Rusia telah memamerkan drone tempur siluman Sukhoi S-70 Okhotnik-B pada Agustus 2019. Sebuah video menunjukkan drone sayap terbang itu berputar selama dua puluh menit dengan ketinggian sekitar 600 meter di atas Pusat Uji Penerbangan Negara Chkalov di Astrakhan dekat Laut Kaspia.
Pesawat ini direncanakan beroperasi pada 2025, setelah serangkaian tes pada 2023-2024. Kantor berita Tass mengabarkan, drone ini akan uji coba persenjataan pada tahun depan.
Su-57 dan Drone Okhotnik B |
Okhotnik, yang berarti pemburu, adalah pesawat tempur tak berawak untuk keperluan serangan dan pengintaian.Pengembangan Okhotnik dimulai pada 2011.Presiden Vladimir Putin, yang memamerkan kemampuan tempur jet siluman Su-57, sempat menyinggung kemampuan pesawat tak berawak siluman Okhotnik.
Pada 27 September 2019, Kementerian Pertahanan Rusia memamerkan video Okhotnik terbang bersama jet tempur siluman Su-57 selama lebih dari 30 menit. Tes ini untuk uji coba radar pesawat tempur dan penggunaan senjata peluncur udara jarak jauh dari luar pertahanan udara musuh.
Foto satelit mengungkapkan bahwa drone Okhotnik, jika dibandingkan dengan jet Flanker yang diparkir di dekatnya, cukup besar dengan sayap sekitar 19 meter. Dengan berat 20 ton, kecepatan maksimumnya ada di kisaran subsonik.
Pesawat drone ini mempunyai daya angkut 2 ton senjata atau peralatan khusus, dan bahan bakar yang diduga cukup untuk memberikan jangkauan sampai 6 ribu km. UCAV ini dilaporkan menggabungkan permukaan komposit yang dilapisi dengan bahan penyerap radar untuk meminimalkan penampang radar.
Konfigurasi sayap-terbang UAV Rusia dan mesin yang disematkan di badan pesawat memiliki kemiripan yang sama dengan RQ-170. Drone siluman milik Angkatan Udara AS ini baru diketahui keberadaannya setelah ditangkap oleh Iran melalui peretasan dan kemudian dipelajari oleh Rusia.
Pesawat sayap terbang berekor cenderung aerodinamis tidak stabil, dan hanya benar-benar menjadi layak dengan pengembangan sistem kontrol fly-by-wire terkomputerisasi untuk secara otomatis mengkompensasi ketidakstabilan itu. Penerbangan pertama ini terutama untuk menguji kelaikan udara drone dan sistem kontrol terbangnya.
Saat uji coba Agustus lalu, Okhotnik masih dikendalikan dari jarak jauh oleh pilot manusia. Namun laman Rusia Beyond mengabarkan, drone nantinya dikendalikan penuh dengan AI, sehingga memperkecil kemungkinan diretas.(Tempo.co)
Sumber : https://www.tempo.co/