radarmiliter.com - Foto-foto yang muncul di media sosial menunjukkan penggelaran sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) buatan Rusia - kemungkinan dari keluarga S-300 atau S-400 - yang ditempatkan di dekat Ras Lanuf di pantai Libya. Pelabuhan minyak yang dikendalikan oleh Libyan National Army (LNA) yang dipimpin oleh Field Marshal Khalifa Haftar. Jika keberadaan senjata-senjata ini benar adanya, itu akan menandai eskalasi baru yang signifikan dalam perang saudara Libya dan dalam keterlibatan kekuatan asing yang mendukung kedua pihak dalam konflik tersebut.
Laporan media yang belum dikonfirmasi pada bulan lalu melaporkan bahwa LNA telah mengerahkan S-300 di sepanjang perbatasan timur dengan Mesir. Kebenaran dari laporan ini tidak jelas karena Ras Lanuf tidak berada di dekat perbatasan dengan Mesir.
Sistem Hanud S-300/S-400 Rusia di Libia |
Namun, kemunculan sistem pertahanan udara di Libya yang dilaporkan terjadi setelah penerbangan oleh pesawat angkut udara strategis An-124 Pasukan Dirgantara Rusia ke Pangkalan Udara Al Khadim Libya pada 3 Agustus. Pesawat angkut tersebut terbang dari Pangkalan Udara Mozdok di wilayah Kaukasus Rusia, merupakan kemunculan pertama pesawat jenis itu di Libya sejak Moskow meningkatkan keterlibatannya dalam perang saudara yang sedang berlangsung untuk mendukung pasukan LNA Haftar. Sebelum singgah di Mozdok, An-124 berangkat dari Vnukovo di Moskow.
An-124 biasanya digunakan untuk mengangkut peralatan besar, yang dapat meliputi sistem S-300 dan S-400 serta elemen pendukungnya. Pesawat angkut Il-76 - dioperasikan baik oleh militer Rusia maupun oleh kontraktor sipil - yang melakukan perjalanan rutin ke Libya tidak cukup besar untuk menangani komponen yang lebih besar dari S-300 atau S-400. Perlu dicatat bahwa ketika Turki menerima S-400, Rusia mengirimkan komponen sistem hanud tersebut menggunakan An-124 dan Il-76.
LNA Haftar - yang berbasis di kota Tobruk di timur - mendapatdukungan antara lain dari Rusia, Uni Emirat Arab, dan Mesir. Pemerintah AS juga menilai bahwa tentara bayaran Rusia dari Grup Wagner beroperasi di Libya atas nama pasukan Haftar. Wagner memiliki koneksi dengan Direktorat Utama badan intelijen militer Rusia, yang juga dikenal dengan singkatan GRU.
Lawan utama LNA adalah Government of National Accord (GNA) yang didukung PBB, yang berbasis di Tripoli, ibu kota negara yang diakui secara internasional. Pendukung internasional utama GNA saat ini adalah Turki.
Foto-foto dari disebut sebagai situs SAM tersebut hanya mengungkapkan sedikit detail, namun diperkirakan foto-foto tersebut menunjukkan target acquisition radar 96L6 atau 96L6E yang dipasang di truk, yang oleh NATO disebut sebagai Cheese Board, bersama dengan transporter-erector-launcher (TEL) yang terkait dengan sistem SAM seri S-300 atau S-400. S-400 tampaknya merupakan perkiraan yang kurang mungkin karena kemungkinan Moskow kurang bersedia menggelar sistem canggih seperti itu ke medan tempur Libya.
Jika peralatan di Ras Lanuf memang benar adanya, hal itu menandai perkembangan yang signifikan dalam konflik ini. Dengan asumsi bahwa situs tersebut memang merupakan baterai S-300 atau S-400, dan jika dipasok oleh Rusia, itu akan menunjukkan upaya Moskow yang semakin besar untuk meningkatkan kekuatan udara dan pertahanan udara LNA, setelah pengerahan pesawat MiG-29 dan Su-24 sebelumnya. Mulai Mei lalu, Rusia memasok Libia dengan setidaknya 14 jet tempur dan kedua pihak dalam konflik tersebut telah memperluas kemampuan tempur udara dan pertahanan udara mereka.
Namun, kemampuan yang tepat atas sistem pertahanan udara yang yang digelar di Libia tersebut sangat bergantung pada sub-varian S-300 atau S-400 mana yang digunakan, dan berbagai subtipe rudal, serta sejauh mana baterai diintegrasikan dalam jaringan pertahanan udara terpadu. Penggunaan operasionalnya juga akan ditentukan oleh tingkat kewaspadaan situasional untuk operator mereka. Sistem pertahanan udara jarak pendek Pantsir-S1 LNA - buatan Rusia, dan dipasok oleh UEA - terbukti sangat rentan terhadap serangan Turki, terutama oleh drone bersenjata Bayraktar TB2, meskipun hal ini masih diperdebatkan.
Sementara S-300 - dan bahkan S-400 yang lebih mumpuni - mungkin tampak berlebihan melawan kemampuan udara terbatas GNA, bahkan untuk melawan Bayraktar TB2, namun mereka berpotensi untuk berfungsi sebagai deteren intervensi Turki yang lebih besar. Taktik serupa dilakukan oleh Rusia di Suriah, di mana pengerahan awal SAM yang dioperasikan Rusia diikuti dengan transfer S-300 ke rezim Assad. Pertahanan tersebut, ditambah pengerahan kekuatan udara Rusia, telah memainkan peran yang cukup penting dalam mempertahankan kekuasaaan Assad, dan pendekatan serupa dapat diterapkan di Libya.
Perlu untuk dicatat bahwa Turki telah mulai menguji dan mengoperasikan sistem rudal pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Pengalaman dan pengetahuan Turki dalam pengoperasian sistem hanud S-400 kemungkinan juga dapat dimanfaatkan oleh Turki dalam menghadapi perkembangan baru ini di Libia dalam melakukan operasi udara lebih lanjut untuk mendukung GNA.(Angga Saja-TSM)
Sumber : thedrive.com