Pesawat Amfibi Beriev Be-200 |
Setelah lama tak terdengar kabarnya, Indonesia dan Rusia siap untuk melanjutkan kembali rencana pembelian pesawat amfibi Beriev Be-200. Niatan Indonesia untuk memiliki pesawat amfibi sempat menghangat pasca kemenangan Joko Widodo atau Jokowi sebagai Presiden RI. Salah satu visi Jokowi yakni kedaulatan maritim diterjemahkan TNI AU sebagai kebutuhan pembelian pesawat amfibi untuk patroli sampai ke pulau terluar.
Be-200 terwujud berkat kerja keras tim dibawah desainer Aleksandr Yavkin yang ditugasi untuk memulai pengembangannya pada 1990. Mockup desain sudah keluar pada 1991, dan penerbangan perdana di bawah pilot uji K.V. Babich, kopilot V.P. Dubenskiy, dan Flight Engineer A.N. Ternovoy baru tercapai pada 24 September 1998. Sejak awal Be-200 sudah membawa kit pemadam kebakaran yang mencomot milik Be-12.
Paris Air Show 1999 menjadi panggung internasional perdana bagi kemunculan Be-200 yang disambut secara hangat. Produksi Be-200 sendiri diambil alih oleh pabrikan Irkutsk, Siberia. Produksi pertama Be-200 di bawah Irkutsk terjadi pada 17 juni 2003, ditenagai dua mesin turbofan Progress D-364TP.
Untuk memancing minat pembeli dari Barat, Be-200 dilengkapi dengan sistem avionik ARIA-200 yang dibuat oleh AlliedSignal bekerjasama dengan Institut Riset Moskow. ARIA-200 terdiri dari panel instrumen digital dengan full glass cockpit dengan enam LCD. Sistem INS (Inertial Navigation System) dan radar cuaca menjadi fitur standar untuk terbang pada segala cuaca. Apabila Be-200 hendak dijadikan pesawat militer, tersedia opsi pemasangan sistem EO/ IR (Electro Optic/ Infra Red) untuk memindai permukaan dengan bantuan kamera IR dan termal.
Untuk kemampuan pemadaman hutan yang telah dibuktikan oleh Be-200, tersedia delapan tangki di perut Be-200. Tangki retardan pembunuh api dapat dipasang di ruang kargo, dan dihubungkan ke tangki air di bawahnya. Be-200 sudah membuktikan dirinya sebagai juara pemadaman kebakaran hutan pada awal tahun 2000an di Kalimantan. Apabila peralatan pemadam apinya dilepas, kursi penumpang sebanyak maksimal 60 unit dapat dipasang sebagai gantinya. Apabila dibutuhkan, ruang kargo Be-200 juga dapat dipasangi palet kargo standar.
Nah, dalam keterangannya kepada media TASS, Kepala Hubungan Luar Negeri perusahaan Rosoboronexport Viktor Brakunov mengungkapkan bahwa pihak Rusia dan Indonesia telah memulai konsultasi Teknik terkait pembelian Be-200 untuk Indonesia. Hal ini sekaligus sebagai “reset” atas pemberitaan sebelumnya yang kadung mengatakan bahwa Rusia sudah siap mengirimkan Be-200 ke Indonesia.
“Konsultasi teknis antara TNI AU dan perusahaan UAC masih berlangsung,” kata Brakunov dalam pameran pertahanan Defense & Security 2017 di Thailand. Dengan penjelasan Rosoboronexport ini, artinya proses pembelian Be-200 sendiri masih akan lama, dan belum tentu Be-200 yang akan terpilih apabila memang pesawat ini ternyata tidak memenuhi spek TNI AU. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com