Sayeret Matkal, Pasukan Elite Israel yang Jadi Mimpi Buruk Musuhnya - Radar Militer

16 Desember 2017

Sayeret Matkal, Pasukan Elite Israel yang Jadi Mimpi Buruk Musuhnya

Sayeret Matkal
Sayeret Matkal 

Bagi musuh-musuhnya, dia adalah mimpi buruk. Namun bagi Bangsa Israel, pasukan elite Sayeret Matkal adalah pahlawan dan kebanggaan mereka. Dalam berbagai operasi, pasukan baret merah ini lah yang selalu menjadi andalan Israeli Defence Forces.

Semua situs militer menempatkan Sayeret Matkal di posisi lima besar pasukan elite terbaik dunia. Mereka dilatih dengan keras, menggunakan persenjataan yang terbaik dan kenyang berbagai operasi militer untuk mempertahankan wilayah yang diklaim mereka sebagai tanah air Bangsa Yahudi.
Awalnya tahun 1954, Israel merasa perlu untuk membentuk satu tim yang memiliki kemampuan intelijen khusus. Selain itu harus mampu beroperasi hingga ke belakang garis pertahanan musuh untuk mengumpulkan informasi. Dibentuklah Unit 157. Personelnya dipilih dari anggota pasukan payung alias paratroopers yang terbaik dan memiliki kemampuan tinggi.
Namun butuh waktu panjang bagi pasukan ini untuk menunjukkan eksistensinya. Dalam perang Enam Hari dan Yom Kippur, Sayeret Matkal malah tak diterjunkan dalam misi-misi tempur.
Kesempatan datang dalam operasi pembebasan sandera di Ma'alot bulan Mei 1974. Sebuah pemukiman Yahudi yang berjarak enam kilometer dari perbatasan Libanon.
Tiga anggota Front Kemerdekaan Palestina membunuh warga sipil di sana. Mereka juga masuk ke sekolah dan menyandera 102 murid.
Lampu hijau diberikan bagi Sayeret Matkal untuk menyerang gedung sekolah. Tiga tim bergerak ke sana. Namun nahas, di tengah baku tembak tak kurang dari 25 siswa sekolah tewas dalam operasi pembebasan sandera.
Tiga orang penyandera tewas. Namun total 31 warga Israel juga tewas dalam peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Ma'alot ini. Kegagalan ini jadi pukulan berat bagi Sayeret Matkal.
Tahun 1976, kembali ada kesempatan bagi pasukan baret merah ini untuk membuktikan diri. Lima warga Palestina membajak pesawat Air France berisi 246 penumpang dan memaksa pilot mendarat di Uganda. Pemerintah Israel mengirimkan Sayeret Matkal untuk membebaskan sandera.
Mereka diterbangkan dengan C-130 Hercules. Dalam waktu singkat, pasukan elite ini bergerak melumpuhkan para penyandera dan tentara Uganda yang melindungi mereka.
Pimpinan pasukan Letkol Yonatan Netanyahu tewas dalam baku tembak. Namun, mereka berhasil membawa sisa sandera dan jasad komandannya kembali ke Israel. Dalam penyerbuan ini, tiga penumpang tewas dan 10 lainnya terluka. Seluruh tujuh pembajak bersama 45 tentara Uganda tewas.
Operasi di Entebee melambungkan nama Sayeret Matkal. Dia langsung disejajarkan dengan pasukan elite dunia seperti Delta Force, SAS dan GIGN dari Prancis. Sebuah operasi yang dianggap mustahil, mulai dari pengiriman pasukan hingga evakuasi para sandera dari wilayah musuh, berhasil dilakukan dengan baik.
Sayeret Matkal juga dikirimkan dalam misi-misi khusus memburu para petinggi PLO yang berada di Beirut, Libanon. Tanggal 9 Maret 1973, Unit Sayeret Matkal menyusup dengan kapal peluncur misil ke perairan Libanon. Setelah itu mereka mendayung perahu karet ke pantai dan langsung menuju target mereka di jantung Kota Beirut.
Para personel ini tak ada yang mengenakan seragam militer. Mereka bergaya bak remaja yang baru pulang dari diskotik. Bahkan ada beberapa personel Sayeret Matkal mengenakan pakaian wanita digandeng oleh pacar-pacar mereka.
Dua polisi Libanon yang berjaga tak menyangka jika anak-anak muda setengah mabuk itu adalah para algojo pencabut nyawa. Sebelum sadar, peluru dari pistol berperedam sudah meluncur telak mengakhiri hidup mereka.
Para personel Sayeret Matkal menghabisi Muhammad Youssef al-Najjar, pemimpin gerakan Black September. Mereka juga menembak mati Kamal Nasser, juru bicara dan anggota komite eksekutif PLO di apartemennya.
Pasukan elite Israel yang lain juga melakukan hal serupa pada target lainnya. Sejumlah target dihancurkan, ratusan dokumen penting berhasil dicuri. Sementara puluhan pejuang PLO tewas dalam baku tembak malam itu.
Pasukan Sayeret Matkal kembali diterjunkan dalam Perang Libanon tahun 1982. lalu operasi menghadapi Gerakan Intifada I para pejuang Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat tahun 1988. Selenjutnya Operasi Tameng Pelindung tahun 2000 hingga 2004.
Wilayah yang tak pernah sepi dari konflik membuat Sayeret Matkal tak pernah kehilangan kesiapsiagaan. Mereka juga terus berlatih dan mengadopsi teknik tempur terbaru.
Para personelnya jago bela diri dan menembak. Mereka juga ahli menyusup jauh ke wilayah musuh, baik secara tim atau seorang diri. Setiap anggota juga dibekali teknik pertempuran jarak dekat, antiteror dan pembebasan sandera.
Tahun 2003, seorang sopir taksi Israel bernama Eliyahu Gurel diculik setelah mengantar empat orang Palestina ke Yerusalem. Pasukan Sayeret Matkal segera diterjunkan untuk membebaskan Eliyahu.
Mereka kemudian menggerebek sebuah rumah di pemukiman padat di Tepi Barat dan menemukan Eliyahu di dalam sebuah lubang rahasia di rumah itu. Seorang wanita dan dua pria yang terlibat penculikan juga dibekuk.
Tak heran jika motto mereka Siapa yang berani, menang! [ian]
Sumber : https://www.merdeka.com

Bagikan artikel ini

1 komentar

  1. kok bisa disebut sebagai pasukan elit terbaik kalau medan perangnya cuma melawan lawan-lawan yang tidak sebanding dengan persenjataan dan pendidikan yang mereka terima..??

    carilah lawan yang sebanding ...

    BalasHapus

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb