Tiongkok Kembangkan Pesawat Tempur Kapal Induk Baru untuk Gantikan J-15 - Radar Militer

07 Juli 2018

Tiongkok Kembangkan Pesawat Tempur Kapal Induk Baru untuk Gantikan J-15

J-15
J-15 

Tiongkok sedang mengembangkan jet tempur baru untuk kapal induk untuk menggantikan pesawat tempur J-15 setelah serangkaian kegagalan mekanis dan kecelakaan, ditengah upaya negara tersebut untuk membangun blue-water navy yang dapat beroperasi secara global, kata para ahli militer dan narasumber.
J-15 sendiri dibangun berdasarkan pada prototipe pesawat tempur superioritas udara bermesin ganda generasi keempat, Sukhoi Su-33 asal Rusia, yang desainnya sudah berusia lebih dari 30 tahun. Pesawat J-15 dikembangkan oleh Shenyang Aircraft Corporation, anak perusahaan BUMN Tiongkok, Aviation Industry Corporation of China (AVIC).
Dengan berat take-off maksimum 33 ton, pesawat ini adalah jet tempur kapal induk aktif yang paling berat di dunia, digunakan pada kapal induk pertama Tiongkok, Liaoning.
Tiongkok perlu mengembangkan jet tempur baru karena berencana untuk membentuk setidaknya empat carrier group untuk memenuhi ambisi angkatan laut globalnya dan mempertahankan kepentingannya yang berkembang di luar negeri, kata ahli angkatan laut Beijing, Li Jie.
"Dalam rangka meningkatkan efektivitas tempur dari aircraft carrier strike group Tiongkok, perlu untuk mengembangkan pesawat tempur berpangkalan kapal induk baru," kata Li, sambil menambahkan bahwa fighter stealth FC-31 dapat digunakan sebagai model untuk menggantikan J-15.
FC-31 Tiongkok adalah pesawat stealth generasi baru yang melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 2012, dan lebih kecil dan lebih ringan daripada J-15.
Letnan Jenderal Zhang Honghe, deputi kepala Angkatan Udara PLA, juga mengatakan kepada South China Morning Post bahwa "pesawat tempur kapal induk baru untuk menggantikan J-15" sedang dikembangkan.
Sementara itu, kapal induk baru juga sedang dibangun oleh galangan kapal Jiangnan di Shanghai. Kapal induk Type 002 akan menggunakan sistem peluncuran elektromagnetik yang berarti dapat mengurangi kerusakan pada pesawat dan memungkinkan lebih banyak pesawat untuk diluncurkan dalam waktu yang lebih singkat daripada sistem ski-jump yang digunakan pada kapal induk Liaoning dan kapal induk buatan dalam negeri Tiongkok pertama Type 001A, yang kini sedang berada pada tahap sea trial.
Kebutuhan untuk mengembangkan jet tempur baru tersebut telah menjadi hal yang lebih mendesak setelah serangkaian "kegagalan mekanis yang tak dapat dimaafkan" yang telah menewaskan satu pilot utama PLA dan melukai yang lain.
Dua sumber yang dekat dengan militer mengatakan kepada South China Morning Post, setidaknya ada empat kecelakaan yang melibatkan pesawat J-15, meskipun hanya dua yang dilaporkan oleh media pemerintah.
"J-15 adalah pesawat yang bermasalah, sistem kontrol penerbangannya yang tidak stabil adalah faktor kunci di balik dua kecelakaan fatal dua tahun lalu," kata salah seorang narasumber.
Pilot Zhang Chao, 29 tahun, tewas dalam kecelakaan pada April 2016 ketika ia mencoba menyelamatkan jet tempur J-15-nya, yang sistem kontrol penerbangannya macet saat latihan pendaratan di kapal induk, menurut laporan media pemerintah.
Tiga minggu kemudian, rekannya, Cao Xianjian, berusia 40-an tahun, mengalami luka serius ketika dia mencoba menangani masalah yang sama pada pesawat J-15. Butuh waktu lebih dari satu tahun baginya untuk pulih.
Semua J-15 di-grounded selama tiga bulan setelah kecelakaan itu, yang merusak moral di kalangan angkatan udara dan angkatan laut. Angkatan Laut Tiongkok menyerukan penyelidikan setelah kematian Zhang, kata para narasumber.
"Tetapi para ahli penerbangan pada awalnya menolak untuk mengakui bahwa J-15 memiliki masalah desain," kata salah seorang narasumber. "Mereka hanya sepakat ada masalah setelah Cao mengalami masalah yang sama."
Banyak dari jet tempur buatan dalam negeri Tiongkok memiliki masalah dengan mesin, desain pesawat, dan modifikasinya. Tetapi seorang veteran Angkatan Laut PLA mengatakan bahwa alih-alih melakukan lebih banyak uji penerbangan, para pilot dipaksa untuk menerbangkan pesawat tempur tersebut, meskipun pesawat-pesawat itu memiliki cacat.
"Tentu saja tidak mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan selama latihan. Tapi tidak seperti rekan-rekan mereka di negara-negara Barat, pilot angkatan udara Tiongkok diminta untuk mengatasi sendiri kesalahan-kesalahan mekanis ini,” kata seorang veteran Angkatan Laut Tiongkok.
Meskipun para pilot diajarkan untuk melakukan eject dari jet tempur mereka bila terjadi kegagalan mekanis, mereka juga diberitahu bahwa mereka memiliki tugas untuk "menyelamatkan pesawat".
"Pilot Angkatan Udara PLA dilatih bahwa misi mereka adalah untuk menyelamatkan pesawat, yang merupakan barang milik negara ... tetapi hal ini perlu diubah karena kehidupan manusia tak ternilai harganya,” kata veteran itu. "Pesawat dapat dibuat kembali setelah kecelakaan, tetapi pilot tidak tergantikan."
Pada awal tahun ini, stasiun TV negara Tiongkok CCTV menayangkan program yang memuji Zhang dan Cao karena mencoba menyelamatkan jet mereka saat mereka mengalami kecelakaan. Minggu lalu, Zhang diberi penghargaan anumerta karena menjadi "anggota partai terbaik", sementara Cao terpilih sebagai wakil Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di kongres Partai Komunis Tiongkok pada bulan Oktober. (Angga Saja - TSM)
Sumber : scmp.com

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)