AS vs Rusia Perang Terselubung di Suriah - Radar Militer

20 Februari 2018

AS vs Rusia Perang Terselubung di Suriah

Perang Terselubung di Suriah
Perang Terselubung di Suriah 

Pada 7 Februari pekan lalu terjadi pertempuran yang disebut-sebut sebagai konfrontasi terbuka pertama antara Amerika Serikat dan Rusia di Suriah di mana kedua negara membela dua pihak yang saling bermusuhan di Suriah,
Konfrontasi ini menghebohkan karena merenggut banyak sekali nyawa orang Rusia yang semakin menguatkan dugaan adanya perang terselubung antara AS dan Rusia di Suriah.
Kantor berita Reuters kemudian menyelidiki sekitar peristiwa menghebohkan yang telah menciptakan dimensi baru dalam Perang Saudara Suriah yang sudah mencabik-cabik negeri Arab yang dibatasi Laut Tengah di bagian baratnya itu.
Sekitar 300 orang yang bekerja untuk perusahaan keamanan swasta Rusia yang berkaitan dengan pemerintah Moskow terbunuh atau tewas di Suriah pekan lalu, kata tiga sumber yang mengetahui soal ini kepada Reuters.
Seorang dokter Rusia mengatakan sekitar 100 orang tewas, sedangkan satu sumber yang mengenal beberapa petempur mengatakan bahwa jumlah yang terbunuh mencapai 80 orang.
Waktu pengungkapan jumlah korban ini bertepatan dengan sebuah pertempuran yang terjadi pada 7 Februari lalu di dekat kota Deir al-Zor, Suriah, kata para pejabat dan orang-orang yang terlibat dengan para petempur.
Pasukan koalisi pimpinan AS menyerang pasukan yang berafiliasi kepada sekutu Rusia, Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pemerintah Rusia sendiri hanya mengakui lima warganya tewas, dan kelimanya itu pun disebut pemerintah Rusia tidak ada kaitan dengan pasukan militer Rusia.
Pertempuran itu sendiri menunjukkan Rusia terlibat lebih jauh secara militer di Suriah, dan berisiko membuka konfrontasi terbuka dengan pasukan Amerika Serikat di Suriah.
Jumlah korban ini adalah yang paling banyak yang diderita Rusia dalam sebuah pertempuran sejak bentrokan sengit di Ukraina pada 2014 yang merenggut 100 nyawa tentara Rusia. Moskow membantah telah mengirimkan tentara dan relawan ke Ukraina dan tidak pernah membenarkan jumlah 100 nyawa itu.
Sementara itu korban luka yang diungsikan dalam beberapa hari terakhir dari Suriah telah dikirimkan ke empat rumah sakit militer di Rusia, kata lima sumber yang mengetahui masalah ini kepada Reuters.
Si dokter militer yang bekerja pada sebuah rumah sakit militer Rusia dan terlibat langsung dalam perawatan orang-orang terluka yang dievakuasi dari Suriah, mengatakan bahwa Sabtu malam itu sekitar 50-an pasien berada di rumah sakitnya yang sekitar 30 persennya kritis.
Si dokter yang meminta namanya tidak disebutkan karena tidak dibolehkan menyampaikan informasi mengenai jumlah korban itu mengatakan paling tidak tiga sorti penerbangan mengangkut petempur yang terluka telah diterbangkan ke Moskow antara Jumat pekan lalu dan Senin pagi minggu ini.
Dia mengatakan para petempur itu dipulangkan dengan pesawat kargo militer berperlengkapan khusus yang masing-masing bisa mengakomodasi dua atau tiga perawatan kasus intensif dan belasan pasien luka lebih ringan.
Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, mengungkapkan informasi awalnya adalah bahwa lima warga negara Rusia di daerah pertempuran kemungkinan terbunuh, "tetapi mereka bukan tentara Rusia". Dia menyebut laporan bahwa puluhan atau ratusan korban Rusia itu sebagai disinformasi yang diciptakan lawan-lawan Rusia.
Kremlin sendiri sudah menyatakan belum lama pekan ini bahwa mereka tak punya informasi soal korban.
Reuters tak berhasil menghubungi perusahaan para kontraktor (tentara bayaran) Rusia itu, Grup Wagner, yang tentara-tentara bayarannya pernah menerima medali perang dari Kremlin sewaktu aktif di militer Rusia.
Si dokter militer mengatakan bahwa seorang rekannya sesama dokter yang terbang ke Suriah untuk penerbangan pengungsian berkata bawa sekitar 100 orang dalam pasukan Rusia tewas pada akhir pekan lalu, dan 200 lainnya cedera.
Menurut si dokter, kebanyakan korban adalah kontraktor militer swasta Rusia.
Yevgeny Shabayev, pemimpin organisasi paramiliter Cossack yang memiliki kaitan dengan para tentara bayaran Rusia itu, mengaku pernah mengunjungi korban terluka di Suriah di Rumah Sakit Pusat Kementerian Pertahanan di Khimki, di pinggiran kota Moskow, Rabu pekan ini.
Dia mengungkapkan para korban luka berkata kepada dia bahwa dua unit tentara bayaran Rusia yang terlibat dalam pertempuran dekat Deir al-Zor berjumlah 550 orang. Dari angka itu, kini tinggal 200 yang tidak mati atau tidak terluka, kata para korban luka itu.
Shabayev mengatakan bangsal yang dia kunjungi memuat delapan pasien, yang semuanya dievakuasi dari Suriah dalam beberapa hari terakhir, dan lebih banyak lagi di bangsal-bangsal lain di rumah sakit militer lannya.
"Jika Anda paham segalanya soal aksi militer dan luka akibat pertempuran maka Anda dapat membayangkan apa yang terjadi di sana. Misalnya, teriakan terus-terusan," kata Shabayev kepada Reuters.
Seorang sumber yang punya koneksi dengan organisasi Wagner, dan seorang lain yang mengaku telah berbicara kepada orang-orang yang ambil bagian dalam pertempuran 7 Februari, mengatakan kepada Reuters bahwa kontak-kontak dia telah memberi tahu dia bahwa sekitar 80 kontraktor Rusia terbunuh.
Sumber yang meminta namanya tidak disebutkan itu menyebutkan bahwa total sekitar 300 orang terbunuh atau terluka. Dia mengungkapkan kebanyakan yang terluka memiliki pecahan-pecahan peluru dalam tubuhnya yang tak terlihat dari Sinar X sehingga menyulitkan perawatan mereka.
"Prognosa untuk kebanyakan yang luka adalah suram," kata dia seperti dikutip Reuters.
Rumah sakit militer lainnya yang merawat para tentara bayaran itu adalah Rumah Sakit Third Vishnevskiy di Krasnogorsk, dekat Moskow, Rumah Sakit Burdenko dekat pusat kota Moskoe dan Akademi Kesehatan Militer di St. Petersburg, kata si dokter, Shabayev, dan tiga orang yang mengetahui tentara bayaran yang mati atau terluka.
Ketika Reuters menghubungi rumah sakit-rumah sakit itu lewat telepon kemarin, staf seluruh rumah sakit menolak berkomentar atau membantah telah merawat pasien-pasien yang sebelumnya dievakuasi dari Suriah.
Seorang reporter Reuters yang mengunjungi Rumah Sakit Burdenko Rabu pekan ini dan berbicara singkat dengan para pasien yang tak tahu apa-apa mengenai siapa saja yang dievakuasi dari Suriah. Wartawan juga mengunjungi rumah sakit di Krasnogorsk, dan rumah sakit militer kelima di Balashikha dekat Moskow, tapi ditolak masuk.
Rusia melancarkan operasi militer di Suriah pada September 2015 yang kemudian membalikkan arah pendulum perang menjadi menguntungkan Assad.
Para pejabat Rusia selama ini selalu membantah telah menggelarkan kontraktor militer swasta atau tentara bayaran di Suriah, dengan berkilah bahwa Rusia hanya menempatkan tentara untuk serangan udara, di sebuah pangkalan angkatan laut, para instruktur militer yang melatih pasukan Suriah serta sejumlah kecil pasukan khusus.
Namun dari orang-orang yang sangat mengetahui penggelaran pasukan Rusia, pemerintah Rusia menggunakan sejumlah besar tentara bayaran karena bisa membantu Rusia menancapkan pengaruhnya lebih kuat di lapangan tanpa membahayakan nyawa serdadunya.
Para tentara bayaran yang sebagian besar eks militer itu dibebani misi yang diberikan oleh militer Rusia, kata orang yang mengetahui masalah ini kepada Reuters. Kebanyakan tentara bayaran ini adalah warga negara Rusia, kendati beberapa di antaranya berpaspor Ukraina dan Serbia.
Amerika Serikat dan Rusia, mendukung pihak yang bermusuhan satu sama lain dalam konflik Suriah.
Kendati berbeda pihak yang didukung, kedua negara berusaha memastikan mereka tidak sampai berhadapan langsung di medan perang. Tetapi kehadiran tentara bayaran Rusia itu telah menambahkan unsur ketidakpastian dalam konflik Suriah.
Seorang pejabat Amerika yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan pekan lalu bahwa pasukan yang berafiliasi kepada Assad, didukung dengan artileri, tank, roket dan mortir, pada 7 Februari telah menyerang para pejuang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dukungan AS dekat Deir al-Zor.
Pasukan khusus AS yang mendampingi pasukan SDF ikut diserang, kata para pejabat Washington.
Koalisi pasukan SDF pimpinan AS di Suriah itu kemudian membalas menembak untuk menewaskan sekitar 100 anggota pasukan pro-Assad, kata sang pejabat AS.
Sejak pertempuran itu, rekan-rekan tentara bayaran atau para kontraktor militer Rusia itu menyatakan bahwa Rusia adalah bagian dari pasukan pro-Assad yang terlibat dalam pertempuran itu, dan juga termasuk dalam korban kontraofensif SDF itu.
Shabayev, si pemimpin Cossack, mengungkapkan jumlah korban begitu banyak karena mereka tidak mendapatkan payung serangan udara, dan karena diserang tidak hanya oleh pemberontak bersenjatakan alakadarnya yang selama ini musuh mereka sehari-hari, tetapi juga oleh pasukan berperalatan sangat lengkap yang bisa melancarkan serangan udara.
"Pertama serangan pesawat pembom, kemudian mereka sapu bersih dengan menggunakan Apaches (helikopter serbu buatan AS)," kata Shabayev mengutip para korban luka yang dia kunjungi di rumah sakit militer itu.
Sumber yang punya hubungan dengan Wagner mengungkapkan bahwa mereka memberita tahu dia bahwa pasukan yang diserang koalisi pimpinan AS itu adalah sebagian besar tentara bayaran Rusia yang mendapatkan dukungan serdadu Suriah dan Iran.
Dia mengungkapkan bahwa pada 7 Februari itu pasukannya merangsek maju ke Khusham di Provinsi Deir al-Zor, memasuki sebuah zona netral yang sudah disepakati militer Rusia dan koalisi pimpinan AS.
Tujuannya adalah menguji apakah koalisi pimpinan AS akan bereaksi.
Pasukan ini bergerak dalam jarak 5 km dari posisi pasukan SDF dan Amerika, kata dia.
Dia mengungkapkan bahwa pasukan pimpinan AS, sejalan dengan prosedur yang sudah disepakati dengan Rusia, memperingkatkan pasukan reguler Rusia bahwa mereka sedang bersiap menyerang. Dia tak tahu apakah peringatan itu didengar oleh para tentara bayaran Rusia.
"Peringatan itu keluar 20 menit sebelumnya, pada saat itu sudah tidak mungkin menarik mundur pasukan," kata sumber tadi.
Dia mengungkapkan begitu serangan dilancarkan pihak AS, tentara-tentara bayaran itu tidak membalas karena mereka yakin balasan hanya akan mengundang serangan lebih dahsyat dari pasukan koalisi pimpinan AS, demikian Reuters.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb