Eurofighter Typhoon |
Seperti diberitakan oleh Aviationweek (25/1), TNI AU saat ini sedang dalam proses untuk mencari kandidat pesawat tempur baru untuk mengisi skadron-skadron udara yang akan dibentuk di bawah kendali Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau III) di Papua. Istilah kerennya, ada pada tahapan RFI (Request For Information).
Salah satu kandidat yang paling bersemangat untuk menawarkan produknya adalah Inggris yang hendak menjual Eurofighter Typhoon, jet tempur yang awalnya berasal dari program EFA (European Fighter Aircraft) 2000. Typhoon yang digunakan oleh Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia ini diklaim memiliki cap teruji setelah diturunkan Inggris di Libya serta Arab Saudi dalam operasi militernya di Yaman.
Konsorsium Eurofighter yang diwakili Airbus Industries sendiri bersemangat sekali menawarkan produknya, termasuk menyelenggarakan acara di Car Free Day dan membawa mock up skala 1:1 ke pabrik PT Dirgantara Indonesia. Janji manis transfer teknologi pun diberikan, termasuk iming-iming PTDI boleh membuat CFT (Conformal Fuel Tank) atau tangki bahan bakar cadangan.
Inggris boleh mengklaim kalau Typhoon adalah jet tempur generasi 4++, lebih unggul dibandingkan dengan F-16V Block 72 atau JAS-39 Gripen, atau mencoba tembak dari belakang dengan mengatakan bahwa PTDI bisa mendapatkan orderan, walau kenyataannya PTDI lebih sering dikerjain seperti kasus janji pemasaran C295 yang dulu dijanjikan bahwa Indonesia memegang hak pemasaran Asia Pasifik namun nyatanya ternyata Airbus menjual sendiri seperti ke Thailand dan India.
Ada sejumlah alasan yang mendasari kenapa tawaran Eurofighter selayaknya dipertimbangkan masak-masak. Yang pertama adalah dari segi harga, satu unit Typhoon harganya ada di atas 100 juta Dollar AS, atau ada pada rentang yang sama dengan jet tempur siluman F-35. Dengan fitur yang tidak lebih baik, F-35 nampak sebagai opsi yang lebih masuk akal bukan?
Yang kedua, biaya operasi Typhoon itu sangat mahal. Negara seperti Austria dan bahkan Inggris sendiri ngos-ngosan untuk membiayainya. Austria memilih untuk memensiunkan Typhoon yang dioperasikannya, dan Inggris sendiri sudah memensiunkan varian dari generasi pertama.
Sementara yang ketiga, ingatlah baik-baik siapa temanmu dan siapa yang meninggalkanmu di saat-saat kamu membutuhkannya. Inggris meninggalkan Indonesia pada tahun 1999 dengan hadiah embargo atas jet Hawk 109/209 yang sudah dibeli. Bahkan lebih parah lagi, jet tempur itu ditinggalkan begitu saja di Thailand. Tank Scorpion yang hendak dipakai saat darurat militer Aceh pun diminta balik kandang ke markasnya. (Aryo Nugroho)
Sumber : http://c.uctalks.ucweb.com
Super tolol kalau beli ini...
BalasHapus