Project 23000E Shtorm |
Perlombaan senjata antara Rusia dan Amerika Serikat tidak menjadi kendur pasca berakhirnya Perang Dingin. Di tengah dominasi global AS, Rusia semakin agresif, baik secara politik maupun militer.
Selama Perang Suriah, Rusia menyadari betul bahwa keberadaan kapal induk sangatlah penting. Sudah sejak lama, Negeri Beruang Putih ini hanya mengandalkan satu unit kapal induk, yakni Admiral Kuznetsov.
Admiral Kuznetsov sudah berusia 30 tahun dan merupakan warisan dari Uni Soviet. Kapal induk ini sudah kurang layak untuk dioperasikan oleh negara sekelas Rusia, juga mengingat teknologi yang diusungnya cukup tertinggal dengan teknologi tempur saat ini. Padahal kehadiran kapal induk begitu penting untuk melindungi negara dari ancaman musuh.
Ketika Angkatan Laut AS resmi memiliki kapal induk nuklir generasi terbaru, USS Gerald R. Ford (CVN-78), pada April 2017, Rusia tampak tidak merasa nyaman. Entah kebetulan atau tidak, tidak lama berselang, Rusia meluncurkan blueprint (cetak biru) pembangunan kapal induk modern yang dapat menampung hingga 100 jet tempur dan pembom.
Kapal induk terbaru milik Rusia ini dinamakan "Project 23000E" atau "Shtorm ." Pembangunan kapal induk terbesar di dunia ini akan masuk dalam anggaran pertahanan tahun 2019-2025 Rusia. Anggaran yang dibutuhkan untuk membangunnya diklaim akan mencapai US$17,5 miliar (sekitar Rp242 triliun).
Menurut pengamat militer Vadim Kozyulin, Shtorm akan memiliki dek yang sepenuhnya terbuka, berbeda dengan Admiral Kuznetsov yang masih dilindungi artileri. Ini berarti Shtorm akan benar-benar menjadi "bandara terapung" yang bisa menampung hingga 100 pesawat.
Lalu, dek lepas landasnya akan seluas tiga kali lapangan sepak bola. Dek tersebut akan memiliki empat jalur dengan panjang yang berbeda, serta sistem peluncuran gabungan, yakni springboard dan springboard-catapulting.
"Karena Shtorm tidak akan memiliki sistem senjata sendiri, maka dijaga oleh 10 kapal dari berbagai jenis, mulai dari fregat, penghancur, jelajah, hingga kapal selam," ungkapnya.
Selain itu, Vadim melanjutkan, Shtorm akan dilengkapi dengan dua mesin nuklir RITM-200 yang akan membantunya berlayar dengan kecepatan 30 knot (sekitar 55 km/jam). Berlayar sejauh mungkin tanpa perlu mengisi bahan bakar.
Adapun, bobot benaman kapal ini akan sebesar 100 ribu ton dengan sarat airnya 11 meter, serta mampu menampung sekitar empat ribu kru.
Jika tak ada aral melintang, kapal induk Shtorm akan beroperasi pada 2030 dengan pangkalan di Severomorsk, sekitar 1.880 km di utara Moskow, ibu kota Rusia. (Efran Syah)
Sumber : https://www.artileri.org