Mengintip Kecanggihan Drone Global Hawk AS yang Ditembak Iran - Radar Militer

22 Juni 2019

Mengintip Kecanggihan Drone Global Hawk AS yang Ditembak Iran


Iran menembak jatuh drone militer Amerika Serikat pada Kamis kemarin karena menduga drone canggih itu untuk memata-matai Iran.
Amerika mengklaim drone berada di perairan internasional, namun dibantah bahwa drone terbang ke wilayah udara Iran.
Drone RQ-4 Global Hawk
Drone RQ-4 Global Hawk 
Drone Global Hawk adalah produksi Northrop Grumman Corp, salah satu drone canggih seharga sekitar US$ 130 juta (Rp 1,8 triliun), menurut pakar industri. Majalah teknologi Wired menyebut harga drone US$ 220 juta (Rp 3,1 triliun).
1. Kemampuan Drone Global Hawk
Drone RQ-4 Global Hawk dirancang untuk memperoleh informasi intelijen secara real-time, dengan pencitraan gambar resolusi tinggi untuk segala cuaca dan medan, baik malam maupun siang.
Global Hawk dianggap sebagai salah satu pesawat nirawak militer AS yang paling canggih, menurut pernyataan Angkatan Udara AS, dikutip dari Reuters, 21 Juni 2019.
RQ-4 Global Hawk dirancang untuk terbang di ketinggian hingga 18 kilometer, menurut situs web Northrop Grumman. Pesawat penumpang komersial biasanya terbang di ketinggian antara 31.000 dan 38.000 kaki, atau 9 hingga 11 km.
Drone ini dapat terbang hingga 32 jam dan memiliki jangkauan hingga 12.300 mil laut atau 22.780 km.
Dengan panjang 13 meter, lebar sayap 35 meter, dan berat kotor 12 ton, Global Hawk memiliki ukuran yang sebanding dengan pesawat pengintai U-2 Lockheed Martin Corp atau jet bisnis kecil.
Menurut laporan Wire, drone ini tidak memiliki kemampuan ofensif. Namun kemampuan drone terletak pada kemampuan mereka untuk menggabungkan jangkauan, titik pandang, dan kegigihan dengan sensor pengawasan yang kuat untuk memantau aktivitas darat atau maritim dengan sangat rinci.
Menurut analisis oleh Kantor Akuntabilitas Pemerintah, Global Hawks kadang-kadang menelan biaya lebih dari US $ 220 juta untuk memproduksi dan melengkapi.
Global Hawks umumnya memiliki pencitraan inframerah dan termal, radar, dan pencitraan elektro-optik dalam sistem sensornya. Dengan ukurannya yang besar dan kapasitas berat memungkinkan drone untuk menggunakan peralatan seperti lensa kamera telefoto besar untuk mendapatkan pandangan rinci dari target.
Ulrike Franke, seorang pakar kebijakan di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri dan seorang peneliti pesawat tak berawak, mengatakan militer AS melengkapi setiap peralatan militer untuk misi yang berbeda, sehingga sulit dipastikan peralatan apa tepatnya yang dibawa oleh Drone Global Hawk.
2. Drone bisa beroperasi secara semi-otonom
Dengan harga per unit hampir US$ 150 juta atau Rp 2,1 triliun (Wired melaporkan Rp 3,1 triliun), Drone Global Hawk terbilang sangat mahal dan ini menjadi alasan mengapa militer AS hanya memiliki sekitar 35 unit.
Dalam ulasan Aljazeera, Drone Global Hawk dioperasikan semi-otonom. Ini berarti bahwa begitu drone diberi perintah, drone dapat pergi untuk menuju ke situs target, menyelesaikan misi mereka dan kembali. Semuanya tanpa bantuan intervensi manusia.
Drone ini sangat cocok untuk pengawasan area luas, menjadikannya pengawasan maritim yang sangat berguna, bahkan dapat terbang melintasi Samudra Pasifik tanpa perlu mengisi bahan bakar.
Angkatan Laut AS telah menguji coba drone dan memiliki varian sendiri, Triton. Tahun lalu, Jepang setuju untuk membeli tiga Drone Global Hawk untuk memantau perairannya yang luas.
3. Operasional Drone Global Hawk
Pada awal 2000-an, Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara AS mulai membeli Global Hawks. Pada tahun 2004, Angkatan Laut mengatakan bahwa Angkatan Udara membeli empat pesawat Global Hawk dengan harga sekitar US$ 360 juta (Rp 5 triliun). Menurut rilis berita 2013 oleh Northrop Grumman, perusahaan tersebut telah mengirimkan total 37 Global Hawks ke Angkatan Udara.
Angkatan Laut dalam beberapa tahun terakhir telah membeli drone MQ-4C Triton, yang memiliki lebar sayap 40 meter, sedikit lebih besar dari Global Hawk. Angkatan Laut pada bulan Maret meminta dua Tritons MQ-4 dan menganggarkan US$ 473 juta (Rp 6,7 triliun) untuk pesawat dan peralatan terkait.
RQ-4 Global Hawk melakukan penerbangan pertamanya pada 28 Februari 1998, dan sejak itu Drone Global Hawk telah mengumpulkan lebih dari 250.000 jam penerbangan, termasuk dalam operasi militer di Irak, Afganistan, Afrika Utara, dan wilayah Asia-Pasifik yang lebih luas, menurut situs perusahaan.(Eka Yudha Saputra)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)