TR-1700 Class |
ARA San Juan S-42 meski bukan kapal selam keluaran baru, namun usia pengabdian TR-1700 Class masih terbilang wajar. Kapal selam ini resmi digunakan AL Argentina pada November 1985, itu sudah beberapa kali mengalami overhaul, termasuk penggantian mesin. Sebagai perbandingan, Cakra Class TNI AL (KRI Cakra dan KRI Nanggala) usianya jauh lebih tua dari ARA San Juan, pasalnya sudah dioperasikan sejak 1981.
Merujuk ke sejarahnya, ARA San Juan S-42 dibangun pasca kekalahan Argentina dalam Perang Malvinas, basis yang digunakan adalah TR-1700 Class. TR-1700 merupakan kapal selam diesel listrik yang dibangun oleh galangan Thyssen Nordseewerke khusus untuk pesanan AL Argentina pada tahun 1980. Beberapa literatur menyebut TR-1700 sebagai kapal diesel listrik terbesar dan tercepat yang dibangun Jerman pasca Perang Dunia II.
Perencanaan pengadaan kapal selam ini telah dimulai pada tahun 1977, awalnya dicanangkan untuk pembangunan enam unit TR-1700. Persisnya dua unit dibangun di Jerman oleh Thyssen Nordseewerke, dua unit dibangun di Argentina oleh Astillero Domecq Garcia, dan dua tipe kapal selam yang lebih kecil, yakni TR-1400 dibangun di Argentina. Kemudian perjanjian dikerucutkan pada tahun 1982, dimana pesana menjadi enam unit TR-1700, dengan empat unit akan dibuat di Argentina. Rancangan awalnya TR-1700 yang akan dibuat di Argentina diharapkan suatu saat dapat di upgrade menjadi kapal selam nuklir dengan menggunakan INVAP CAREM reactor.
Sayangnya dari enam unit TR-1700 yang akan dibangun, faktanya hanya dua unit yang berhasil dirampungkan dan diserahkan kepada AL Argentina. Keduanya pun murni dibuat di Jerman oleh Thyssen Nordseewerke. Kedua TR-1700 adalah ARA Santa Cruz S-41 dan ARA San Juan S-42, karena seri perdananya adalah S-41, maka TR-1700 kemudian disebut sebagai Santa Cruz Class. ARA Santa Cruz S-41 masuk kedinasan pada 18 Oktober 1984, dan ARA San Juan S-42 pada 19 November 1985.
Thyssen Nordseewerke secara serius merancang kapal selam ini dengan endurance dan survivabilitas tinggi, bahkan kecepatan di bawah airnya termasuk yang tercepat di kelas kapal selam diesel listrik. Santa Cruz Class disokong empat mesin diesel MTU, empat generator dan satu motor elektrik dari Siemens. Di bawah permukaan air, sumber tenaga berasal dari delapan baterai dengan kapasitas 120 cell. Kecepatan kapal selam ini pun di bawah permukaan bisa sampai 25 knots (46 km per jam), sementara kecepatan di permukaan sampai 15 knots (28 km per jam).
Endurance alias daya tahan kapal selam ini dapat berlayar tanpa bekal ulang selama 30 hari. Kedalaman maksimum yang telah dicoba mencapai 300 meter. Dibanding kapal selam TNI AL, Cakra Class (Type 209) yang buatan Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) , Jerman, Santa Cruz Class sudah dilengkapi pintu khusus yang bisa dikoneksikan dengan kapal selam penolong, Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).
Sebagai monster bawah laut dari Belahan Bumi Selatan, Santa Cruz Class dilengkapi enam tabung peluncur torpedo ukuran 533 mm. Bekal torpedo yang dapat dibawa adalah 22 unit torpedo 533 mm atau torpedo Mark MK37. Santa Cruz pun sudah mengadopsi sistem reload torpedo otomatis, dimana isi ulang torpedo ke tabung peluncur dapat dilakukan hanya dalam 50 detik. (Haryo Adjie)
Spesifikasi TR-1700 Class
- Displacement: 2116 ton (Surfaced)/2264 ton (Submerged)
- Length: 66 meter
- Beam: 7,3 meter
- Draught: 6,5 meter
- Propulsion: 1 shaft 4 × MTU diesels/1 × Siemens electric motor
- Speed: 15 knots (28 km/h) surfaced/25 knots (46 km/h) submerged
- Range: 22.000 km at 8 knots
- Endurance: 30 days
- Test depth: 300 meter
- Complement: 26
- Sensors and processing systems: radar Thompson CSF Calypso
- Sonar: Atlas Elektronik CSU 3/4, Thompson Sintra DUUX-5
- Armament: 6 × 533 mm bow torpedo tubes and 22 torpedoes
Sumber : http://www.indomiliter.com/