![]() |
LST KRI Teluk Lada-521 |
Setelah meluncurkan KRI Teluk Bintuni-520 pada September 2014, hari ini (28/6/2018) PT Daya Radar Utama (DRU) meluncurkan LST (Landing Ship Tank) Teluk Bintuni Class kedua yang merupakan pesanan Kementerian Pertahanan RI untuk TNI AL. Dengan dihadiri Menhan Ryamizard Ryacudu, kelas LST terbesar ini namanya dikukuhkan sebagai KRI Teluk Lada-521 di fasilitas galangan PT DRU di Srengsem Panjang, Lampung.
Peluncuran KRI Teluk Lada-521 menandakan rampungnya satu dari empat unit pesananan kapal angkut tank, yaitu AT-4 (Teluk Lada 521), AT-5, AT-6 dan AT-7. Sebelumnya, PT DRU pada tahun 2014 telah berhasil meluncurkan dan menyerahkan proyek AT-3, yakni KRI Teluk Bintuni-520 kepada pihak TNI AL. Sementara proyek AT-5, AT-6 dan AT-7 adalah pengadaan baru yang kontraknya telah ditandatangani pada bulan Januari 2017. Setelah sesi peluncuran, tahapan selanjutnya KRI Teluk Lada-521 akan menjalani tahapan sea trial.
Proyek Teluk Bintuni Class disebut dengan kode AT-117M, yang desainnya adalah milik PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari. Bintuni Class dirancang dengan 7 lantai yang letaknya secara berurutan dimulai dari bawah yakni deck A merupakan ruang untuk tangki dan ruang pasukan. Paling bawah adalah bottom deck yang menjadi ruang khusus mesin kapal dan deck B untuk pasukan. Lalu, deck C untuk kru kapal termasuk tempat tidur dan peralatan keseharian kru kapal. Deck D juga untuk kru kapal dan deck E untuk komandan dan para perwira. Kemudian, deck F untuk ruang komando. Terakhir, deck G alias top deck atau kompas deck digunakan untuk meletakkan dua radar utama.
KRI Teluk Lada-521 mampu membawa 10 unit MBT Leopard 2A4/Ri yang berat tiap tank mencapai 62,5 ton. Sebuah lompatan besar, bila sebelumnya LST TNI AL hanya akrab membawa tank ringan dengan berat per tank hanya belasan ton. Selain itu, KRI Teluk Lada-521 bisa membawa 2 unit helikopter, kapal ini memang dibekali dua helipad dengan fasilitas hangar. Kapal ini punya panjang 120 meter, lebar 18 meter, dengan tinggi 11 meter. Kecepatannya 16 knot dengan main engine 2×3285 KW yang ditenagai dua mesin.
Sementara untuk persenjataan, hanya diproyeksikan untuk self defence. LST ini mengandalkan meriam Bofors kaliber 40/L70 mm yang ditempatkan pada bagian haluan. Kemudian ada kanon PSU kaliber 20 mm, serta dua unit SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm.
Secara umum KRI Teluk Lada-521 sanggup dimuati 113 ABK (anak buah kapal), enam orang kru helikopter, dan pasukan sebanyak 361 personel. Untuk mengantar pasukan Marinir ke pantai, LST ini dapat membawa 4 unit LCVP (Landing Craft, Vehicle, Personnel). Untuk memudahkan loading logistik dan cargo, pada bagian depan anjungan juga dilengkapi crane.
KRI Teluk Lada-521 diluncurkan ke laut menggunakan airbag system. Penggunaan airbag system punya beberapa keunggulan dibanding slipway system yang mengadopsi konstruksi rel. Pastinya dalam hal investasi, airbag system jauh lebih murah ketimbang membangun konstruksi rel yang permanen.
Nama KRI Teluk Lada-521 diambil dari nama lokasi teluk yang terletak di Selat Sunda, di sisi barat daya Provinsi Banten. Teluk ini adalah bagian laut yang membatasi sisi utara Ujung Kulon. Teluk Lada pernah menjadi daerah pelabuhan yang cukup ramai sebelum letusan besar Gunung Krakatau tahun 1883. Kala itu ia masih dinamakan dengan bahasa Belanda, Pfeferbai. Setelah disapu tsunami, daerah itu dinyatakan tertutup untuk pemukiman dan sisi selatannya kemudian dikembangkan menjadi cagar alam. (Bayu Pamungkas)
Sumber : https://www.indomiliter.com/