Opini : Ketika Harapan Pengadaan Alutsista Baru Kembali Bersinar - Radar Militer

26 Januari 2018

Opini : Ketika Harapan Pengadaan Alutsista Baru Kembali Bersinar

C-130J Super Hercules
C-130J Super Hercules 

Program jilid dua dari apa yang sudah dikenal selama ini, Minimum Essential Force TNI (MEF) kembali memantik harapan bugar di hari-hari terakhir ini dengan berita-berita yang membangkitkah ghiroh bertentara. Perkuatan militer Indonesia dengan pintu gerbang Kemhan memberikan angin segar program yang membungakan dalam tahun ini. Menambah sejumlah alutsista di segala matra dalam skala besar.
Tiga tahun terakhir ini berbagai jenis alutsista hasil program MEF jilid satu masih terus berdatangan secara bergelombang. Sementara MEF jilid dua sedang mempersiapkan pesanan alutsista skala besar antara lain rencana membeli dua kapal perang besar jenis destroyer, penambahan kapal selam baru, penambahan skadron jet tempur selain jet tempur Sukhoi Su-35, penambahan 12 radar, melanjutkan program PKR dan lain-lain.
CN-235 MPA untuk TNI AL yg diserahkan bulan Januari 2018
Sementara itu Menteri Pertahanan AS tanggal 21-22 Januari 2018 berkunjung ke Jakarta. Tentu ada tawaran alat militer yang dibawanya. Maka peluang menambah jet tempur made in AS seperti F-16 Viper sangat terbuka lebar. Termasuk menambah kuantitas Helikopter serbu paling canggih AH-64E Apache Guardian dari pesanan yang sekarang berjumlah 8 unit bisa ditambah menjadi dua kali lipatnya.
Seperti diketahui pesanan alutsista yang didatangkan dari AS saat ini antara lain 24 jet tempur F-16 52ID, 28 Helikopter Bell 412EP, 8 Helikopter AH-64E Apache Guardian. Dalam pandangan kita kunjungan Menhan AS salah satunya adalah memperkuat kemitraan pertahanan strategis. Bahasa militernya adalah membawa daftar alutsista yang boleh dibeli Indonesia. Bahasa bisnisnya nawarin barang untuk dipakai dengan sejumlah harga paketan.
Dalam daftar anggaran belanja yang beredar luas selain membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35, Indonesia akan membeli 2 kapal perang jenis destroyer, 2 kapal perang jenis PKR 10514, 2 kapal selam, sejumlah radar GCI, UAV, helikopter serbu, helikopter angkut, peluru kendali, tank, tank amfibi, kapal cepat rudal, kapal patroli cepat, MLRS Astross, pesawat amfibi, pesawat latih dan lain-lain.
Sementara 15 jet latih tempur T50i Golden Eagle sedang dipasangi radar canggih yang mampu mendeteksi berbagai sasaran secara jitu, dan mempersenjatainya dengan peluru kendali. Jadi fungsinya menjadi baby falcon cabe rawit, kecil-kecil menyengat, sangat berguna untuk ronda udara. Memang kalau untuk patroli udara serahkan saja dengan F-16 atau T50i Golden Eagle. Jangan biarkan jet tempur kelas berat Sukhoi Su-35 membawa misi patroli rutin, tidak efektif.
Di kurikulum MEF Indonesia diwajibkan menambah perbendaharaan 3 skadron jet tempur. Maka harapan besar dari kedatangan Menhan AS adalah memberikan lampu hijau percepatan bagi pengadaan minimal 2 skadron jet tempur F-16 Viper, penambahan AH-64E Apache Guardian dan membeli CH-47F Chinook. Ruang udara yang luas mengharuskan Indonesia memiliki setidaknya 11 jet tempur yang disebar di berbagai pangkalan angkatan udara.
Untuk matra laut penambahan 2 kapal selam sangat membesarkan hati. Sampai dengan akhir tahun ini kita punya 5 kapal selam. Maka proyek pengadaan 2 kapal selam baru akan semakin memberikan kekuatan pertahanan bawah air yang bergigi. Termasuk pengadaan 2 destroyer dan 2 frigat ditambah sejumlah kapal cepat rudal, kapal patroli cepat, LPD, LST akan menjadikan angkatan laut kita semakin tegar dan kuat.
Kehadiran armada BAKAMLA atau Coast Guard Indonesia sangat membantu meringankan tugas TNI AL dalam pengamanan laut khususnya pencurian ikan. Armada BAKAMLA saat ini sedang dikuatkan dengan pembangunan kapal-kapal baru aneka ukuran. Salah satunya yang terbesar berukuran 115 meter baru saja selesai. Ini sangat menggembirakan dan dalam lima tahun ke depan armada BAKAMLA akan mencapai 45-50 kapal baru berbagai ukuran.
Di ASEAN ada trend negara jiran melakukan perkuatan militerya secara signifikan. Misalnya Vietnam dan Filipina yang berkonflik teritori dengan China di Laut China Selatan. Meskipun tidak ada konflik teritori Myanmar, Singapura dan Thailand juga memperkuat militernya. Hanya Malaysia yang agak tersendat pembangunan militernya. Belanja militernya hanya beli yang kecil-kecil saja. Tidak ada belanja militer skala besar selama 7 tahun terakhir ini.
Harapan baru kembali diperlihatkan sinarnya, manakala program MEF jilid dua sudah menggeliat untuk kembali memesan sejumlah alutsista gahar dalam jumlah banyak. Tapi meskipun dibeli dalam jumlah besar tetap saja masih belum mencukupi esensi minimal sebagaimana yang dipersyaratkan. Perlu tiga tahap MEF agar kuantitas minimal alutsista yang diinginkan bisa tercapai.
Kita mengapresiasi program-program Kemhan meski sering kali urut dada atas kinerja eksekusi yang diperlihatkan. Contohnya dalam proses kontrak Sukhoi Su-35 yang bertele-tele. Kemhan sebagai pemegang anggaran terbesar menjadi sorotan publik soal manajemen anggaran, soal mekanisme pengadaan alutsista. Terlebih lagi soal komunikasi publikasi yang kurang terukur pesan kuatnya.
Harapan besar kita sandarkan pada kementerian pertahanan untuk membaguskuatkan militer kita. Semoga program MEF jilid dua yang tersisa satu setengah tahun ini mampu dikejar dengan semangat kerjasama dan koordinasi yang menjulang. Anggaran udah disediakan maka belanjalah dengan spirit menguatkan kehebatan dan kedaulatan teritori sembari mengurangi ego sektoral one man show.
Sumber : TSM - Jagarin Pane

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb