Ilustrasi |
Seorang ilmuwan senior NASA mengatakan badan antariksa itu dapat menggunakan cat untuk mempertahankan planet kita dari asteroid berbahaya yang mungkin menghapus kehidupan di Bumi, sebagaimana dilaporkan Daily Mail akhir pekan ini.
Baru-baru ini terungkap bahwa batu luar angkasa berbahaya 101955 Bennu, yang lebih besar dari Empire State Building, bisa bertabrakan dengan planet kita pada tahun 2135.
Dr Michael Moreau, seorang ilmuwan untuk misi OSIRIS-REx NASA, yang mengirimkan penyelidik untuk mempelajari batu itu, mengatakan sebuah pesawat ruang angkasa dapat dikirim untuk mengecat Bennu untuk mengalihkannya.
Mengubah warna bagian dari asteroid itu, diklaimnya, akan memaparkannya ke radiasi matahari, yang bisa memanaskan objek itu dan cukup untuk mengubah orbitnya sehingga luput menabrak planet kita.
Berbicara kepada Gizmodo, Dr Moreau mengatakan: "Bahkan hanya mengecat permukaan dengan warna yang berbeda pada sebagian asteroid akan mengubah sifat termal dan mengubah orbitnya."
Bennu adalah obyek berpotensi bahaya yang ditemukan pada tahun 1999 yang berukuran diameter 492 meter (1.614 kaki), menurut perkiraan Nasa.
Ada peluang kecil, sekitar 1 dalam 2,700, bahwa Bennu akan menyerang Bumi pada 2135 berdasarkan jalur orbitnya saat ini, dan beberapa ilmuwan telah menyarankan untuk menghantamnya dengan senjata nuklir untuk menghindari tabrakan yang menghancurkan.
Menurut Dr Moreau, misi untuk melukis asteroid menghadirkan solusi yang jauh lebih sederhana jika Bennu menimbulkan ancaman bagi planet kita dalam 120 tahun mendatang.
Matahari secara konstan melelehkan benda-benda di tata surya dengan partikel-partikel kecil dari radiasi matahari. Karena Bennu lebih kecil dibandingkan dengan planet atau bintang, dengan berat sekitar 13 kali massa Piramida Besar Giza, partikel-partikel ini dapat secara bertahap mengubah orbitnya.
Jika para ilmuwan bisa membuat bagian dari batu ini lebih rentan terhadap radiasi matahari dengan mengecatnya menjadi warna gelap, hal itu diperkirakan akan mengubah jalurnya untuk menghindari hantaman ke Bumi.
Para ilmuwan harus terlebih dahulu mempelajari komposisinya dengan lebih baik dan mengorbit mengelilingi matahari untuk menentukan tindakan terbaik.
Pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx milik NASA akan mempelajari Bennu lebih lanjut ketika mencapai asteroid itu pada bulan Desember, dengan penyelidik itu dijadwalkan kembali ke Bumi dengan berbagai sampel pada tahun 2023.
Alterantif Lain Bom Nuklir Diperlukan untuk Menghancurkan Asteroid
Ilmuwan kini memiliki gagasan yang lebih baik tentang seberapa kuat nuklir yang dibutuhkan untuk menghadang asteroid yang masuk ke Bumi, sebagaimana dilaporkan Space, 14 Maret 2018.
Periset di Rusia telah memodelkan penghancuran batuan antariksa berbahaya di dalam lab, menggunakan replika asteroid kecil dan ledakan laser untuk meniru efek hulu ledak nuklir.
Tim tersebut menetapkan, antara lain, bahwa butuh bom nuklir 3 megaton untuk melenyapkan asteroid berukuran 650 kaki atau 200 meter. Dan kekuatan destruktif nuklir akan meningkat dengan meledak di dalam kawah atau rongga di dalam batuan antariksa.
Untuk perspektif, bom atom yang diturunkan Amerika Serikat di kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang selama Perang Dunia II memiliki hasil eksplosif sekitar 15 kiloton dan 20 kiloton. Satu megaton setara dengan 1.000 kiloton.
Senjata nuklir paling kuat yang pernah dibangun, bom hidrogen "Tsar Bomba" dari Uni Soviet, menghasilkan sekitar 50 megaton.
Untuk studi baru ini, para periset memproduksi asteroid buatan kecil, mendasarkan struktur dan komposisinya pada sebongkah batuan antariksa yang meledak di kota Chelyabinsk Rusia pada bulan Februari 2013. Meteor yang digunakan tim tersebut ditemukan dari dasar Danau Chebarkul Rusia.
Tim peneliti kemudian menempatkan asteroid buatan mereka, yang memiliki berbagai bentuk, di ruang vakum dan menyerangnya dengan pulsa laser singkat. Para ilmuwan menemukan bahwa ledakan laser 500 joule per gram diperlukan untuk memecah batuan model jadi 0,3 inci hingga 0,4 inci (8 sampai 10 milimeter), jika ledakan itu diarahkan ke rongga di "asteroid”. Tanpa rongga, energi yang diperlukan adalah sekitar 650 joule per gram.
Para peneliti membuat skala hasil ini untuk sampai pada kesimpulan mereka mengenai asteroid berukuran 650 kaki.
Studi baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Experimental and Teoretical Physics edisi Rusia akan segera muncul dalam jurnal versi bahasa Inggris.
Di masa depan, para peneliti berencana untuk memperluas eksperimen mereka ke batuan antariksa logam, dan untuk menyelidiki secara lebih mendalam bagaimana bentuk asteroid dan rongganya dapat mempengaruhi usaha nuklir itu.
"Dengan mengakumulasi koefisien dan dependensi untuk asteroid dari jenis yang berbeda, kami memungkinkan pemodelan cepat ledakan itu sehingga kriteria penghancuran dapat dihitung dengan segera,” ujar salah satu penulis studi Vladimir Yufa, seorang profesor di departemen Fisika Terapan dan departemen Sistem Laser dan Bahan Terstruktur di Institut Fisika dan Teknologi Moskow.
"Kami juga melihat kemungkinan untuk membelokkan sebuah asteroid tanpa menghancurkannya dan berharap untuk keterlibatan internasional," tambah Yufa.
Tapi defleksi mungkin tidak layak dilakukan dalam beberapa skenario, menurut para astronom. Jika asteroid yang sangat besar ditemukan beberapa minggu sebelum dampak potensial, misalnya, menghancurkannya dengan nuklir mungkin merupakan satu-satunya pilihan manusia.
Sumber : https://www.tempo.co/