Tu-95MS |
Kunjungan pembom strategis Tu-95MS Bear Rusia ke pangkalan TNI AU Biak, Papua memang terasa istimewa. Tidak hanya karena ini wujud perhatian dan persahabatan Rusia dan Indonesia seperti dikutip dari Kompas (7/12), namun inilah pertama kalinya sebuah pesawat pembom strategis Rusia berkunjung ke Indonesia. Tak terbayangkan, bagaimana awaknya yang terbiasa di wilayah dingin seperti Amur di Timur Jauh kemudian terbang ke wilayah tropis Zamrud Khatulistiwa.
Walaupun tak membawa senjata berwujud rudal taktis dan rudal strategis dan hanya melaksanakan latihan terbang navigasi seperti dikutip dari The Jakarta Post (8/12), aura garang Tu-95 memang tetap bisa terasa oleh siapapun yang melihatnya. Pesawat pembom ini menjadi andalan untuk terbang jarak jauh sampai ke batas wilayah Amerika Serikat atau Eropa, memberikan salam seraya mengingatkan bahwa Rusia pun tetap punya dan memelihara kemampuan penggentar strategis.
Proyek Tu-95 sendiri dimulai karena ketidakpuasan para petinggi militer Soviet atas desain pesawat pembom bermesin jet mereka saat itu, Myasischev M-4 Bison yang boros bahan bakar dan jarak terbangnya pendek. Karena jangkauan yang pendek itu, M-4 tidak bisa menjangkau daratan AS apabila harus melancarkan serangan nuklir.
Biro desain Tupolev pun menawarkan alternatif pengganti dengan basis pesawat Tu-4 Bull, yang merupakan kopian identik dari B-29 Superfortress. Desain Tu-4 diperbesar, dengan desain sayap yang dibuat lebih sayung (swept) untuk meningkatkan kecepatan pesawat. Sebagai sumber tenaga, pembom desain Tupolev ini ditenagai justru oleh mesin turboprop Kuznetsov TV-2 yang dikopi dari desain Jerman yaitu mesin Junkers 109-022 yang aslinya dipakai oleh pesawat pembom Jerman.
Inilah mesin turboprop terkuat yang ada di muka bumi saat ini, dimana tenaganya disalurkan ke dua set propeller yang berputar secara kontra rotasi. Walaupun terlihat seperti langkah mundur dengan kembali ke baling-baling, pilihan pada mesin turboprop sebenarnya masuk di akal dan justru menawarkan kelebihan pada hematnya konsumsi bahan bakar sehingga jarak jangkau pesawat ini sangat jauh, bisa menjangkau AS seperti cita-cita para petinggi Soviet.
Tu-95 kemudian disetujui untuk diproduksi pada tahun 1955 dengan pabrik Kuibyshev ditunjuk untuk memproduksinya. Penampilan perdana di publik terjadi di event pameran dirgantara Tushino, para pengamat Barat dibuat terkaget-kaget karena Uni Soviet berhasil membuat pesawat pembom strategis dengan pilihan mesin turboprop yang tidak biasa. Tidak seorangpun mengira, bahwa Tu-95 berawal dari desain pesawat pembom buatan Amerika Serikat. Tak ada yang mengira pula, bahwa 60 tahun kemudian, pesawat ini masih melanglangbuana ke seluruh penjuru bumi.
Tu-95 pun mendapatkan kode Bear alias Beruang, nama yang melekat kepada seluruh varian dan keturunan pembom unik ini. Melihat sebuah Tu-95 yang sedang taxiing dengan ukurannya yang besar dan seluruh mesinnya menyala dengan kebisingan yang luar biasa sudah menakutkan bagi orang-orang yang pertama kali melihatnya. Tak terbayang pilot-pilot pesawat tempur pencegat AS dan NATO yang harus memepetnya terus kalau Bear sudah berulah.
Sebagai pesawat pembom, Tu-95 mampu menjalankan tugas pemboman konvensional ataupun nuklir. Kapasitas gotong bom maksimalnya adalah 20 ton, walaupun normalnya hanya membawa 5 ton saja agar jarak terbangnya optimal. Untuk pemboman masif, Tu-95 bisa membawa 45 bom 250kg dalam sekali jalan. Untuk misi pemboman nuklir, ruang bom Tu-95 dilengkapi dengan pendingin udara, serta kokpitnya dilengkapi dengan tirai pelindung untuk perlindungan dari cahaya ledakan bom nuklir. Pemboman dapat dilakukan dengan bantuan radar Rubidy-MM yang dipasang pada fairing di bawah hidung.
Sistem pertahanan pesawat terdiri dari tiga titik yaitu di ekor serta bagian atas dan bawah fuselage belakang. Tiap titik dilengkapi dengan dua kanon AM-23 kaliber 23mm dengan kapasitas magasen mencapai 2.500 peluru dan diawaki oleh seorang juru tembak. Awak pesawat lainnya adalah pilot, kopilot, dua orang navigator, seorang teknisi, operator radio, dan seorang operator sistem pertahanan pesawat. Tidak tersedia kursi lontar bagi awaknya sehingga bila hendak menyelamatkan diri, semua harus lompat keluar pesawat.
Tu-95 sendiri kemudian digantikan oleh Tu-142 yang merupakan Tu-95 yang dimodifikasi habis-habisan untuk misi pemburu kapal selam. Modifikasi berat dilakukan terutama pada sistem elektronik seperti radar pencari Berkut. Sayangnya, walaupun di sisi Uni Soviet desainasi sudah berganti, intelijen Barat tetap menganggap dan menggolongkan Tu-142 ke dalam keluarga Bear.
Uniknya, setelah menjalani beberapa kali modifikasi, varian definitif dari Tu-142 yaitu Tu-142MS yang muncul pada 1981 malah diberi desainasi oleh Uni Soviet sebagai Tu-95MS, atau kembali ke urutan lama. Intelijen NATO yang tidak mau ambil pusing langsung memberinya kode Bear-H. Varian inilah yang kemudian didampingi oleh Il-78 selaku pengisi bahan bakar di udara dan Il-76 pembawa kargo untuk berkunjung ke Indonesia dan kemudian kembali ke negaranya pada 9 Desember kemarin. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com