Rudal hipersonik RS-28 Sarmat |
Rusia dilaporkan bakal mengumumkan finalisasi rencana program jangka panjang penguatan alat utama sistem persenjataan ( alutsista) hingga 2027 pekan ini.
Harian Kommersant, seperti dikutip Russian Today Senin (18/12/2017), melaporkan bahwa program ini seharusnya disahkan 2016.
Namun, Kremlin memutuskan untuk menundanya dikarenakan situasi ekonomi yang tak menentu.
Kini, Kommersant mewartakan pemerintahan Vladimir Putin tidak ingin menunggu lama dan bergantung pada stabilisasi ekonomi.
Kementerian pertahanan rencananya bakal mendapat anggaran sebesar 324 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 4.400 triliun.
Anggaran itu bakal dihabiskan untuk memperkuat persenjataan nuklir nasional dan pengembangan senjata masa depan.
"Antara lain rudal hipersonik, dan pembaharuan piranti keras angkatan darat," demikian laporan Kommersant dilansir oleh Russian Today.
Pembaharuan piranti keras angkatan darat tidak hanya mencakup sistem pertahanan udara.
Namun juga mengganti tank tempur utama (MBT) seperti T-90 dan T-14, serta kendaraan tempur (ranpur) taktis infanteri Kurganetsh.
Untuk anggaran nuklir, Rusia dikabarkan bakal fokus kepada peningkatan kemampuan rudal.
Antara lain rudal jelajah yang diluncurkan dari udara, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dan stasiun peluncuran misil balistik antar-benua (ICBM).
Kementerian pertahanan dilaporkan bakal menyetujui penggunaan rudal balistik RS-26 Rubezh, dan rudal hipersonik RS-28 Sarmat.
Di angkatan udara, fokus utama adalah menambah jet tempur serbaguna Su-30SM, Su-35, dan pesawat penyerang darat Su-34, serta pesawat pembom strategis Tupolev Tu-160M2.
Di angkatan laut, Rusia dilaporkan tengah berinvestasi untuk membangun dua kapal selam bertenaga nuklir kelas-Hkaski.
Satu diperuntukkan pertempuran antar-kapal selam, satu lagi digunakan untuk menghancurkan armada kapal perang musuh.
Selain itu, di armada kapal perang, Rusia bakal memperkuat kapal fregat (perusak) dengan misil Kalibr-NK. (Ardi Priyatno Utomo)
Sumber : http://www.kompas.com/