U-2C Dragon Lady |
Pada saat Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS beberapa kali terjadi insiden antara kedua belah pihak yang berseteru. beberapa insiden diantaranya adalah penembakan pesawat-pesawat militer milik AS yang berusaha melanggar wilayah udara Uni Soviet dengan berbagai alasan. Korban pertama adalah pesawat pembom Amerika Serikat jenis Boeing RB-50G Superfortress yang ditembak jatuh oleh pesawat MiG 17 Armada Pasifik Uni Soviet, pada 29 Juli 1953, Pembom bermesin empat ini terbang menuju Pulau Askold, tepat di luar markas Armada Pasifik Rusia. Hanya satu awak pesawat AS , John Ernst Roche, yang selamat.
Pada awal Juli 1960 sebuah pesawat mata-mata Amerika Serikat buatan Boeing yaitu B-47H Stratojet dicegat dan ditembak jatuh pesawat MiG-19, copilot Bruce Olmstead dan navigator John McKone, dua dari enam awak pesawat selamat, kemudian diadili dan dipenjara beberapa bulan sebelum dibebaskan.
Pesawat mata-mata Amerika Serikat, U-2C Dragon Lady juga ditembak jatuh, rudal anti pesawat S-75 Dvina, pada 1 Mei 1960. Pilot pesawat, Francis Gary Powers, selamat dan diadili di Moskow. Pesawat U-2 ditembak pada ketinggian 21 km ketika masuk ke wilayah Uni Soviet sejauh 2.000 km.
Pesawat tempur garis depan seperti MiG-15, MiG-17, MiG-19, dan MiG-21, merupakan pesawat andalan Uni Soviet untuk mencegat dan menjatuhkan pesawat asing yang menyusup. Pesawat-pesawat tempur buatan Mikoyan-Gurevich pada era Perang sangat ditakuti lawan-lawan Uni Soviet terutama AS.
Rudal anti pesawat S-75 Dvina adalah senjata terbaru Uni Soviet, pada saat pesawat mata-mata U-2C Amerika Serikat menyusup jauh ke negara Beruang Merah itu, 1 Mei 1960. Rudal yang disebut NATO dengan nama SA-2 Guideline ini mampu menjatuhkan pesawat yang terbang pada ketinggian 25 ribu kaki. TNI AU (AURI) tercatat juga mengoperasikan rudal jarak jauh S-75 Dvina (SA-2 Guideline) ini untuk mengamankan Ibu Kota Jakarta. (Mahanizar Djohan)
Sumber : https://www.tempo.co/