Ilustrasi |
Sementara negara lain masih bermimpi untuk memiliki sistem pertahanan udara mutakhir S-400 Triumf, Rusia kini tengah beranjak pada pengembangan S-500 Prometheus.
Almaz-Antey sang perancang sistem pertahanan udara (hanud) ini mengatakan, S-500 merupakan sistem pertahanan udara penerus yang lebih tinggi kemampuannya dibanding sang pendahulu. Rencananya, S-500 sudah bisa dioperasikan oleh Pasukan Pertahanan Udara Rusia tahun 2020. Tiga hingga lima tahun setelah itu, Almaz-Antey akan mengeluarkan varian S-500 untuk Angkatan Laut.
S-500 dilengkapi dua rudal pencegat baru berkecepatan hipersonik, yaitu 77N6-N dan 77N6-N1. Rudal dengan laju di atas 5.000 meter/detik ini menggunakan mekanisme hit-to-kill (HTK) untuk melumat sasarannya. Dibandingkan produk lain di kelasnya, S-500 memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan jarak jangkau tembakan. Sebagai perbandingan, S-400 memiliki jarak jangkau tembak sampai 400 km saja.
S-500 mampu menghancurkan beragam sasaran di udara, termasuk mengejar dan mengunyah rudal balistik hingga radius 600 km.
Elemen lain dari sistem S-500 adalah adanya empat tipe radar, yaitu radar pengatur pertempuran 91N6AM, radar akuisisi 96L6-TsP, radar sasaran multimode 76T6, dan radar antirudal balistik 77T6. Secara simultan, radar-radar tersebut mampu mengunci 10 sasaran seketika.
Sistem hanud bergerak S-500 diangkut menggunakan kendaraan khusus TEL (transporter – erector – launcher) yang juga tengah diselesaikan pembangunannya tahun ini. Truk ini berbasis BAZ-69096 dengan roda penggerak 10×10.
Kehadiran S-500 yang mulai dikembangkan sejak 2011, akan melengkapi sistem hanud Rusia yang saat ini sudah digelar Beruang Merah, yaitu Buk-M1 (SA-11 Gadfly), TOR-M1 (SA-15 Gauntlet), Buk-M2E (SA-17 Grizzly), S-300 (SA-10 Grumble), S-350 Vityaz, dan S-400 Triumf (SA-21 Growler). (Roni Sontani)
Sumber : http://www.angkasareview.com/