Tentara Rusia Tewaskan Delapan Rekannya - Radar Militer

26 Oktober 2019

Tentara Rusia Tewaskan Delapan Rekannya


Seorang prajurit dari pangkalan perbaikan dan pemeliharaan di wilayah Chita menembak delapan tentara hingga tewas, termasuk dua perwira, dan melukai dua lainnya, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan pada hari Jumat (25/10).
Tentara Rusia Tewaskan Delapan Rekannya
Tentara Rusia Tewaskan Delapan Rekannya 
"Pada pukul 18.20 waktu setempat pada tanggal 25 Oktober, seorang prajurit dari pangkalan perbaikan dan pemeliharaan yang ditempatkan di wilayah daerah Trans-Baikal menembaki rekan-rekan tentaranya dengan senjata api dinasnya selama pergantian penjaga. Akibatnya , delapan tentara tewas di tempat sementara dua lainnya mengalami luka," pihak Kementerian Pertahanan menjelaskan dalam sebuah pernyataan.
Menurut Kementerian Pertahanan, pecahnya kekerasan ini dipicu oleh gangguan saraf. ”Berdasarkan data awal dari tempat kejadian, tindakan prajurit itu bisa saja disebabkan oleh gangguan saraf atas keadaan pribadi yang tidak terkait dengan dinas militernya," kata pernyataan Kementerian itu.
Sebuah komisi dari Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh Deputi Menteri Pertahanan Kolonel Jenderal Andrei Kartapolov telah dikirim ke lokasi, di mana "langkah-langkah investigasi sedang dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab insiden itu," kata pernyataan itu. "Prajurit pelaku penembakan telah ditahan," kementerian itu menjelaskan.
Para prajurit yang terluka "segera dibawa ke rumah sakit militer di mana mereka menerima bantuan medis yang diperlukan dan kondisi mereka tidak mengancam jiwa," kata pernyataan itu. Menurut sebuah sumber di layanan darurat regional, kedua tentara yang terluka berada dalam kondisi kritis. "Yang terluka dalam kondisi kritis," kata narasumber itu.
Dinas militer adalah wajib di Rusia untuk semua warga negara pria berusia 18-27 tahun. Mereka biasanya bertugas selama 12 bulan, dan kemudian dapat menandatangani kontrak profesional untuk melanjutkan bertugas di angkatan bersenjata.
Pada pertengahan 2000-an, kelompok-kelompok hak asasi manusia melaporkan kekerasan dan perundungan yang meluas - yang dikenal sebagai "dedovshchina" - terhadap wajib militer baru di angkatan bersenjata Rusia.
Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Rusia mengklaim telah memodernisasi militer dan membasmi perundungan. (Angga Saja-TSM)
Sumber :  tass.com

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb