh dibilang serupa, termasuk model rotor sampai dimensinya. Alhasil bila helikopter Dauphin di cat dengan livery dan nomer khas TNI AL, maka kesan pertama orang langsung mengira itu adalah helikopter AKS (Anti Kapal Selam) Panther.
Dauphin memang pernah sukses ‘menyaru’ sebagai Panther, tepatnya pada saat kunjungan Presiden SBY saat kunjungan kerja di Pangkalan Komando Armada Timur, Dermaga Ujung, Surabaya (12/3/2014). Dalam demo dan defile, nampak heli Dauphin bercita rasa Panther berada di deck helipad KRI Sultan Iskandar Muda-367. Manuver Dauphin yang lincah, termasuk landing dan take off dari dek kapal perang, hingga pelepasan dummy torpedo, saat itu sangat meyakinkan bahwa helikopter Panther Puspenerbal TNI AL telah tiba.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, ternyata Dauphin yang menyamar tersebut adalah ‘pinjaman’ dari BASARNAS (Badan SAR Nasional). Pun dari segi operasional, heli Dauphin BASARNAS memang diawaki oleh personel Puspenerbal TNI AL, tak heran meski cat Dauphin BASARNAS berwarna oranye, tapi tetap ada logo Penerbangan TNI AL.
Merujuk dari silsilahnya, Dauphin memang lebih senior daripada Panther, karena sejatinya Panther adalah versi militernya Dauphin. Sebagai versi militer, AS565 Panther sudah barang tentu dipersiapkan dengan perangkat penunjang misi tempur, terutama misi di lautan. Sebut saja ada peningkatan pada material berbahan komposit, yang menjadikan bodi heli ini lebih kuat dan dapat meredam pancaran gelombang radar. Bodi heli ini bahkan dilengkapi cat khusus yang dapat mengurangi endusan dari sensor infra red. Ini tentunya berguna bila suatu waktu heli diterjang rudal lawan, selain bisa mengandalkan chaff dan flare.
Namun toh dari aspek desain dasar memang sulit untuk memindai perbedan diantara keduanya. Tapi bila ditengok ke jeroan, antara Panther dan Dauphin ada perbedaan yang berimbas pada kinerja. Mesin memang mengandalkan 2 x Turbomeca Arriel plus teknologi FADEC (Full Authority Digital Engine Control), yang memungkinkan heli terbang dengan satu mesin dan tetap mempertahankan high performance.
Bila Panther mengusung Turbomeca Arriel 2N turboshaff, maka Dauphin menggunakan Turbomeca Arriel 2C. Turbomeca Arriel 2N dapat menciptakan maximum emergency power hingga 842 Kw/1.129 shp, sedangkan Turbomeca Arriel 2C dapat menciptakan maximum emergency power hingga 717 Kw/961 shp. Dengan perbedaan tersebut, Panther dapat melesat dengan kecepatan maksimum 264 km per jam, sementara Dauphin N3+ bisa melesat dengan kecepatan maksimum 269 km per jam.
Dengan lima tangki bahan bakar internal, antara Panther dan Dauphin dapat membawa 1.135 liter avtur. Bila tangki penuh, Panther dapat menjelajah sejauh 781 km, sementara Dauphin N3+ sampai 792 km. Atau dalam misi meronda di lautan, kedua helikopter yang akrab terbang di atas permukaan laut ini bisa mengudara dengan endurance 4,5 jam.
Meski tampang serupa, tetap saja ada perbedaan dalam misi dan perangkat/sensor yang dijejalkan di dalamnya. Secara keseluruhan AS565 MBe Panther punya berat maksimum 4,5 ton, sebaliknya AS365 N3+ Dauphin berat maksimumnya 4,3 ton. Khusus untuk Panther, jatah payload untuk dipasangi senjata (rudal dan torpedo) berikut sonar telah dipatok 1.345 kg. (Gilang Perdana)
Sumber : http://www.indomiliter.com/